Sunday 20 August 2017

Taman Sejarah


Taman Sejarah inilah namanya sebuah taman yang berlokasi di Jalan Aceh memanfaatkan lahan parkir dan bersebelahan dengan Bandung Planning Gallery (BPG). Terdapat sejumlah fasilitas yang ada di taman yang diresmikan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil itu. Dinding relief khusus menceritakan sejarah Bandung era Wiranatakusumah.
Wiranatakusumah II / Dalem Kaum I 1794-1829

Seorang Bupati untuk kabupatenBandung yang keenam. Dalam pandangan masyarakat pribumi, ia adalah “Bapak Pendiri Kota Bandung”
Salah satu Gubernur Jenderal Belanda di Hindia Belanda yang terkenal adalah Herman Willem Daendels, yang berkuasa dari tahun 1808 sampai dengan 1811. Hal yang membuatnya terkenal adalah pembangunan “Jalan Raya Pos” yang menghubungkan Pulau Jawa dari Anyer di ujung barat sampai ke Panarukan di ujung timur. Di Jawa Barat, jalur yang dilewati salah satunya adalah wilayah cekungan Bandung. Setelah menerima pesan dari Deandels, Bupati Bandung Wiranatakusumah II mencari tempat yang cocok sebagai pusat kota baru yang berada di jalur Jalan Raya Pos yang dimaksudkan oleh Deandels. Dalam penelusurannya, RA Wiranatakusumah II menemukan sumur di tepi Kali Cikapundung, yang dinamakan sebagai Sumur Bandung. Di dekat Sumur Bandung ini kemudian dibangun jembatan yang menghubungkan sisi barat dan sisi timur Kali Cikapundung.

Selesai pembangunan jembatan di atas Kali Cikapundung pada tahun 1810, Gubernur Deandels bersama Bupati Wiranatakusuma II berjalan kaki melewati jembatan ke sisi timur Kali Cikapundung. Mereka terus berjalan ke arah timur sejauh 100 meter, perjalanan berakhir dikawasan yamg dikenal dengan nama sebagai Sumur Bandung (saat ini gedung PLN Jalan Asia-Afrika) ditempat inilah R.A Wiranatakusumah II menilai tepat, setelah menancapkan tongkatnya dan menurut mitos kemudian mengeluarkan air (Sumur Bandung). Segera setelah saat itu beliau memutuskan mulai membangun pemukiman dan menetapkan serta membangun pendopo Kota Bandung yang sederhana.

Raden Adipati (R.A) Wiranatakusumah III / Karang Anyar 1829-1846
Memiliki peran dalam meletakan dasar-dasar kepemimpinan yang modern. Beliau menyarankan pentingnya pendidikan dan ide-ide keislaman serta tatanan pendidikan dan kesenian dalam masyarakat. R.A Wiranatakusumah III juga merupakan pendiri Masjid Alun-alun

Raden Adipati (R.A) Wiranatakusumah IV / Dalem Bintang 1846-1874
Selama pemerintahan dipegang oleh beliau, ibukota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai bupati yang progresif. Dialah peletak dasar MASTERPLAN 1850 Kabupaten Bandung yang diaebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 menyempurnakan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. Kemudian pada tahun 1866 memprakarsai pembangunan sekolah (kweekschool) atau Sekolah RAJA dan mendirikan sekolah untuk para menak (opleiding School Voor Indische Ambtemaaren).
Selain berhasil meningkatkan produksi kopi, beliau berjasa memajukan pertanian dan pembangunan daerah. Peristiwa yang menarik pada masa itu adalah pembangunan ibukota Kabupaten Bandung yang semakin ramai. Undang-undang Agraria dan dampaknya, serta berorganisasi Priangan dan struktur pemerintahan yang semakin mantap.

Raden Adipati (R.A) Kusumadilaga 1874-1893
Peristiwa penting yang dapat diungkapkan pada masa pemerintahan Bupati ini ialah dibukanya secara resmi jalan kereta api yang menghubungkan Bandung dengan Cianjur. Sementara itu, jalan kereta api Cianjur-Jakarta telah dibuka sebelumnya. Dengan dibukanya jalan kereta api itu, maka perhubungan lalu lintas antar Bandung-Jakarta makin cepat dan aman.Selanjutnya hubungan kereta api lebih diperluas lagi dengan dibukanya berturut-turut hubungan antara Bandung-Cicalengka pada tanggal 10 September 1884,Cicalengka-Garut 15 Agustus 1889, sehingga kota Bandung-Garut dihubungkan dengan jalan kereta api. Selain itu, pada tanggal 1 November1884, dibuka jaringan kereta api Jakarta-Surabaya lewat bogor, Bandung, Maos, Yogyakarta, dan Solo.
Berhasil memajukan kehidupan ekonomi rakyat melalui koperasi. Beliau juga menginisiasi pembentukan Badan Amil Zakat dan cikal bakal koperasi dengan menggerakan Rowis (setingkat RW saat ini). Dalam Besluit (Surat Perintah) dari Pemerintahan Hindia Belanda tertanggal 27 Oktober 1874. Pada tanggal 23 Mei1886, ia mendapat gelar Adipati dengan Besluit nomor 28. Dan pada tanggal 15 Februari 1890, ia mendapat anugerah "Medali Emas" dari Pemerintah Hindia Belanda.

