Friday 6 September 2013

Malioboro Jalan Terpopuler di Indonesia

Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta Hadiningrat. Jika ditarik lurus memang Jalan Malioboro ini menembus ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Kota ini masih menawarkan kearifan budaya lokal di tengah zaman yang serba modern. Berada di Yogyakarta, Anda akan mendapatkan pengalaman menarik menjelajahi budaya Jawa yang masih dipertahankan sampai sekarang. Jika ke Yogyakarta tidak lengkap jika kita belum berkunjung ke Jalan Malioboro.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan pakaian, batik khas Yogya, kerajinan khas Yogya dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan Gudeg Jogja, Nasi Kucing, Bakpia Pathuk, Wingko Babat serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, happening art. Banyak orang yang menggantungkan ekonominya di Jalan Malioboro ini.
Di sepanjang jalan terdapat deretan tukang becak dan delman yang menunggu pelanggan. Jika anda berkeliling sekitar Jalan Malioboro, cobalah dengan moda transportasi khas Yogyakarta. Tukang becak biasa menawarkan paket keliling tempat wisata sekitar dengan biaya yang terjangkau. Delman juga bisa Anda jadikan pilihan jika ingin merasakan pengalaman unik berkeliling Yogyakarta dengan tarif yang bersahabat dengan kantong kita.


Selain itu Jalan Malioboro sering dipakai untuk kirab budaya, pawai berbagai festival dan karnaval-karnaval pasti melewati Jalan Malioboro.

Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan jalan ini antara lain 

Stasiun Tugu

Stasiun Tugu yang diresmikan tahun 1887 ini merupakan salah satu stasiun yang cukup tua, stasiun ini memiliki arsitektur yang unik. Gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros Kota Yogyakarta. Arsitektur stasiun ini bergaya art deco yang sangat populer pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Stasiun ini pernah menjadi tujuan akhir perjalanan kereta luar biasa Presiden Republik Indonesiapertama, Ir. Soekarno, saat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta


Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg  adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia. Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda kala itu, dengan dikelilingi oleh sebuah parit (jagang) yang sebagian bekas-bekasnya telah direkonstruksi dan dapat dilihat hingga sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau (bastion) di keempat sudutnya.

Monumen Serangan Umum 1 Maret

Monumen tersebut di bangun sebagai peringatan atas perjuangan Tentara Nasional Indonesia untuk merebut kota Yogyakarta yang waktu itu sebagai ibukota Negara yakni pada tanggal 1 Maret 1949. Monumen ini menjadi satu peringatan dimana Tentara Nasional Indonesia waktu itu merebut kota Yogyakarta dari tangan Belanda selama enam jam dan diawali tepat pukul enam pagi Tentara Nasional Indonesia menyerbu pos pos Belanda dan akhirnya berhasil. Walaupun hanya selama enam jam kota diduduki namun dampak yang sangat besar berhasil membuka mata dunia bahwa bangsa Indonesia yang beribukota di Yogyakatra waktu itu keberadaannya dapat terlihat dimata international.

Gedung Agung atau Istana Presiden RI

Istana Yogyakarta atau Gedung Agung sama halnya dengan istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Istana Yogyakarta terdiri atas enam bangunan utama yaitu Gedung Agung (gedung utama),Wisma Negara,Wisma Indraphrasta,Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu dan Wisma Saptapratala. Gedung utama yang selesai dibangun pada 1869 sampai sekarang bentuknya tidak mengalami perubahan.

Masih banyak lagi tempat seperti Pasar Beringharjo.

Bagi saya Yogyakarta adalah tempat yang sering saya kunjungi untuk berwisata, tidak akan habisnya cerita ketika berkunjung kesini. Dan tidak pernah saya bosan, disini kearifan lokal terjaga ditengah serangan modern tapi budaya yang tetap terjaga sampai sekarang membuat saya betah dan ingin selalu kembali ke Yogyakarta

Thursday 5 September 2013

Liburan ke Candi Prambanan

Candi Prambanan terletak di lingkungan Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah timur dari Yogyakarta, tepatnya di Desa Prambanan Kecamatan Bokoharjo. Lokasinya hanya sekitar 100 m dari jalan raya Yogya-Solo, sehingga tidak sulit untuk menemukannya. Sebagian dari kawasan wisata yang yang terletak pada ketinggian 154 m di atas permukaan laut ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Sedangkan sebagian lagi masuk dalam wilayah Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Berfoto di prasasti peresmian Candi Prambanan oleh Presiden Soeharto 

Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.



Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat. Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang yang merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.



Dinamakan Candi Syiwa karena di dalam candi ini terdapat Arca Syiwa. Candi Syiwa dikenal juga dengan nama Candi Rara Jonggrang, karena dalam salah satu ruangannya terdapat Arca Durga Mahisasuramardani, yang sering disebut sebagai Arca Rara Jonggrang.


Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 2,5 m. Candi Syiwa, yang terletak di tengah barisan barat, merupakan candi terbesar. Denah dasarnya berbentuk bujur sangkar seluas 34 m2 dengan tinggi 47 m.



Candi Wisnu
Candi Wisnu terdapat di sebelah utara Candi Syiwa. Tubuh candi berdiri di atas batur yang membentuk selasar berlangkan. Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Di sepanjang dinding tubuh candi berderet panil dengan pahatan yang menggambarkan Lokapala.

Sepanjang dinding dalam langkan dihiasi seretan panil yang memuat relief Krisnayana. Krisnayana adalah kisah kehidupan Krisna sejak ia dilahirkan sampai ia berhasil menduduki tahta Kerajaaan Dwaraka.

Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada sisi luar dinding langkan, terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam relung terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu sebagai pendeta yang sedang duduk dengan berbagai posisi tangan.

Candi Wisnu hanya mempunyai 1 ruangan dengan satu pintu yang menghadap ke timur. Dalam ruangan tersebut, terdapat Arca Wisnu dalam posisi berdiri di atas 'umpak' berbentuk yoni. Wisnu digambarkan sebagai dewa bertangan 4. Tangan kanan belakang memegang Cakra (senjata Wisnu) sedangkan tangan kiri memegang tiram. Tangan kanan depan memegang gada dan tangan kiri memegang setangkai bunga teratai.

Candi Brahma juga hanya mempunyai 1 ruangan dengan satu pintu yang menghadap ke timur. Dalam ruangan tersebut, terdapat Arca Brahma dalam posisi berdiri di atas umpak berbentuk yoni. Brahma digambarkan sebagai dewa yang memiliki empat wajah, masing-masing menghadap ke arah yang berbeda, dan dua pasang tangan. Pada dahi di wajah yang menghadap ke depan terdapat mata ketiga yang disebut 'urna'. Patung Brahma itu sebetulnya sangat indah, tetapi sekarang sudah rusak. Dinding ruang Brahma polos tanpa hiasan. Pada dinding di setiap sisi terdapat batu yang menonjol yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lampu minyak.



Source: Perpustakaan Nasional RI