Saturday 19 August 2017

Rumah Bersejarah Inggit Garnasih


Ada yang tau Inggit Garnasih? Nama Jalan di kota Bandung? Apakah seorang Pahlawan atau siapa dia? Mungkin masih banyak yang tidak mengenal siapa Inggit Garnasih, hari ini tepat 17 Agustus 2017 sudah 72 tahun kita merdeka lepas dari belenggu penjajah saya berkesempatan untuk berkunjung ke Rumah Bersejarah Inggit Garnasih seorang yang menurut saya sangat berjasa dalam berdirinya Negara Republik Indonesia dan kedekatan dengan sang proklamator bung karno.
Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Banjaran Kabupaten Bandung dari pasangan Ardjipan dan Amsi, beliau diberni mana Garnasih pada tanggal 17 Februari 1888. Karena kecantikannya banyak pemuda yang menaruh hati kepadanya. Kata mereka, jika mendapat senyuman dari Garnasih seakan mendapat uang satu ringgit. Maka, lama kelamaan panggilan "Si Ringgit" pun menyemat pada diri Garnasih. Agar lebih manis kedengarannya, maka namanya berubah menjadi Inggit Garnasih.

Pada umur 12 tahun beliau dijodohkan dengan seorang pegawai di karesidenan priangan bernama Nata Atmadja. Inggit bersedia menikah karena mendengar desas-desus bahwa kekasihnya akan dijodohkan dengan wanita lain pilihan orang tuanya. Pernikahan tersebut pun berlangsung tanpa ikatan cinta antara keduanya. Tak lama kemudian pernikahan itupun berakhir ditengah jalan.

Setelah bercerai dengan Nata Atmadja, Inggit kembali pada cinta masa lalunya, H. Sanoesi dan menikah pada tahun 1916. Sanoesi merupakan seprang saudagar kaya yang memiliki beberapa perusahaan. Selain itu, Sanoesi adalah seorang aktivis Sarikat Islam (SI) yang pada saat itu dipimpin oleh H. O. S Tjokroaminoto.

Sebagai istri, Inggit juga ikut perasn serta dalan aktivitas politik suaminya tersebut sebagai anggota SI bersama sama wanita lain di Bandung. Pada tahun 1921, Sanoesi dan Inggit mendapat sebuah surat dari Tjokroaminoto yang menitipkan menantunya, Soekarno untuk bersekolah di Technische Hoogenschool (sekarang ITB) Bandung. Untuk keperluan itu, Sanoesi dan Inggit memberikan kamar depan dirumah mereka untuk ditinggali student itu, karena tidak menemukan tempat lain yang layak bagi menantu pimpinan Sarikat Islam tersebut. Kala itu, Soekarno juga mengajak Oetari, istrinya yang merupakan putri Tjokroaminoto untuk tinggal di Bandung.

Selama berada di rumah, Soekarno sering berdiskusi dengan Inggit Garnasih, karena Sanoesi lebih sering berada diluar rumah. Intensitas itulah yang menimbulkan ikatan cinta antara Soekarno dan Inggit. Setelah Soekarno menceraikan istrinya, Oetari, ia melamar Inggit pada H. Sanoesi. Selesai masa iddah, Soekarno menikahi Inggit. Sempat berpindah-pindah rumah hingga akhirnya menempati sebuah rumah di Jalan Ciateul No. 8 Selain itu, mereka juga mengangkat anak yang diberi nama Ratna Djuami. Ia adalah anak kakak Inggit, Mutarsih.

Inggit mendampingi Soekarno, baik dalam menyelesaikan sekolahnya maupun pada saat berpidato di depan publik. Inggit ikut kemana pun Soekarno pergi dan menjadi penerjemah saat suaminya memberikan kursus politik pada masyarakat Sunda pinggiran kota Bandung.

Rumah mereka sering dikunjungi dan dijadikan tempat berdiskusi kawan seperjuangan Soekarno. Bahkan Inggit menjadi saksi terbentuknya Algemenee Studieclub yang memprakarsai terbentuknya Partai Nasional Indonesia, Inggit juga menyaksikan rapat para pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda 1928 dan pergerakan lainnya yang dibuat Soekarno.

Ketika mereka sedang berada di Yogyakarta, Soekarno ditangkap dan dijebloskan ke Penjara Banceuy, Bandung. Dengan setia, Inggit mengirimkan makanan dan menyelundupkan buku-buku ke dalam penjara. Hasil jerih payahnya itu membuat Soekarno dapat menuliskan pembelaan yang dibacakan di depan hakim di Gedung Landraad, berjudul "Indonesia Menggugat" pembelaan ini membuat Soekarno di vonis hukuman 4 tahun di Penjara Sukamiskin, Bandung

Selang satu tahun, Soekarno dibebaskan, namun itu pun tam berumur lama, pidato Soekarno di Tegaleg Bandung, meresahkan pemerintah Belanda dan membuat ia ditangkap kembali kemudian diasingkan ke Ende, Flores. Inggit, Ratna Djuami dan Ibu Amsi, menyertai Soekarno ke tanah interniran. Selama dipembuangan, Soekarno dibantu keluargnya membuat pengajian setiap Selasa malam dan kelompok sandiwara yang disebut Toneel Kelimutu. Mereka juga mengangkat seorang anak lagi yang diberi nama Kartika. Mertua Soekarno, Ibu Amsi, meninggal di Ende dan dikuburkan disana. Atas paksaan M. H. Thamrin, Belanda memindahkan Soekarno ke Bengkulu karena dikhawatirkan sakit malaria Soekarno menjadi parah di penghujung 1938.

