Saturday 26 December 2015

Museum Negeri Sri Baduga

Museum Negeri Sri Baduga yang terletak di ruas Jalan BKR 185 Tegallega dan berhadapan dengan Monumen Bandung Lautan Api. 

Bangunan Museum berbentuk bangunan suhunan panjang dan rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern.


Tiket Masuk Museum Sri Baduga Rp 3.000,- saja.

Lantai satu merupakan tampilan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini digambarkan sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat, antara lain dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa Prasejarah hingga jaman Hindu-Buddha.

Lantai kedua meliputi materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi; pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat.

Lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, dan keramik asing.

SEJARAH SINGKAT
Pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daud Yusuf dan diberi nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat. Areal museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 dibagi menjadi dua bagian; wilayah publik (public area), mencakup gedung pameran dan auditorium dan wilayah buka publik (non public area), mencakup ruang perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi serta Kelompok Kerja Koleksi (termasuk di dalamnya Gedung Penyimpanan Koleksi).

Sepuluh tahun kemudian, nama museum dilengkapi dengan nama Sri Baduga diambil dari nama raja Sunda yang bertahta di Pakwan Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi. Nama ini tertuang dalam Prasasti Batutulis secara lengkap tertulis  "Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakwan Pajajaran Sri Ratu" dengan terjemaahan "dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata"

Sebagai Museum umum yang memiliki koleksi dari jenis koleksi:

Geologika adalah benda koleksi yang menjadi kajian disiplin ilmu, antara lain: batuan, mineral, fosil, dan benda-benda bentukan alam lainnya (granit, andesit).


Biologika adalah benda koleksi yang masuk kategori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain berupa tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan baik fosil maupun bukan.



Gua Pawon adalah sebuah gua alami dan situs purbakala yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Tim peneliti dari Balai Arkeologi Bandung kembali menemukan kerangka yang diduga sebagai manusia prasejarah, perkakas batu dan tulang belulang hewan vertebrata. Kerangka manusia purba yang sda di Gua Pawon konon adalah nenek moyang orang Sunda



Etnografika adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian Antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis






Iket Wulung


Arkeologika adalah benda koleksi yang merupakan hasil budaya manusia masa lampau yang menjadi obyek penelitian, benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya pengaruh barat.



Historika adalah benda koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejarah serta meliputi kurun waktu sejak masuknya pengaruh barat sampai sekarang (sejarah baru). Benda-benda ini pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa (sejarah) yang berkaitan dengan suatu organisasi masyarakat, misalnya negara, kelompok, tokoh dsb.


Kereta kencana Paksi Naga Liman adalah kereta kencana milik Keraton Kanoman, kereta tersebut diperkirakan dibuat tahun 1608 berdasarkan angka jawa 1530 pada leher badan kereta yang merupakan angka tahun saka. Bagian atas kereta berbentuk perpaduan tiga hewan seperti namanya, yakni burung garuda (paksi), ular naga (naga), dan gajah (liman). Tempat duduk penumpang berbentuk badan gajah yang kakinya dilipat, berekor naga, bersayap garuda, dan berkepala perpaduan antara naga dan gajah. Di bagian kepala, wajah gajah berbelalai mencuat ke atas memegang trisula dan tombak.


Replika dari Prasasti Batu Tulis

  • Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,

  • diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana

  • di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata 

  • pun ya nu nyusuk na pakwan 

  • diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang 

  • ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi

Terjemahan kira-kira sebagai berikut.

  • Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum 

  • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, 

  • Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata 

  • Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. 

  • Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. 

  • Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"


Replika dari Prasasti Kawali I Teks di bagian muka:

  • nihan tapa kawa- 

  • li nu sang hyang mulia tapa bha-

  • gya parĕbu raja wastu

  • mangadĕg di kuta ka-

  • wali nu mahayuna kadatuan 

  • sura wisesa nu marigi sa-

  • kuliling dayĕh. nu najur sakala 

  • Desa aja manu panderi pakĕna 

  • gawe ring hayu pakĕn hebel ja

  • ya dina buana

Teks di bagian tepi tebal:

  • hayua diponah-ponah 

  • hayua dicawuh-cawuh 

  • inya neker inya angger .

  • inya ninycak inya rempag

Terjemaahan

Teks di bagian muka:

Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa dia Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.

Teks di bagian tepi tebal:

Jangan dimusnahkan! Jangan semena-mena! Ia dihormati, ia tetap. Ia menginjak, ia roboh.


Replika dari Prasasti Kawali VI



Bani poro ti

Gal nu atis

Tina rasa aya ma nu



Nosi dayoh bawo

Ulah botoh bisi

Kokoro


Berani (menahan) kotoran
Mengendaplah dingin
Dari rasa kepada yang akan
Datang yang
Mengisi kerajaan marilah!
Jangan berlebihan sehingga tidak
Sengsara (kekurangan)


Replika dari Prasasti Kawali V

Numismatika/Heraldika adalah setiap mata uang atau alat tukar (token) yang sah. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang, dan tanda pangkat resmi (termasuk cap/stempel).



Filologika adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologika, berupa naskah kuno yang ditulis tangan menguraikan sesuatu hal atau peristiwa.



Keramologika adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar (baked clay) berupa barang pecah belah.



Seni Rupa adalah benda koleksi yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui objek-objek dua atau tiga dimensi.


Teknologi adalah setiap benda/kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologika tradisional sampai modern.


Tidak kurang sebanyak 5.367 buah koleksi, terbanyak adalah koleksi rumpun Etnografika yang berhubungan dengan benda-benda budaya daerah.




Koleksi alat musik tradisional




Mainan anak zaman dahulu, mungkin sedikit banyak kalian mengetahui permainan tersebut.

Selesai berkunjung ke Museum Sri Baduga, saya melanjutkan ke destinasi ketiga yaitu Museum Konferensi Asia Afrika

No comments:

Post a Comment