Tuesday 23 February 2016

Museum Bahari

Setelah berkunjung ke Museum Nasional Indonesia kemudian ke Museum Bank Indonesia saya akan berkunjung ke Museum Bahari, jarak dari Museum Bank Indonesia ke Museum Bahari sekitar 2 km bisa memakai bis atau ojek online.


Tiket Masuk Museum Bahari

Museum Bahari terletak di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Pembelian tiket masuk Museum Bahari ketika saya berkunjung didekat Menara Syahbandar dengan membayar tiket masuk Rp 5.000.00,- setelah membeli tiket saya menaiki Menara Syahbandar terlebih dahulu. 


Bangunan sederhana penuh dengan sejarah didalamnya

SEJARAH SINGKAT

Menara Syahbandar Uitkijk dibangun sekitar tahun 1839 yang berfungsi sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar-masuk Kota Batavia lewat jalur laut serta berfungsi kantor "Bea dan Cukai" yakni mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Menara Syahbandar inilah titik  0 Km Kota Batavia. Oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Ali Sadikin pada tahun 1977 ditempatkanlah Tugu Nol kilometer disini 


Tugu Peringatan Jakarta ke 450 Tahun, yang merupakan titik 0 Km. Diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin kala itu. Selain prasasti ada beberapa meriam yang terpasang disekitar Menara Syahbandar. 

Masuk ke dalam Menara Syahbandar kita akan berjumpa dengan beberapa anak tangga dari kayu kemudian di dinding ada beberapa lukisan



Beberapa foto lukisan yang ada didinding Menara Syahbandar


Foto saya ambil dari puncak Menara Syahbandar terlihat dari kejauhan aktivitas di Pelabuhan Sunda Kelapa. 


Galangan VOC dengan sungai yang menghitam 


Gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditas VOC yang sekarang menjadi Museum Bahari
Yang saya rasakan setelah berada diatas Menara Syahbandar adalah rasa kengerian karena menara ini cukup sering bergoyang. Karena posisinya yang persis di sisi jalan raya Pakin, di mana setiap hari padat oleh kendaraan dan tak jarang jenis kendaraan berat seperti truk kontainer, bis umum dll, menambah beban getar di sisi selatan menara. Menara ini terasa bergoyang ketika mobil melewati sekitarnya. Sepertinya turis asing banyak yang berkunjung ke Menara Syahbandar malah kebanyakan turis asing daripada turis lokal. Setelah menikmati sensasi bergoyangnya Menara Syahbandar dan melihat pemandangan diatas kita menuju Museum Bahari yang tidak jauh dsri Menara Syahbandar. Kondisi lingkungan disekitar museum cukup kumuh dan berbau serta banyaknya pedagang kaki lima agak disayangkan juga suasananya kurang baik. Pintu Masuk Museum Bahari


SEJARAH SINGKAT
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ciliwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.




Banyak sekali koleksi kapal-kapal yang asli maupun miniatur di Museum Bahari ini.






Berbagai peralatan yang menunjang pelayaran 




Komoditas VOC yang saat itu sangat laris dipasaran eropa berupa rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis, kopi, tembakau dll


Di lantai atas pun terdapat diorama-diorama yang ukuran sama dengan yang aslinya diorama tersebut mengisahkan tentang legenda-legenda di tanah air, seperti Malin Kundang, Nyi Roro Kidul, Dewa Ruci. Kemudian diorama-diorama tentang legenda navigator dunia seperti Marcopolo, Ibnu Batuta, Laksamana Cheng Ho, Poseoidon, Viking, Vasco da Gamma dll.


Malin Kundang 







Legenda Navigator Dunia 
Pengunjung Museum Bahari saya lihat kebanyakan justru turus dari luar negeri, nampak sepi dan hening tetapi saya sangat menikmati kunjungan di museum ini. Setelah Museum Bahari saya melanjutkan perjalanan tour museum sehari ini ke Museum Kesejarahan Jakarta atau dulu disebut Museum Fatahillah 

1 comment:

  1. […] museum di Jakarta dalam sehari ke Museum Nasional Indonesia, Museum Bank Indonesia, Museum Bahari, Museum Kesejarahan Jakarta dan Museum Wayang. Kedepan saya masih akan mengexplore Museum di […]

    ReplyDelete