Setelah beberapa kali menelusuri peninggalan Bosscha di Bandung seperti Gedung Societeit Concordia atau sekarang di sebut Gedung Merdeka dan Peneropongan Bosscha, kali ini saya menyempatkan berkunjung ke Perkebunan Teh Malabar dan sekalian Menuju tempat peristirahatan terakhir Bosscha. Dari Cimahi ke Pangalengan sekitar seratus km saya tempuh 3 jam lebih menggunakan sepeda, kontur jalan yang menanjak sekitar 1706 mdpl atau 19% dilahap, kali ini stamina saya cukup bagus jika dibandingkan pertama kali ke Situ Cileunca diwilayah Pangalengan juga. Sampai di Perkebunan Teh Malabar suasana asri sejuk, hijau, tenang, nampak hamparan kebun teh begitu rapi dan dari jauh terlihat kepulan asap yang membumbung tinggi, PTLU Geothermal saut seorang juru kunci di pelataran tepat di depan makam Bosscha beberapa keluarga sedang menyantap makanan (Botram) munggahan tradisi makan besar bersama keluarga jelang dimulainya bulan suci Ramadan. Tidak dipungut biaya sama sekali jika anda berkunjung ke Perkebunan Teh Malabar ataupun Makam Bosscha namun kadang kala ada beberapa orang memberikan sejumlah uang untuk "kopi" bagi sang juru kunci.
Pintu masuk menuju Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan
K.A.R Bosscha
Seorang brilian yang memiliki dedikasi, integrasi, serta kepribadian yang kuat.
Datang ke Indonesia tahun 1887, berhasil mengelola dan mengembangkan Perkebunan Teh Malabar - Pangalengan pada tahun 1896-1828
Dikenal juga dengan sumbangsih serta peranan atas karya-karya antara lain:
- Technische Hogeschool yang saat ini disebut Institut Teknologi Bandung.
- Gedung Societeit Concordia yang disebut Gedung Merdeka tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika 1955
- Obsevatorium Bosscha adalah peneropongan bintang yang memiliki lensa terbesar didunia pada saat itu 1923-1928
No comments:
Post a Comment