Saturday 30 January 2016

Candi Cangkuang dan Dua Peradaban


Kiri: Makam Mbah Dalem Arief Muhammad, Kanan: Candi Cangkuang
Yuk kita piknik lagi kali ini kita berkunjung ke Candi Cangkuang salah satu sedikit candi yang ada di Provinsi Jawa Barat, dari rumah berjarak 80 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam lebih menuju lokasi, kita mengambil jalur Tol Padalarang kemudian keluar Tol Cileunyi, jl Raya Bandung - Garut  Nagreg kemudian Leles.


Rakit yang mengantarkan kita ke Pulo Panjang lokasi Candi Cangkuang

Sampai di Leles kita menyewa rakit untuk menuju ke lokasi.  Candi Cangkuang terletak di wilayah Cangkuang, kec Leles, Kab Garut, Provinsi Jawab Barat. Candi ini terltak bersebelahan dengan Makam Mbah Dalem Arief Muhammad sebuah makam kuno pemula agama Islam leluhur Kampung Pulo di Desa Cangkuang. Nama Cangkuang adalah nama tanaman sejenis pandan (pandanus furcatus) yang banyak terdapat di sekitar makam. Candi Cangkuang dan Makam Mbah Dalem Arief Muhammad terletak disebuah daratan tengah danau kecil (situ) sehingga untuk mencapai ke tempat tersebut harus menyebrang menggunakan rakit yang telah disediakan pihak pengelola Candi Cangkuang. Selain Candi dan makam juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo.
Sejarah diketemukannya Candi Cangkuang menurut wikipedia pada tahun 1966 oleh peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan laporan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893 mengenai adanya sebuah Arca Syiwa yang rusak serta makam kuno dibukit Kampung Pulo, Leles. Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan sebuah bangunan candi. Makam Mbah Dalem Arief Muhammad yang dianggap penduduk setempat sebagai leluhur Kampung Pulo. Selain menemukan reruntuhan candi terdapat pula serpihan pisau serta batu-batu besar peninggalan Zaman Megalitikum.

Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada lahan persegi empat yang berukuran 4,7 m x 4,7 m diantata sisa-sisa bangunan candi diketemukan Arca Syiwa dengan posisi bersila diatas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap kesebelah dalam paha kanan, kaki kanam menghadap kebawah beralasan lapik. Didepan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah kedepan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca syiwa. Candi Cangkuang saat ini adalah merupakan hasil dari rekayasa rekonstruksi, disebabkan karena bangunan asli hanyalah 40% oleh sebab itu bentuk dari bangunan candi yang sebenarnya belum diketahui.

Menurut keterangan petugas Mbah Dalem Arief Muhammad berasal dari Kerajaan Mataram Islam sekitar abad ke 17 yang merupakan utusan kerajaan untuk menyerang Belanda ke Batavia. Namun karena gagal dalam tugas dan malu bila harus pulang ke Mataram maka memilih menetap disekitar Situ Cangkuang. Keturunan asli garis perempuan Mbah Dalem Arief Muhammad sampai ini masih menetap di Kampung Pulo yang hanya berjumlah 6 buah bangunan atau rumah adat.


Kampung Pulo hanya ada 5 Rumah dan 1 Masjid

Pengaruh Hindu masih kental dalam masyarakat Kampung Pulo seperti tidak bekerja diladang pada hari Rabu dan menggunakan dupa dan sesaji saat berdoa di makam, disana juga ada larangan memelihara ternak berkaki empat seperti kerbau, sapi kambing dan melarang memukul gong besar.

Didepan Makam Mbah Dalem Arief Muhammad terdapat museum sederhana yang menyimpan koleksi berupa Naskah Al Quran Abad XVII, naskah khutbah Idul Fitri & Idul Adha, Naskah Fiqih Abad XVII dan proses penelitian dan penggalian serta proses pemugaran. Kemudian Lukisan besar Ilustrasi dari seorang Mbah Dalem Arief Muhammad. Lengkap banget ya disamping kita berwisata piknik tapi ada edukasinya itu lebih bagus menambah wawasan kita biar tambah pinter.