Di pengasingan Bengkulu, rumah mereka kedatangan seorang gadis bernama Fatma, yang dititipkan ayahnya, Hasan Din, untuk bersekolah bersama Ratna Djuami Meski ia diangkat anak oleh Inggit, namun ini menjadi awal keretakan hubungannya dengan Soekarno.

Kedatangan Jepang ke Indonesia membuat Belanda kalang kabut yang kemudjan memindahkan Soekarno sekeluarga ke Padang. Selama di Padang, Soekarno mendapat keleluasaan untuk berpidato didepan masyarakat. Jenderal Imamura yang kemudian berkuasa di Jawa mengirimkan surat bahwa Soekarno sekeluarga dapat kembali ke Jawa. Meski begitu birokrasi yang berbelit membuat mereka harus kembali terkatung-katung di Palembang selama beberapa bulan.
Akhirnya dengan menggunakan sebuah kapal kecil, mereka tiba di Jawa dan disambut oleh kawan-kawan mereka. Mohammad Hatta yang saat itu juga ikut menyambut, mempersilahkan untuk menggunakan rumahnya sebagai tempat tinggal, hingga akhirnya Soekarno sekeluarga pindah ke Jalan Pegangsaan No. 56 meski begitu bukan berarti bahwa hubungan Inggit dan Soekarno membaik. Sebaliknya, Soekarno tetap dengan keputusannya ingin menikahi Fatma.

Inggit yang berpegang pada prinsip "ari kudu dicandung mah, cadu" memilih untuk diceraikan dan kembali ke Bandung. Dengan disaksikan kawan-kawan mereka, Inggit bercerai dengan Soekarno, dengan syarat akan tetap memberikan nafkah pada Inggit dan membangunkan sebuah rumah. Inggit kembali ke Bandung pada tahun 1943 dan untuk sementara tinhgal di rumah Haji Anda, dijalan Lengkong Besar.

Pada tahun 1950 Bung Hatta dan kawan-kawan Soekarno memprakarsai pembangunan sebuab rumah untuk Inggit Garnasih. Mereka membeli dan membangun sebuah rumah diatas tanah, tempat dimana dulu terdapat rumah tempat tinggal Inggit dan Soekarno, di Jalan Ciateul No. 8

Dirumah inilah akhirnya Inggit Garnasih menghabiskan sisa umurnya, sambil berjualan jamu, bedak, kutang dan tembakau. Inggit juga sering kedatangan tamu yang hendak meminta nasehat, membeli jamu atau bedak atau yang ingin meminta pertolongan berobat kepadanya. Inggit pun sering kedatangan istri-istri Soekarno yang sowan dan meminta nasehat mengenai kehidupan bersama Soekarno.

Inggit mendengar kabar bahwa mantan suaminya, Soekarno berhasil membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi, pada saat terjadi Bandung Lautan Api tahun 1946, Inggit terpaksa mengungsi ke Garut. Dalam hal ini, Inggit berjuang bersama rakyat dengan membawa prinsip non-cooperatie, tidak menyerah dab tidak bekerja sama dengan Belanda. Selain itu, Inggit juga sempat mengungsi ke beberapa tempat sebelum akhirnya kembali ke Bandung pada tahun 1949.

Inggit juga menerima pertemuan terakhir dari mantan suaminya Soekarno pada tahun 1960. Inggit hanya menyampaikan "kus, baju teh meni sae, kahade kus, ieu baju teh ti rakyat, ulah mopohokeun saha anu merena" tahun 1970, Inggit harus merelakan mantan suaminya itu pergi mendahului. Dalam tangannya Inggit hanya bisa berkata "kus, ning Engkus teh miheulaan, ku Enggit di doakeun..." Atas prakarsa Ali Sadikin dan Istri, Inggit Garnasih juga sempat bertemu dengan Fatma pada tahun 1980, keduanya telah sama-sama saling memaafkan.

Inggit Garnarsih berpulang pada tanggal 13 April 1984 di usia 96 tahun. Beliau dimakamkan dipemakaman umum Porib, Caringin Kab Bandung

S... E... L... E...S... A...I

Kisah Inggit Garnasih tersebut tepampang di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yang di kelola oleh Museum Negeri Sri Baduga, alhamdulillah penjaga rumah bersejarah ini sangat welcome terhadap pengunjung. Banyak yang mungkin tidak tau dari kalian mengenai sejarah ini, semoga ini menjadi pelajaran bagi kita agar jangan lupakan sejarah.


Nampak dalam rumah Bersejarah Inggit Garnasih


Foto Inggit Garnasih dan Soekarno yang dipasang di Selasar rumah


Alat untuk membuat Jamu oleh Inggit Garnasih


Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih dari Depan

2 comments:

  1. […] Ir. Soekarno tokoh ini ikut dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia (baca juga Rumah Bersejarah Inggit Ganarsih   ), Gatot Mangkoepradja salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang di adili bersama […]

    ReplyDelete