Wednesday 24 February 2016

Museum Kesejarahan Jakarta

Kunjungan museum setelah Museum Bahari adalah Museum Kesejarahan Jakarta dari Museum Bahari tinggal naik Bis Kopami cuma Rp 2.000.00,- turun di Kota Tua Jakarta tidak terlalu jauh juga. 


Membeli tiket seharga Rp 5.000.00,- harus mengantri kontras sekali dengan Museum Bahari yang cenderung sepi peminat.


Bangunan ini dahulu merupakan Stadhuis van Batavia (Balaikota Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Buku harian VOC menyebutkan peletakan batu pertama gedung balaikota oleh Petronella Wilhelmina van Hoorn pada saat ia berusia 8 tahun. Peletakan batu ini dilaksanakan pada 25 Januari 1707, seperti yang tertulis pada batu prasasti yang terlihat dibagian depan gedung, diatas pintu masuk Toko Souvenir Museum Sejarah Jakarta. (Wikipedia)


Petronella Wilhelmina van Hoorn

SEJARAH SINGKAT

Museum Kesejarahan Jakarta ini berawal dari Balaikota Batavia, awalnya balai kota pertama di Batavia dibangun pada tahun 1620di tepi timur Kali Besar. Bangunan ini hanya bertahan selama enam tahun sebelum akhirnya dibongkar demi menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung pada tahun 1626. Sebagai gantinya, dibangunlah kembali balai kota tersebut atas perintah Gubernur-Jenderal Jan Pieterzoon Coen di tahun 1627 Lokasinya berada di daerah Nieuwe Markt (sekarang Taman Fatahillah). Menurut catatan sejarah, balai kota kedua ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi balai kota sangat buruk. Tanah di kota Batavia yang sangat labil dan beratnya bangunan ini menyebabkan perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
Akhirnya pada tahun 1707, atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn, bangunan ini dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama. Peresmian Balai kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710, dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan.

Koleksi-koleksi Museum Kesejarahan Jakarta yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta replika prasasti peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, meubeul antik ada keramik dan gerabah.


Foto Alun-alun Balaikota Batavia


Diorama Fatahillah tokoh yang dikenal mengusir Portugis dari Pelabuhan Perdagangan Sunda Kelapa dan memberi nama "Jayakarta" yang berarti Kota Kemenangan, yang kini menjadi kota Jakarta.



Koleksi Pedang yang ada di Museum Kesejarahan Jakarta


Replika Prasasti Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Cisadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara.


Prasasti Kebon Kopi I salah satu peninggalan kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini menampilkan ukiran tapak kaki gajah, yang mungkin merupakan tunggangan Raja Purnawarman yang disamakan dengan gajah Airawata, wahana Dewa Indra.


Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk seperti telur dalam lima baris dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansakerta. 


Maket Gereja Belanda Baru yang sekarang dipakai Museum Wayang

Tidak begitu banyak yang saya kunjungi ruangan-ruangan yang ada di Museum Kesejarahan Jakarta karena terbatas dengan waktu dan kunjungan terakhir ke Museum Wayang.

1 comment:

  1. […] dalam sehari ke Museum Nasional Indonesia, Museum Bank Indonesia, Museum Bahari, Museum Kesejarahan Jakarta dan Museum Wayang. Kedepan saya masih akan mengexplore Museum di Jakarta seperti Museum […]

    ReplyDelete