Thursday 25 February 2016

Museum Wayang dan Gedung sarat Sejarah

Setelah berkunjung ke Museum Kesejarahan Jakarta saya akan berkunjung ke Museum Wayang, tidak jauh lokasinya hanya beberapa meter dari Museum Kesejarahan Jakarta.

SEJARAH SINGKAT
Gedung Museum Wayang pada awalnya merupakan bangunan Gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama "de Oude Holandsche Kerk" pada tahun 1732 diperbaiki dan diganti nama menjadi "de Nieuw Holandsche Krek". Bangunan ini pernah hancur akibat gempa bumi.
Lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini dan diserahkan kepada "Stichtinh Out Batavia" dan tanggal 22 Desember 1939 dijadikan Museum dengan nama "Oude Bataviasche Museum". Tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian diserahkan kepada Pemerintah DKI tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang dan tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan oleh Gubeenur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Sejak 16 September 2003 mendapat perluasan bangunan hibah dari Probosutedjo.
Fasilitas Museum Wayang terdiri dari Ruang 3D, Ruang Pagelaran, Ruang Master Piece, Ruang Tata Pamer, Mushola dan Toilet, Ruang Kantor dan Perpustakaan

Koleksi-koleksi yang ada di Museum Wayang

Wayang Golek Elung Bandung

Wayang Golek Elung dibuat tahun 1965 karya R. S. Prawiradilaga seorang tokoh budayawan, Alm Prawiradilaga atau lebih dikenal dengan Pak Sule seorang pensiunan Wedana yang mengkhususkan dirinya menciptakan Wayang Golek "Elung" ciptaannya.

Museum Wayang berhasil menghimpun koleksi Wayang Golek "Elung" buah tangan Pak Sule dengan bahan dari kayu cendana dari tahun 1975 sampai tahun 1980 sebanyak 126 buah

Wayang Kulit Purwa Ngabean 

Wayang Ngabean dibuat tahun 1917 oleh keluarga Ngabean. Dalem Ngabean merupakan salah satu rumah bangsawan Yogyakarta yang dikenal karena disamping memiliki koleksi wayang kulit juga karena salah satu pusat kesenian di Yogyakarta. Wayang Ngabean ini merupakan milik dari kakak Sultan. Wayang Ngabean tidak berbeda jauh dengan Wayang Kulit Intan, perbedaannya hanya tidak ditaburi dengan intan batu yakut.

Wayang Kulit Sadat

Wayang Sadat dibuat tahun 1985 oleh Suryadi Warnosuharjo dari Desa Mireng Kec Trucuk, seorang guru Matematika asal Sekolah Pendidikan Guru Muhammadiyah (SGO) Klaten, Jawa Tengah. Wayang ini dipergunakan untuk visualisasi keislaman dengan suasana pesantren, namun masih menggunakan dasar budaya Jawa. Bentuk wayangnya realistik, memakai jubah, tutup kepala seperti sorban jadi berbeda dengan wayang kulit lainnya. Cara mempergelarkannya dengan menggunakan panggung kemudian dibuka dengan iringan bedug dan dalang.

Wayang Kulit Banjar

Wayang Kulit Banjar ini diperkirakan dari zaman kesultanan Demak pada abad ke-16 Masehi terkenal oleh suka Banjar di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bentuk Wayang Kulit ini tidak jauh berbeda dengan Wayang Kulit Purwa, hanya kulitnya dari kulit lembu (sapi) dan pewarnaannya dari cat minyak/kayu sepertu misalnya cat glotek sebagai bahan pewarna yang utama. Tangkai dari wayang terbuat dari bambu.

Masih banyak jenis-jenis wayang yang menjadi koleksi dari Museum Wayang seperti Wayang Wahyu sebagai visualisasi agama Kristen, wayang kyai intan dari Muntilan, Jawa Tengan, wayang menak kebumen, wayang sasak dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, wayang tejokusuman, wayang revolusi dll

Cerita Pribadi.
Dulu ketika masih kecil jika sedang libur Hari Raya, 17 Agustus atau merayakan hari jadi Kabupaten/kota sering diadakan pagelaran Wayang Golek. Hanya saja dari cerita saya tidak cukup mengerti ditambah Bahasa Sunda yang menurut saya diluar dari kebiasaan yang sering diucapkan, terlebih ceritanya yang cukup berat dimengerti oleh anak kecil. Rupa dari wajah-wajah Wayang Golek begitu menyeramkan jika saya lihat, sampai pernah mimpi buruk setelah menonton pagelaran Wayang Golek, mungkin tersugesti juga. Lama kelamaan seiring perkembangan zaman mulai hilang pagelaran Wayang Golek sangat jarang saya temui.

