Saturday 16 December 2017

Museum Gedung Sate


About Museum Gedung Sate
Museum Gedung Sate merupakan sebuah gagasan untuk mengapresiasi nilai-nilai daerah melalui peninggalan sejarah. Museum ini selesai dibangun pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada hari Jum'at tanggal 08 Desember 2017. Museum identik dengan penyajian informasi yang kuno seadanya tapi berbeda dengan Museum Gedung Sate dari segi penyajian informasi sangat edukatif dan interaktif dengan berbagai media. Museum Gedung Sate mengembangkan teknologi dalam penyajian informasi sehingga kesan "tua" yang biasa melekat didalam museum terbantahkan. Konsep Museum Pintar menjadi daya tarik sendiri pengunjung.
Museum Gedung Sate didesign Ade Garnadi dengan Biaya sebesar Rp 11 Miliar lebih dengan luas bangunan 500 meter persegi. Museum Gedung Sate berada dibelakang tepat di sayap timur dari Gedung Sate tersebut. Mapping dari Museum Gedung Sate diawali dari Zona Pengenalan kemudian Zona Eksplorasi, Zona Audiovisual, Zona Interaksi, kemudian Zona Kontemplasi.

Zona Pengenalan
Berawal dari lingkaran waktu di tahun 1810-1920 banyak foto-foto serta video on demand. Bangunan yang ada sebelum dibangunnya Gedung Sate. Dibagian ini bagaimana seluk beluk awal Gedung Sate dibuat.


*SEJARAH*
Awal di Abad ke-19, pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels membuat Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) sepanjang 1000 kilometer membentang dari Anyer hingga Panarukan. Daendels meminta Bupati Bandung Wiranatakusumah II untuk mendirikan kota dipinggir jalan tersebut. Baca Juga Taman Sejarah Wiranatakusumah Tahap awal pendirian kota adalah dengan membangun kompleks Alun-alun yang terdiri dari Pendopo, Bale Bandung dan Pasar yang berfungsi sebagai pusat kota Bandung pada tahun 1812. Pada tahun 1920 dimulai pembangunan kompleks pusat instansi pemerintah atau Gouvernement Bedrijven di sebelah utara Bandung. Kompleks pemerintahan ini terdiri dari 14 gedung pemerintahan yang dibangun diatas lahan seluas 27 hektare. Gedung pertama yang dibangun adalah Gedung Sate dan Gedung Pos, Telepon dan Telegraf (PTT) sekarang PT Pos Indonesia (Baca juga Museum Pos Indonesia) Gedung yang direncanakan lainya tidak dibuat karena terjadi resesi ekonomi.

Zona Eksplorasi
Disini teknis pembuatan Gedung Sate dan detail arsitektur tersaji dalam zona ini. Menarik dilihat buku The History of Java karya Thomas Stamford Raflles dan buku dengan sampul Herman Willem Daendels. Di zona ini pula terdapat Miniatur Gedung Sate yang dapat membelah dan kita bisa mengetahui detail bangunan didalamnya.


Arsitektur dan ornamen-ornamen pada Gedung Sate seperti kerangka atap, atap menara, kolom menara, ornamen ragam hias pada konsol, ornamen setengah lingkaran kemudian atas sirap khas nusantara hingga ornamem pintu utama yang menyerupai Kraton Ratu Boko, tangga lobi terispirasi oleh bangunan Candi Pawon. 


Kita bisa melihat dinding asli Gedung Sate yang terbuat dari batu andesit.


Berjalan menelusuri bagian museum ada Hydrant Kebakaran kemudian bentuk terminal telepon dan Sirine yang berbunyi sampai radius 40 kilometer yang terpasang di atap Gedung Sate.


