Thursday 20 November 2014

Liburan singkat di Cirebon

Dapat tiket promo lagi kita manfaatkan untuk jalan-jalan menuju Cirebon, jarang sekali saya berlibur ke arah Pantai Utara. Momen tepat pada 23 November 2014 dengan menggunakan KA Ciremai Ekspress 10127 tujuan Bandung-Cirebon saya berangkat dari Stasiun Cimahi pada jam 05:41

Suasana di Stasiun Cimahi pagi nampak sepi.

Setelah cetak tiket dan Check in saya masuk peron KA menunggu KA Ciremai tiba dari Stasiun Bandung. Hanya beberapa penumpang yang berangkat dari Stasiun Cimahi.

Tiket promo KA Ciremai Ekspress

Sekitar jam 05:45 KA Ciremai Ekspress tiba di Stasiun Cimahi

Kereta Bisnis 1 dengan No Tempat duduk 5A saya sendiri didalam satu bangku. Tidak penuh memang kereta ini dijalankan sebagai tambahan

Rute yang dilewati adalah dari Stasiun Bandung, Stasiun Cimahi, Stasiun Purwakarta, Stasiun Cikampek lalu Lokomotif diputar menuju jalur utara berhenti di Stasiun Haurgeulis, Stasiun Jatibarang terakhir berhenti di Stasiun Cirebon

Jam 07:02 KA Ciremai Ekspress tiba di Stasiun Purwakarta, sebelah stasiun terdapat "Kuburan KRL" Stasiun ini, tempat peristirahatan terakhir bagi seluruh Kereta Rel Listrik ekonomi non-AC yang pernah beroperasi di lintas Jabodetabek sejak dihapuskannya KRL non-AC tanggal 25 Juli 2013

Jam 07:26 KA Ciremai Ekspress tiba di Stasiun Cikampek cukup lama kereta ini berhenti di Stasiun Cikampek guna mengalihkan lokomotif dari arah barat menuju ke timur. Setelah pengalihan lokomotif jam 07:58 KA Ciremai diberangkatkan kembali. Lepas dari Stasiun Cikampek KA Ciremai berjalan ngebut kondisi rel yang lurus dengan jalur yang tidak seperti Purwakarta-Padalarang yang berbukit dan banyak jurang sehingga bisa memacu kecepatan sampai 100 km/jam. KA Ciremai Ekspress tiba di Stasiun Haurgeulis 08:17 tidak berlama-lama KA Ciremai Ekspress diberangkatkan kembali sampai tiba di Stasiun Jatibarang jam 09:07 sekitar 2 menit berselang KA kembali diberangkatkan menuju stasiun terakhir Stasiun Cirebon. 
Stasiun Jatibarang

Jam 09:51 akhirnya saya tiba di Stasiun Cirebon


Sampai di Stasiun Cirebon

Cirebon didesain oleh Arsitek Belanda bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen yang diresmikan pada 3 Juni 1912 bersamaan dengan dibukanya lintas milik SS Cikampek-Cirebon sejauh 137 kilometer. Gaya arsitektur bangunannya merupakan perpaduan dari ciri arsitektur lokal dengan pengaruh aliran seni Art Deco. Sebagaimana ciri khas bangunan batu yang berasal dari periode 1900-1920, fasad atau tampak bangunan yang cukup menonjol adalah susunan simetris gedung. Apabila dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari dua menara dengan atap berbentuk piramida yang mengapit sebuah bagian atas bangunan utama. Pada zaman kolonial, pelayanan penumpang dan barang masih dalam satu stasiun, tetapi dipisahkan oleh dua loket di bagian kiri khusus penumpang dan sebelah kanan untuk bagasi. Oleh sebab itu pada bagian depan dua menara tersebut pernah dipasang tulisan “KAARTJES” (karcis) di sebelah kiri dan “BAGAGE” (bagasi) di sebelah kanan. 

Setelah keluar dari Stasiun Cirebon banyak yang menawarkan jasa becak-becak, sayapun memakai becak menuju destinasi pertama di Kota Cirebon ini yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Jarak dari Stasiun Cirebon menuju Masjid Agung Sang Cipta Rasa sekitar 3 km, sesampainya dilokasi saya membeli makanan dahulu disekitar masjid banyak yang berdagang. Makanan khas Cirebon yaitu Nasi Lengko saya pilih, Nasi lengko sendiri terdiri dari nasi putih yang berisi tempe, tahu yang dilumuri bumbu kacang ditambahkan toge, dan mentimun serta ditambah kecap manis. Nasi lengko sendiri harganya sangat terjangkau.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak tak jauh dari Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1480 M dengan beragam keunikannya,Masjid Agung Sang Cipta Rasa keraton Kasepuhan Cirebon, adzan dilantunkan oleh 7 orang sekaligus. Itulah mengapa disebut adzan pitu (pitu = tujuh). Wali Songo berperan besar terhadap pembangunan masjid ini. Sunan Gunung Jati yang bertindak sebagai ketua pembangunan masjid ini menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Nama masjid ini sendiri diambil dari kata “sang” yang artinya keagungan, “cipta” yang artinya dibangun, dan “rasa” yang artinya digunakan.Selain keunikan di bidang arsitekturnya yang khas bercorak hindu dengan warna merah, ada tradisi unik lainnya yang mungkin hanya ada di Indonesia, bahkan mungkin satu-satunya di dunia. Adzan pitu merupakan tradisi yang dilakukan sejak sekitar 500 tahun silam, dulu adzan pitu dilantunkan setiap waktu sholat tiba, kini adzan pitu hanya dilakukan pada saat sholat Jumat saja, pada adzan yang pertama. Keunikan lain dari masjid ini adalah tidak mempunyai kubah


Bagian dalam dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, antara penasaran dan canggung mau melihat paling depan dari masjid ini urung saya lakukan karena takut mengganggu.