Kembali ke topik
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit dan wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini.


Coba lihat mata dan wajahnya cukup menyeramkan bagi saya masih bocah.


Hanoman adalah salah satu Dewa alam kepercayaan agama Hindu sekaligus tokoh protagonis dalam waracarita Ramayana. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani







Berbagai koleksi wayang Museum Wayang



Ada bonek Si Unyil dan teman-temannya.



Salah satu koleksi Museum Wayang yang berasal dari luar negeri. 


Yang menarik perhatian saya adalah terdapat taman yang diduga makan dari Pendiri Batavia Jan Pieterszoon Coen


Keberadaan jasad atau makam Jan Pieterszoon Coen masih belum jelas, soal kematiannya pun simpang siur, karena belum ada bukti kuat mengenai hal tersebut.

Museum Wayang

Jl. Pintu Besar Utara No 27, Jakarta Barat 11110. Tiket Masuk untuk Dewasa Rp 5.000,- Mahasiswa Rp 3.000,- Anak-anak/Pelajar Rp 2.000,- 

Jam Buka adalah setiap Selasa s.d. Minggu jam 09:00 - 15:00 untuk Senin dan Hari Libur Nasional Tutup

Berakhir sudah petualangan saya mengexplore museum di Jakarta dalam sehari ke Museum Nasional IndonesiaMuseum Bank IndonesiaMuseum Bahari, Museum Kesejarahan Jakarta dan Museum Wayang. Kedepan saya masih akan mengexplore Museum di Jakarta seperti Museum Tekstil dan Museum Taman Prasasti Indonesia

Wednesday 24 February 2016

Museum Kesejarahan Jakarta

Kunjungan museum setelah Museum Bahari adalah Museum Kesejarahan Jakarta dari Museum Bahari tinggal naik Bis Kopami cuma Rp 2.000.00,- turun di Kota Tua Jakarta tidak terlalu jauh juga. 


Membeli tiket seharga Rp 5.000.00,- harus mengantri kontras sekali dengan Museum Bahari yang cenderung sepi peminat.


Bangunan ini dahulu merupakan Stadhuis van Batavia (Balaikota Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Buku harian VOC menyebutkan peletakan batu pertama gedung balaikota oleh Petronella Wilhelmina van Hoorn pada saat ia berusia 8 tahun. Peletakan batu ini dilaksanakan pada 25 Januari 1707, seperti yang tertulis pada batu prasasti yang terlihat dibagian depan gedung, diatas pintu masuk Toko Souvenir Museum Sejarah Jakarta. (Wikipedia)


Petronella Wilhelmina van Hoorn

SEJARAH SINGKAT

Museum Kesejarahan Jakarta ini berawal dari Balaikota Batavia, awalnya balai kota pertama di Batavia dibangun pada tahun 1620di tepi timur Kali Besar. Bangunan ini hanya bertahan selama enam tahun sebelum akhirnya dibongkar demi menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung pada tahun 1626. Sebagai gantinya, dibangunlah kembali balai kota tersebut atas perintah Gubernur-Jenderal Jan Pieterzoon Coen di tahun 1627 Lokasinya berada di daerah Nieuwe Markt (sekarang Taman Fatahillah). Menurut catatan sejarah, balai kota kedua ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi balai kota sangat buruk. Tanah di kota Batavia yang sangat labil dan beratnya bangunan ini menyebabkan perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
Akhirnya pada tahun 1707, atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn, bangunan ini dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama. Peresmian Balai kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710, dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan.

Koleksi-koleksi Museum Kesejarahan Jakarta yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta replika prasasti peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, meubeul antik ada keramik dan gerabah.


Foto Alun-alun Balaikota Batavia


Diorama Fatahillah tokoh yang dikenal mengusir Portugis dari Pelabuhan Perdagangan Sunda Kelapa dan memberi nama "Jayakarta" yang berarti Kota Kemenangan, yang kini menjadi kota Jakarta.



Koleksi Pedang yang ada di Museum Kesejarahan Jakarta


Replika Prasasti Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Cisadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara.


Prasasti Kebon Kopi I salah satu peninggalan kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini menampilkan ukiran tapak kaki gajah, yang mungkin merupakan tunggangan Raja Purnawarman yang disamakan dengan gajah Airawata, wahana Dewa Indra.


Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk seperti telur dalam lima baris dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansakerta. 


Maket Gereja Belanda Baru yang sekarang dipakai Museum Wayang

Tidak begitu banyak yang saya kunjungi ruangan-ruangan yang ada di Museum Kesejarahan Jakarta karena terbatas dengan waktu dan kunjungan terakhir ke Museum Wayang.

Tuesday 23 February 2016

Museum Bahari

Setelah berkunjung ke Museum Nasional Indonesia kemudian ke Museum Bank Indonesia saya akan berkunjung ke Museum Bahari, jarak dari Museum Bank Indonesia ke Museum Bahari sekitar 2 km bisa memakai bis atau ojek online.


Tiket Masuk Museum Bahari

Museum Bahari terletak di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Pembelian tiket masuk Museum Bahari ketika saya berkunjung didekat Menara Syahbandar dengan membayar tiket masuk Rp 5.000.00,- setelah membeli tiket saya menaiki Menara Syahbandar terlebih dahulu. 


Bangunan sederhana penuh dengan sejarah didalamnya

SEJARAH SINGKAT

Menara Syahbandar Uitkijk dibangun sekitar tahun 1839 yang berfungsi sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar-masuk Kota Batavia lewat jalur laut serta berfungsi kantor "Bea dan Cukai" yakni mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Menara Syahbandar inilah titik  0 Km Kota Batavia. Oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Ali Sadikin pada tahun 1977 ditempatkanlah Tugu Nol kilometer disini 


Tugu Peringatan Jakarta ke 450 Tahun, yang merupakan titik 0 Km. Diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin kala itu. Selain prasasti ada beberapa meriam yang terpasang disekitar Menara Syahbandar. 

Masuk ke dalam Menara Syahbandar kita akan berjumpa dengan beberapa anak tangga dari kayu kemudian di dinding ada beberapa lukisan



Beberapa foto lukisan yang ada didinding Menara Syahbandar


Foto saya ambil dari puncak Menara Syahbandar terlihat dari kejauhan aktivitas di Pelabuhan Sunda Kelapa. 


Galangan VOC dengan sungai yang menghitam 


Gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditas VOC yang sekarang menjadi Museum Bahari
Yang saya rasakan setelah berada diatas Menara Syahbandar adalah rasa kengerian karena menara ini cukup sering bergoyang. Karena posisinya yang persis di sisi jalan raya Pakin, di mana setiap hari padat oleh kendaraan dan tak jarang jenis kendaraan berat seperti truk kontainer, bis umum dll, menambah beban getar di sisi selatan menara. Menara ini terasa bergoyang ketika mobil melewati sekitarnya. Sepertinya turis asing banyak yang berkunjung ke Menara Syahbandar malah kebanyakan turis asing daripada turis lokal. Setelah menikmati sensasi bergoyangnya Menara Syahbandar dan melihat pemandangan diatas kita menuju Museum Bahari yang tidak jauh dsri Menara Syahbandar. Kondisi lingkungan disekitar museum cukup kumuh dan berbau serta banyaknya pedagang kaki lima agak disayangkan juga suasananya kurang baik. Pintu Masuk Museum Bahari


SEJARAH SINGKAT
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ciliwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.




Banyak sekali koleksi kapal-kapal yang asli maupun miniatur di Museum Bahari ini.






Berbagai peralatan yang menunjang pelayaran 




Komoditas VOC yang saat itu sangat laris dipasaran eropa berupa rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis, kopi, tembakau dll


Di lantai atas pun terdapat diorama-diorama yang ukuran sama dengan yang aslinya diorama tersebut mengisahkan tentang legenda-legenda di tanah air, seperti Malin Kundang, Nyi Roro Kidul, Dewa Ruci. Kemudian diorama-diorama tentang legenda navigator dunia seperti Marcopolo, Ibnu Batuta, Laksamana Cheng Ho, Poseoidon, Viking, Vasco da Gamma dll.


Malin Kundang 







Legenda Navigator Dunia 
Pengunjung Museum Bahari saya lihat kebanyakan justru turus dari luar negeri, nampak sepi dan hening tetapi saya sangat menikmati kunjungan di museum ini. Setelah Museum Bahari saya melanjutkan perjalanan tour museum sehari ini ke Museum Kesejarahan Jakarta atau dulu disebut Museum Fatahillah