Tuesday 15 December 2015

Wonderfull Borobudur



Setelah mengunjungi Candi Mendut dan Candi Pawon saya mengunjungi Candi Borobudur. Ketika sampai di pintu masuk ternyata kendaraan saya tidak boleh masuk masuk parkiran di dalam komplek Candi Borobudur kita diarahkan untuk memarkirkan ditempat parkir yang telah disediakan oleh penduduk setempat di luar kompleks candi. Dengar-dengar hal ini dilakukan terkait kebakaran toko-toko souvenir yang ada di Candi Borobudur. 

Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, candi Buddha terbesar di Indonesia ini telah warisan budaya dunia dan telah terdaftar dalam daftar warisan dunia (world heritage list), lokasi Candi Borobudur yang merupakan bukit kecil dikelilingi oleh pegunungan Menoreh, G. Merapi dan G. Merbabu di timurlaut, serta G. Sumbing dan G. Sindoro di barat laut




Relief yang ada di Candi Borobudur 

Candi ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan, mudra sikap tangan Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). 

Berdasarkan tulisan yang terdapat di beberapa batu di Candi Borobudur, para ahli berpendapat bahwa candi ini mulai dibangun sekitar tahun 780 M, pada masa pemerintahan raja-raja Wangsa Sanjaya. Pembangunannya memakan waktu berpuluh-puluh tahun dan baru selesai sekitar tahun 830 M, yaitu pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra. Konon arsitek candi yang maha besar ini bernama Gunadharma, namun belum didapatkan informasi tertulis tentang tokoh ini. Pada tahun 950 M, Candi Borobudur terkubur oleh lava letusan G. Merapi dan baru ditemukan kembali hampir seribu tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1814. Penemuan kembali Candi Borobudur adalah atas jasa Sir Thomas Stamford Raffles.

Candi Borobudur berdiri di atas bukit yang memanjang arah timur-barat. Candi ini dibangun dari balok batu andesit sebanyak 47,500 m3, yang disusun rapi tanpa perekat, dan dilapisi dengan lapisan putuh 'vajralepa', seperti yang terdapat di Candi Kalasan dan Candi Sari. Bangunan kuno Borobudur berbentuk limas bersusun dengan tangga naik di keempat sisi, yaitu sisi timur, selatan, barat, dan utara. Konon di sisi timur, di bawah kaki candi, pernah ditemukan jalan naik ke atas bukit. Hal itu mendasari dugaan bahwa Candi Borobudur menghadap ke timur dan pintu utama adalah yang terletak di sisi timur.


Tangga paling bawah dihiasi dengan kepala naga dengan mulut menganga dan seekor singa duduk di dalamnya. Dugaan bahwa Candi Borobudur menghadap ke timur diperkuat dengan adanya pahatan relief pradaksina (yang dibaca memutar searah jarum jam), berawal dari dan berakhir di sisi timur. Selain itu, arca singa yang terbesar juga terdapat di sisi timur. Tangga menuju ke tingkat yang lebih tinggi dilengkapi dengan gerbang yang berukir indah dengan kalamakara tanpa rahang bawah di atas ambang pintu. Pada mulanya tinggi keseluruhan bangunan kuno ini mencapai 42 m, namun setelah pemugaran tingginya hanya mencapai 34,5 m. Batur atau kaki candi berdenah bujur sangkar dengan luas denah dasar 123 x 123 m, dilengkapi penampil yang menjorok keluar di setiap sisi. Keseluruhan bangunan terdiri atas 10 lantai yang luasnya mencapai 15, 13 m2. Lantai I sampai dengan lantai VII berbentuk persegi, sedangkan lantai VII sampai dengan lantai X berbentuk lingkaran. Luas dinding keseluruhan mencapai 1500 m2, dihiasi dengan 1460 panil relief, masing-masing selebar 2 m.


Jumlah Arca Buddha, termasuk yang telah rusak, mencapai 504 buah. Arca-arca Buddha tersebut menggambarkan Buddha dalam berbagai sikap.



Arca-arca di sisi timur menggambarkan Dhyani Buddha Aksobhya, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan menyinggung tanah atau sikap Bhumiparsyamudra.

Arca-arca di sisi selatan menggambarkan Dhyani Buddha Ratnasambhawa, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan memberi anugrah atau sikap Varamudra.