Maket interaktif dataran kota Bandung pun hadir disini ditambah video-video yang menarik disajikan dengan teknologi terkini, kaca patri dan kaca prisma pun di tampilkan di Zona Eksplorasi ini. Profile tokoh arsitek di balik pembuatan Gedung Sate pun ada tersaji disini. Tak hanya itu masih di zona eksplorasi ada Interactive Picture Frame yang menampilkan profile Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat dari Masa ke Masa disajikan interaktif dengan layar sentuh (touchscreen)

*SEJARAH*
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal d Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir. Johan Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland dan Ir. Hendriks Petrus Berlage, Hendrik Freerk Tillema penggagas ide pemindahan Ibukota Hindia Belanda, Prof. Dr. Ir. Jan Klopper sebagai pendukung pemindahan Ibukota Hindia Belanda serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Zeni II Victor Luis Slors dengan melibatkan 2000 pekerja berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok dipekerjakan untuk pembangunan Gedung Sate di bawah komando Lim A Goh. Mereka merupakan orang-orang yang telah berpengalaman yang sebelumnya mereka menggarap membangun rumah Residen Priangan (Gedung Pakuan) pada tahun 1864-1867 dan Technische Hoogeschool (ITB) pada tahun 1918-1920, selain tenaga lokal pembangunan Gedung Sate mendatangkan ahli pemahat batu dan kayu dari China.
Detail arsitektur Gedung Sate menurut H. P. Berlage seorang maestro arsitektur Belanda menyatakan bahwa Gedung Sate adalah sebuah karya besar yang memadukan gaya arsitektur timur dan barat secara harmonis. Gedung ini memang menampilkan budaya dari berbagai daerah.
Fondasi gedung menggunakan batuan andesit seperti yang biasa digunakan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ornamen pilar dan relung-relung bergaya eropa terdapat hampir diseluruh bagian Gedung. Pada bagian atap digunakan sirap khas nusantara yang dipadukan dengan konstruksi berangka baja yang menjadikannya sebagai bagunan besar pertama Hindia Belanda yang menggunakan teknologi ini. Pencahayaan lantai dasar siasati agar alami dengan menggunakan kaca-kaca prisma yang dipasang pada langit-langit ruangan agar bias sinar matahari dapat masuk dalam bentuk berkas cahaya yang indah.
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan, dengan menelan biaya sebesar 6.000.000 Gulden atau jika di rupiahkan saat ini sekitar 300 Miliar.
Gedung Sate semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah Batavia dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan karena perkembangannya, sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Tanggal 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970 Tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan Provinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.

Zona Audio Visual
Disini kita bisa menonton film pendek berdurasi sekitar 10 menit dimana film tersebut menyajikan asal usul dibuatnya Gedung Sate berawal dari dibangunnya De Groote Posweg Anyer-Panarukan, perencanaan pembuatan 14 kantor pemerintahan termasuk salah satunya adalah Gedung Sate detail pembangunan arsitektur dll. Cukup menghibur disini sayang ketidakdisiplinan pengunjung berbicara dengan keras dan suara handphone sering terdengar, untuk konten dalam film saya acungi jempol sangat bagus.

Klik link ini untuk mengetahui Film Pendek Gedung Sate yang ada di Zona Audia Visual


Zona Interaksi
Perbedaan Museum Gedung Sate dengan yang lain terletak sini menurut saya, pengunjung bisa berinteraksi seperti di Interactive Floor disini kita berjalan mundur kemudian kita bisa melihat dilantai berbagai bangunan dan jalan-jalan yang "hidup" ketika kita mundur.


Selain Interactive Floor ada juga Augmented Reality disini disediakan layar seolah-oleh kita sebagai salah satu dari pekerja pembuatan Gedung Sate.


Kemudian Virtual Reality kita diajak seolah-olah naik balon udara disekitar Gedung Sate, jika kalian mual dan pusing sebaiknya hindari untuk mencoba salah satu permainan ini.


Disebelah ruang Virtual Reality ada deretan layar-layar besar berbentuk curve yang menampilkan bangunan bersejarah di dalam maupun luar negeri.


Dilorong dekat lift terdapat gambar-gambar sketchup yang unik menarik sering digunakan untuk spot foto.