Setelah berkunjung ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa saya menuju Keraton Kasepuhan Cirebon tidak jauh dari Masjid Agung ini. Dengan membayar tiket sebesar Rp 20.000,- per orang 

SEJARAH SINGKAT

Keraton Kasepuhan mulai dibangun pada tahun 1430 oleh Pangeran Walang Sungsang atau Cakrabuana, putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Saat keraton mulai dibangun, wilayah Cirebon masih disebut Caruban

Nampak bagian dalam dari Keraton Kasepuhan sayang area tersebut tidak bisa dilewati oleh pengunjung

Area terbatas pengunjung

Kutagara Wadasan, berukuran lebar 2,5 m dan tinggi ± 2,5 m, dibangun oleh Sultan Sepuh I Syamsudin Martawidjaja pada tahun 1678.Kutagara Wadasan adalah gapura yang bercat putih dengan gaya khas Cirebon, gaya Cirebon tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran wadasan dan bagian atas dengan ukiran mega mendung. Arti ukiran tersebut seseorang harus mempunyai pondasi yang kuat jika sudah menjadi pimpinan atau sultan harus bisa mengayomi bawahan dan rakyatnya.

Kuncung, berukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 m dibangun oleh Sultan Sepuh I Syamsudin Martawidjaja pada tahun 1678 yang digunakan parkir kendaraan sultan. (Wikipedia)

Dua buah patung macan putih sebagai lambang keluarga besar Pajajaran (keturunan Prabu Jaya Dewata (Silih Wangi) di taman bunderan Dewandaru di area utama keraton Kasepuhan di Kesultanan Kasepuhan.



Porcelain yang ada di dinding Keragon Kasepuhan berasal dari kebudayaan Tiongkok dan Eropa.

Kereta yang dibuat pada 1571 tahun saka atau 1649 masehi tersebut berada dalam Museum Singa Barong. Meski berusia ratusan tahun, kereta kencana ini masih asli dan utuh. Kereta ini dibuat oleh seniman asli Cirebon yaitu Panembahan Losari. Singa Barong berasal dari dua kata yakni 'Singarani' yang artinya 'memberi nama', dan 'Barong' yang berarti 'bersama-sama'. Kereta Singa Barong adalah sebuah kereta kencana yang bentuknya penggabungan dari 4 bagian hewan singa/macan (tubuh,kaki dan mata) gajah (belalai), naga (kepala), garuda (sayap), kereta ini ditarik oleh 4 kerbau putih.



Lukisan Prabu Siliwangi di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Lukisan ini menggambarkan Prabu Siliwangi yang berdiri dengan mahkota dan jubahnya. Tangan kirinya memegang keris. Di bawahnya ada seekor macan mendampingi. Menurut pemandu wisata, lukisan ini matanya dipercaya dapat bergerak mengikuti yang melihatnya. Setelah selesai berkunjung ke Keraton Kasepuhan saya menuju destinasi selanjutnya yaitu Keraton Kanoman

Lokasi Keraton Kanoman berada di Jl. Winaon, Kampung Kanoman, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk, tepatnya berada dibelakang pasar Kanoman. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Stasiun Kejaksan Cirebon, dapat ditempuh sekitar 10-15 menit, Keraton Kanoman merupakan salah satu tonggak sejarah kota Cirebon dan berkembangnya agama islam di Cirebon, di keraton ini Anda akan banyak menemui peninggalan-peninggalan sejarah dan kisah-kisah sejarah yang sangat mendalam yang akan disampaikan oleh pemandu, penjaga atau abdi dalem Keraton Kanoman.

Pada awalnya Keraton Kanoman merupakan pusat peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian karena ada masalah internal terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon.

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I, pada sekitar tahun 1510 Saka atau 1588 M. Keraton Kanoman juga tidak terlepas dari awal berkembangnya agama Islam di Jawa Barat, karena Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Hal menarik lainnya dari Keraton Kanoman dan Keraton-keraton lainnya di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding. Tak hanya di keraton, piring-piring keramik tersebut juga bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon, hal ini menunjukkan bahwa Cirebon memiliki kultur yang beragam.

dikarenakan waktu yang mepet saya hanya berkunjung ke Keraton Kanoman tidak masuk hanya mampir saja karena jadwal pulang saya dengan kereta api jam 14:55 selanjutnya saya berkunjung ke salah satu pusat oleh-oleh khas Cirebon di Jalan Siliwangi dengan menggunakan angkot. Tidak lupa sebelum kembali ke Stasiun Cirebon saya membeli Empal Gentong Krucuk yang sangat terkenal di Cirebon berlokasi di Jalan Selamet Riyadi No 5 Kejaksaan. Banyak sekali foto dan tandatangan Publik Figur Indonesia yang berkunjung kesini, soal rasa jangan ditanya lezat sekali

Setelah perut kenyang saya kembalu ke Stasiun Cirebon naik angkot tidak jauh sebenarnya hanya beberapa km

Stasiun Cirebon dari Jalan Siliwangi

Ada Lokomotif Uap B1304 di pajang di depan Stasiun Cirebon

Tiket KA Ciremai Ekspress Cirebon-Bandung

Sebelum pulang penasaran pengen berfoto dengan lokomotif teranyar CC206


Interior KA Ciremai Ekspress eks KA Tegal Bahari relasi Tegal - Gambir

Tepat jam 14:55 KA Ciremai Ekspress diberangkatkan dari jalur 1, berakhir sudah liburan yang singkat ini. Hanya sekitar 4 jam saya di Cirebon mungkin kedepan akan berkunjung kembali untuk lebih mengeksplore wisata-wisata yang lebih menarik lagi.