Wednesday 30 December 2015

Kehidupan Prasejarah di Gua Pawon

Setelah melakukan beberapa kunjungan ke Museum Sri Baduga dan Museum Geologi yang membahas tentang Gua Pawon dan penemuan kerangkanya, saya berkesempatan melakukan kunjungan langsung ke Gua Pawon untuk mengetahui lebih jauh ada apa di Gua Pawon. Jarak dari Cimahi menuju Gua Pawon sekitar 15 km perjalanan sekitar 60 menit, jalanan disekitar memang cukup macet terutama didaerah Cimareme, Tagog, Padalarang.

Pada akhir tahun 1999, Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) melakukan penelitian geologi di kawasan Karst Rajamandala, tepatnya di Gua Pawon, Gunung Masigit, Padalarang, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung. Dalam kegiatan penelitian ini ditemukan berbagai alat dan perkakas batu (artefak). Penelitian ini ditindak lanjuti oleh Balai Arkeologi dengan melakukan penggalian (ekskavasi) untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kehidupan di Gua Pawon khususnya dan disekitar Danau Bandung Purba pada umumnya. Penggalian arkeologis yang dilakukan menghasilkan temuan yang mengarah pada kesimpulan bahwa Gua Pawon pernah dijadikan hunian oleh manusia prasejarah di masa lampau. Karena didalam gua ditemukan rangka manusia yang secara anatomis relatif utuh. Selain rangka manusia di dalam gua ditemukan juga berbagai artefak dari bebatuan dan tulang binatang, perhiasan dari gigi binatang, sisa-sisa molusca serta fragmen tulang. Temuan rangka manusia yang dinamakan "Manusia Pawon" ini, berdasarkan ciri fisik (tengkorak) termasuk ras Mongoloid. Dari hasil ekskavasi terakhir ditemukan sisa-sisa rangka manusia yang mewakili 4 individu dan diberi no urut RI, RII, RIII, RIV. Rangka-rangka tersebut mewakili periode budaya yang berbeda. Analisi umur yang dilakukan berdasarkan unsur karbon (carbon dating) "Manusia Pawon" ini hidup antara 5600-9500 tahun yang lalu.
Membeli tiket sebesar Rp 5000,- disekitar Gua Pawon masih banyak terdapat monyet-monyet liar, agar berhati-hati dengan barang bawaannya bisa jadi hilang dicuri oleh monyet.

Memasuki Gua Pawon kita berjalan ada tangga melewati lorong gua yang dihuni oleh kawanan kelalawar, bau tidak sedap dari kotoran kelelawar menyeruak beruntung hanya satu lorong itu saja yang berbau tidak sedap, kita pun berjalan dikegelapan dengan lorong yang sempit, namun dibeberapa tempat memang relatif cahaya bisa masuk


Celah-celah yang sempit namun Gua Pawon sendiri relatif besar, dan di dalam gua tersebut terdiri dari beberapa ruangan besar.


Gua ini relatif tidak terlalu gelap karena cahaya matahari bisa masuk melalui langit-langit gua.



Kita berjalan terus ke sisi kiri, terdapat ruangan yang merupakan situs purbakala. Terdapat pula tengkorak manusia prasejarah yang telah diekskavasi, namun dipagari sehingga pengunjung hanya dapat melihatnya saja. Kerangka yang ada di Gua Pawon tersebut merupakan replika, aslinya ada di Balai Arkeologi Bandung di Cileunyi. 

Suasana Gua nampak sunyi, semilir angin yang berhembus dicelah ruangan membuat nyaman berlama-lama di dalam Gua. Sayang Gua Pawon masih terlihat aksi tangan-tangan jahil terkait vandalisme, seharusnya pengelola tindak tegas hal ini.


Memperhatikan dinding-dinding Gua yang sangat indah menurut saya. Namun hati-hati banyak jalanan yang cukup licin terutama jika hujan.





Dari teori hunian gua, di keilmuan arkeologi, ada tiga fungsi gua. Sebagai tempat hunian, tempat penguburan, dan multifungsi atau bisa buat hunian sekaligus penguburan. Gua Pawon ini multifungsi. Nah, yang difungsikan jadi tempat penguburan itu biasanya tempat yang jarang dilalui. Memang Gua Pawon tidak terlalu ramai seperti objek wisata yang terkenal di Bandung Selatan atau bahkan Kota Bandung, masih banyak misteri yang tersimpan dalam Gua Pawon yang harus dipecahkan termasuk Cekungan Bandung didalamnya apakah berkaitan atau tidak. 

No comments:

Post a Comment