Didalam pintu yang digembok itu terdapat Arca Syiwa dan banyak uang saweran


Situ Cangkuang

Friday 29 January 2016

Darajat Pass Garut


Setelah dipagi hari berkunjung ke Candi Cangkuang kita melanjutkan perjalanan menuju pemandian air panas Darajat Pass (Darjat Pass Hotspring Water) berjarak sekitar 35 km dari Candi Cangkuang dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dengan melewati rute alun-alun leles kemudian bundaran Tarogong belok kanan menuju Jl. Samarang kemudian belok kanan ke Jl. Pasirwangi trus sampai menemukan tulisan besar Darajat Pass. Jalur Pasirwangi memang kecil dan berkelok-kelok namun di sisi jalan banyak perkebunan sayur-sayuran masih asri pemandangannya. Tentu udaranya juga segar khas dataran tinggi. 
Darajat Pass terlerak di Jl. Darajat km 14 Desa Karyamekar, Kec Pasirwangi, Kab Garut, Prov Jawa Barat. Darajat Pas Garut ini merupakan sebuah objek wisata pemandian air panas, waterpark, rumah makan, out bound dan penginapan serta bungalow untuk meeting pun ada dengan nuansa alam yang indah cocok untuk liburan bersama kerabat dan keluarga kalian. Tiket masuk Darajat Pass Rp 30.000,00.- jika tidak ada perubahan, kolam yang tersedia ada 3 untuk waterpark atau taman air tersedia di lantai bawah dengan berbagai water slider kemudian ember tumpah dll, untuk 2 kolam lagi ada di atas kolam rendam yang air nya cukup panas. Air kolam Darajat Pass berasal dari Kawah Darajat sehingga mengandung mineral belerang, disini memang saya akui suasananya masih asri jauh dari kata kebisingan kemudian kabut pun sering datang kita akan turun hujan terlebih jika malam hari dinginnya udara menusuk tubuh. Setiap weekend atau libur nasional Darajat Pass sering penuh bahkan wisatawan dari Jakarta pun sering berkunjung kesini. 


Darajat Pass Waterpark dengan ember tumpah
Sesampainya di Darajat Pass kita masuk ke bungalow yang sudah disediakan oleh panitia, sebelum berendam air panas kita menyantap makanan yang telah dibawa. Yuk ah udah kenyang kita berendam, manfaat berendam air panas baik untuk mengurangi ketegangan dan stress kemudian masalah kulit, jerawat dll, disarankan jika kita akan berndam sebaiknya tidak langsung masuk kedalam kolam air panas. Awali dengan duduk-duduk dipinggir kolam sambil mencelupkan kaki kedalam air. Cara seperti ini agar tubuh kita bisa menyesuaikan diri dengan suhu air yang cukup panas. Setelah itu langsung kita boleh untuk masuk kedalam air atau bermain air, biasanya di Darajat Pass disarankan untuk berendam air panas selama 15-20 menit saja hal ini menjaga agar kita tidak pusing atau mual akibat kandungan mineral seperti belerang dalam air. Setelah istirahat beberapa menit boleh mengulangi untuk bermain air atau jika sudah selesai kita bersihkan tubuh dengan mandi air dingin. 


No Caption

Sunday 17 January 2016

Kawah Putih Ciwidey


Sibuk dengan rutinitas setiap hari membuat ingin berwisata sejenak maka saya dan teman sepakat untuk berkunjung ke Kawah Putih Ciwidey letaknya yang tidak terlalu jauh menjadi alternatif wisata yang sering kami kunjungi. Tidak hanya Kawah Putih banyak sekali wisata yang ada di Ciwidey dari Petik Strawberry, Rancaupas, Pemandian Air Panas Cimanggu, Pemandian Air Panas Walini, Perkebunan Teh PTPN VIII sampai Situ Patenggang, kami memutuskan untuk ke Kawah Putih dan Pemandian Air Panas Cimanggu. Menurut Google Maps jarak Cimahi menuju Ciwidey sekitar 50 km menelusuri Jalur Nanjung, Soreang kemudian Rancabali dan berakhir di Ciwidey, jalur Ciwidey jalur yang cukup ramai bahkan cenderung macet jika diakhir pekan.
Waktu tempuh 90 menit akhirnya saya sampai di Kawah Putih sebelum memasuki kawah putih kita membeli tiket masuk sudah termasuk kendaraan ontang anting yang mengantarkan kita ke pusat kawah putih. Jalur naik dengan kelokan yang tajam serta kecepatan kendaraan diatas rata-rata membuat jantung bisa copot. Sampai dipuncak suasana begitu tenang alunan kecapi suling makin suasana membuat syahdu, udara yang sejuk betah berlama-lama disini. Bau belerang pun tidak terlalu tercium, tidak terasa sesak dipernafasan, air bercampur belerang dan zat kapur serta bau khas belerang menjadikan kawah putih cantik. Sejarah tentang diketemukannya Kawah Putih menurut papan informasi yang tersedia di Pintu Masuk Kawah Putih berawal dari Gunung Patuha di Bandung Selatan terdapat 2 kawah aktif yang pertama kawah saat dan kawah putih. Kawah Saat berada di ketinggian 2434 mdpl dengan rata-rata suhu mencapai 5-10 Deg Celcius sedangkan kawah putih berada diketinggian 2222 mdpl dengan rata-rata suhu mencapai 5-15 Deg Celcius.