Arca-arca di sisi barat

Menggambarkan Dhyani Buddha Amitabha, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan bersemadi sikap Dhyanamudra.

Arca-arca di sisi utara

menggambarkan Dhyani Buddha Amogasidhi, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan menentramkam atau sikap Abhayamudra.

Arca-arca di puncak

Menggambarkan Dhyani Buddha Vairosyana, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan mengajar (ibu jari dan telunjuk bersentuhan dan ketiga jari lain terangkat) atau sikap Vitarkamudra.

Arca-arca di undakan lingkaran

Menggambarkan Dhyani Buddha Vairosyana, yaitu Buddha bersila dengan sikap tangan mewejangkan ajaran atau sikap Dharmacakramudra.


Candi Borobudur melambangkan tiga tingkatan dalam kehidupan manusia:
Kamadhatu Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".Pada dinding kaki candi terdapat 160 panil relief Karmawibangga. Saat ini relief tersebut tidak dapat dilihat karena tertutup urukan. Pada saat pembangunan candi ini sedang berlangsung, bangunan yang belum selesai tersebut melesak ke bawah, sehingga arsiteknya memutuskan untuk menguruk bagian kakinya. Konon selain untuk menghindari longsor, pengurukan bagian kaki ini juga didasarkan atas alasan etika dan estetika.


Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Tubuh candi terdiri atas 5 tingkat, makin ke atas makin mengecil, dengan denah bujur sangkar. Di setiap tingkat terdapat selasar yang cukup lebar mengelilingi tubuh candi. Tepi selasar diberi dinding yang dihiasi dengan panil-panil relief. Tubuh candi disebut Rupadhatu, yang berarti dunia rupa. Dalam dunia ini manusia masih terikat dengan kehidupan duniawi, namun sudah mulai berusaha mengendalikan hasrat dan nafsu.
Beberapa tempat terdapat saluran pembuangan air yang disebut Jaladwara. Dinding atas tingkat I dihiasi dengan relief cerita yang diambil dari Kitab Lalitawistara, yang mengisahkan riwayat Sang Buddha sejak turun dari surga Tusita ke bumi, saat menerima wejangan di Taman Rusa dekat Benares, sampai pada saat mencapai kesempurnaan.


Arupadhatu adalah Tingkatan ini melambangkan alam atas, pada tataran kehidupan ini manusia sudah terlepas dari hasrat dan nafsu. Atap candi berupa batur bersusun 3 dengan denah bundar membentuk 3 lingkaran bersusun dengan pusat yang sama dengan stupa-stupa berisi arca Buddha. Dalam lingkaran di tingkat I terdapat 32 stupa, di tingkat II terdapat 24 stupa dengan lubang-lubang berbentuk wajik, bersisi horisontal datar dan sisi vertikal miring. Lubang berbentuk wajik melambangkan adanya nafsu yang masih tersisa. Di tingkat III terdapat 16 stupa dengan lubang hiasan berbentuk persegi, bersisi horisontal datar dan sisi vertikal tegak. Lubang berbentuk persegi ini melambangkan nafsu yang telah lenyap tak bersisa. Puncak atap merupakan sebuah stupa yang sangat besar. Konon dalam stupa ini dahulu terdapat arca Sang Adhi Buddha, yaitu Dhyani Buddha tertinggi dalam agama Buddha Mahayana.


Fokus ke ukiran yang ada diatas tangga menuju ke tingkat yang lebih tinggi dilengkapi dengan gerbang yang berukir indah dengan kalamakara tanpa rahang bawah di atas ambang pintu.

Luar biasa Candi Borobudur ini, kayak akan sejarah, bangunan yang berdiri kokoh berusia ribuan tahun, masih aktif untuk kegiatan spiritual agama Buddha, menarik wisatawan lokal bahkan luar negeri untuk mengunjunginya. Setelah beberapa jam berkeliling di candi saya pun meninggalkan pusat utama dari Candi Borobudur menuju pintu keluar. Dalam perjalanan pintu keluar banyak kios-kios souvenir semi permanen yang berjualan. Rute pintu keluar cukup membuat pusing bagi saya karena pintu keluar bukan yang biasanya terkait adanya kebakaran kios-kios souvenir, sehingga sedikit banyak mengganggu kenyamanan pengunjung. 

Referensi: 
Perpustakaan Nasional RI
Wikipedia

No comments:

Post a Comment