Raden Adipati Aria Martanagara 1893-1918
Berhasil meningkatkan produksi kopi, memproduksi genteng untuk rumah-rumah penduduk, membangun sejumlah irigasi dan jembatan, mengadakan gerakan penanaman ketela pohon, membuka dan memperluas daerah pesawahan dll. Atas jasanya, beliau memperoleh penghargaan berupa Bintang Mas (Besluit 27 Agustus 1900 No. 2) dan gelar Adipati (Besluit 29 Agustus 1906).ia juga mendapat Songsong Kuning (Besluit 26 Agustus 1909 No. 30) dan menerima tanda kehormatan Officier Kroon Orde van Siam. Bupati ini terlenal pula sebagai bupati pujangga, karyanya antara lain Babad Sumedang, Wawacan Batara Rama, Wawacan Angling Darma dan Babat Raden Adipati Aria Martanagara (otobiografi)

R.A.A.H Wiranatakusumah V / Dalem Haji 1920-1931 | 1935-1945
Lahir di Bandung, Dalem Haji mendapat pendidikan di ELS, OSVIA dan HBS. Beliau adalah putra tunggal dari Raden Adipati Kusumadilaga, dilahirkan pada tanggal 23 November 1888, ditinggal ayahnya pada usia 5 tahun, nama kecilnya Muharam. Pada usia 24 tahun Raden Tumenggung V sudah dapat menjalankan pemerintah kabupaten Bandung. Kemampuannya yang mendalam ke-Islaman membuatnya dibanggakan. Hingga saat ini jarang pejabat yang menguasai kebudayaan sunda sekaligus dalam pemahaman keagamaannya, sehingga dianggap pantas untuk berkhotbah. Dari kemampuan yang istimewa inilah disebut menak santri. Setelah menjabat Bupati Bandung jabatanya adalah:
1. Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
2. Anggot Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebelum dan sesudah kemerdekaan, beliaulah yang berperan mengumpulkan mandat raja-raja di Nusantara, dalam kapasitasnya sebagai Ketya Raja-Raja Nusantara untuk bergabung dalam NKRI.
3. Menteri Dalam Negeri 1945
4. Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah (1947-1956)
Pada tanggal 14 Januari 1948 diangkat menjadi Bupati Bandung, beliau lahir tanggal 14 September 1911 di Kabupaten Bandung, masa mudanya ia menamakan pendidikan STOVIA tahun 1935. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, beliau memberantas Gerombolan DI/TII. Beliau mengadakan Gerakan anti DI/TII dikawasan Cililin dikerahkan lebih dari 35.000 rakyat mengadakan "Gerakan Sisir" dengan tentara, hasilnya 80 gerolombolam DI/TII menyerah. Pada tahun 1956 Menteri Dalam Negeri mengalihkan tugas Raden Tumenggung Male Wiranatakusumaha. Pada saat kemudian, untuk memajukan rakyat pada tahun 1956, Kabupaten Bandung diadakan gerakan mengumpulkan modal nasional mendirikan koperasi, membangun kota Majalaya menjadi kota industri tenun.



Selain dinding relief Wiranatakusuma ada pula dinding kaca yang menyuguhkan informasi sejarah tokoh-tokoh yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Bandung.


Dinding kaca dengan gambar para tokoh tersebut, menjadi salah satu spot favorit pengunjung untuk berfoto di Taman Sejarah.  
Salah satu fasilitas unik lainnya, adalah sebuah kolam mini yang terletak di dekat dinding mural. Kolam tersebut biasanya dipenuhi anak-anak yang antusias untuk bermain air.


1 comment:

  1. […] Bupati Bandung Wiranatakusumah II untuk mendirikan kota dipinggir jalan tersebut. Baca Juga Taman Sejarah Wiranatakusumah Tahap awal pendirian kota adalah dengan membangun kompleks Alun-alun yang terdiri dari […]

    ReplyDelete