Gunung Patuha oleh masyarakat Ciwidey dianggap sebagai gunung yang tertua. Namun Patuha konon berasal dari kata Pak Tua (sepuh), sehingga masyarakat setempat sering kali menyebutnya dengan nama Gunung Sepuh. Lebih dari seabad yang lalu, puncak Gunung Patuha dianggap angker oleh masyarakat setempat sehingga tak seorang pun berani menginjaknya. Oleh karena itu, keberadaan dan keindahannya pada saat tersebut tidak sempat diketahui orang. Atas dasar beberapa keterangan, Gunung Patuha pernah meletus pada abad X sehingga menyebabkan adanya kawah (crater) yang mengerikan di sebelah puncak bagian barat. Kemudian pada abad XII kawah di sebelah kirinya meletus pula, yang kemudian membentuk danau indah. Pada tahun 1837, seorang Belanda peranakan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1964) mengadakan perjalanan ke daerah Bandung Selatan. Ketika sampai di kawasan tersebut, Junghuhn merasakan suasana yang sangat sunyi dan sepi, tak seekor binatang pun yang melintasi daerah itu. Ia kemudian menanyakan masalah ini kepada mayarakat setempat, dan menurut masyarakat, kawasan Gunung Patuha sangat angker karena merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur serta merupakan pusat kerajaan bangsa jin. Karenanya, bila ada burung yang lancang berani terbang di atas kawasan tersebut, akan jatuh dan mati. Meskipun demikian, orang Belanda yang satu ini tidak begitu percaya akan ucapan masyarakat. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menembus hutan belantara di gunung itu untuk membuktikan kejadian apa yang sebenarnya terjadi di kawasan tersebut. Namun sebelum sampai di puncak gunung, Junghuhn tertegun menyaksikan pesona alam yang begitu indah di hadapannya, dimana terhampar sebuah danau yang cukup luas dengan air berwarna putih kehijauan. Dari dalam danau itu keluar semburan lava serta bau belerang yang menusuk hidung. Dan terjawablah sudah mengapa burung-burung tidak mau terbang melintasi kawasan tersebut. Dari sinilah awal mula berdirinya pabrik belerang Kawah Putih dengan sebutan di jaman Belanda: Zwavel Ontginign Kawah Putih. Di jaman Jepang, usaha pabrik ini dilanjutkan dengan menggunakan sebutan Kawah Putih Kenzanka Yokoya Ciwidey, dan langsung berada di bawah pengawasan militer. Cerita misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari satu generasi masayarakat ke generasi masyarakat berikunya. Hingga kini mereka masih percaya bahwa Kawah Putih merupakan tempat berkumpulnya roh para leleuhur, bahkan menurut kuncen Abah Karna yang sekarang berumur sekitar 105 tahun dan bertempat tinggal di Kampung Pasir Hoe, Desa Sugih Mukti di Kawah Putih terdapat makam para leluhur, di antaranya Eyang Jaga Satru, Eyang Rangga Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barahak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kauk, dipercaya sebagai tempat rapat para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Di tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib) sekumpulan domba berbulu putih (domba lukutan) yang dipercaya sebagai penjelmaan dari para leluhur, itu lah singkat cerita asal-usul dari Kawah Putih.


Eksotis menurut saya pemandangannya


No Caption

Puas mengitari sudut Kawah Putih dan berfoto kita sejenak sholat Dzuhur terlebih dahulu, air nya luar biasa dingin. Kita kembali ke pos pertama (parkiran) untuk menuju ke Cimanggu Hotsprings Water dengan menaiki ontang anting. Dari Kawah Putih Cimanggu Hotsprings Water tidak jauh sekitar 1 km masuk membeli tiket cukup mahal juga sekarang, kita masuk disediakan 3 kolam satu kolam kecil air nya cukup hangat kemudian satu kolam besar cukup hangat dan kolam besar namun airnya sedikit namun panasnya luar biasa. Sayangnya ketiga kolam tersebut kondisinya kotor hijau berlumut terutama kolam yang ditengah, usut punya usut ternyata memang sengaja tidak memakai penjernih air karena berbahaya. Jika dilihat dari papan informasi di Cimanggu Hotsprings Water, secara teori air hangat atau panas lebih tahan dalam menyimpan kandungan padat atau tidak melarutkan, maka tak heran kalau sumber air hangat maupun panas menyimpan kandungan tambang yang memang dibawa dari perut bumi antara lain kalsium, lithium juga radium. Itu yang membuat sumber air hangat atau panas banyak digunakan untuk pengobatan atau rehabilitasi karena diyakini bisa memberi efek terapi