Zona Kontemplasi
Disini terdapat gambar Gedung Sate dalam perspektif 3 Dimensi, teknologi terestrial laser scanner 3 dimensi dari Tim Balai Konservasi Borobudur lorong ini dibuat dengan pencahayaan yang agak redup nampak dramatis diiringi lagu-lagu bahasa belanda

Demikian ulasan Museum terbaru di Kota Bandung jangan lupa jika kalian liburan mampir ke Museum Gedung Sate selain berwisata, mengedukasi banyak nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Museum tersebut, interaktif dengan teknologi yang kekinian sehingga pengunjung tidak akan bosan ketika berkunjung ke museum.


Museum Gedung Sate dibuka setiap Selasa-Minggu (09:30-16:00)
Senin-Hari libur Nasional Libur
Untuk bulan Desember masih Gratis untuk Januari 2018 tiket masuk diperkirakan antara Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-


Museum Pos Indonesia


Setelah berkunjung ke Museum Mandala Wangsit saya menuju destinasi museum selanjutnya yaitu Museum Pos Indonesia. Terletak di Jalan Cilaki No. 73 Bandung , Jawa Barat masih satu kompleks dengan Gedung Sate.


Museum bersejarah ini sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1933. Awalnya, bangunan yang didesain oleh duo arsitek J. Berger dan Leutdsgebouwdienst ini bernama Pos Telegrap dan Telepon (PTT).


Mengenal Kepala dan Wakil Pos, Telepon dan Telegrap (PTT)

Mas Soeharto dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1901 di Pacitan, Jawa Timur. Pendidikan HIS di Kintelen dan MULO Yogyakarta tahun 1919, mulai bekerja di Kantor Pos Semarang. Selanjutnya menjadi kepala Kantor Pos dan Telegrap (PTT) di Tegal tahun 1937. Ditahun 1938 dipindahkan ke kantor pusat PTT, Mas Soeharto menjadi kepala "Bereau Matereel Beheer en Magazijndienst" (Biro Pengurusan Material dan Dinas Pergudangan) . Selanjutnya beliau diangkat menjadi kepala jawatan PTT pertama dengan wakilnya R. Dijar. Setelah melakukan perebutan kantor pusat PTT dari tangan jepang tanpa pertumpahan darah psda tanggal 27 September 1945. 

Mas Soeharto telah mengorbankan segala-galanya, manusia pada umumnya mendapat penghormatan terakhir dirumah dukanya, tetapi Mas Soeharto tidak lagi ditemukan jasadnya, namun Mas Soeharto merupakan pahlawan PTT yang besar yang diratapi oleh seluruh anak buahnya termasuk pejabat Pemerintahan RI. 

Untuk mengenang direktur PTT Perjuangan, Mas Soeharto bertepatan dengan ulang tahun PTT yang ke 10 tanggal 27 September 1955 diterbitkan perangko seri Mas Soeharto yang terdiri dari pecahan 15, 35, 50, 75 sen. 

Pada tanggal 27 September 1962, hari ulang tahun PTT ke 17 diadakan upacara penyerahan Bintang Maha Putra tingkat III kepada Almarhum Mas Soeharto

R. Dijar lahir pada tanggal 10 April 1901 sesudah menamatkan sekolah MULO dengan mata pelajaran bahasa Perancis, R. Dijar mengikuti kursus kamis (1920) pada tanggal 28 Juli 1920 masuk menjadi pegawai PTT. R. Dijar mempersunting Raden Roro Soendari dan dikaruniai 5 orang anak, 4 perempuan dan 1 laki-laki.

Selanjutnya R. Dijar mendapat kesempatan mengikuti kursus kontrolir (1922) sebagai seorang pribumi dan tamat mendapat pangkat kontrolir ketiga. Setelah naik pangkat R. Dijar menjabat sebagai kepala Pos dan Telegrap Bondowoso, Jawa Timur. Tahun 1932 kepala PTT Muara Enim, tahun 1934 Kepala PTT Wonosobo. R. Dijar adalah seorang nasionalis yang memiliki rasa kebangsaan yang tinggi, tahun 1945 R. Dijar menjabat sebagai deputi kepala urusan pos. Ketika itu tentara Jepang memberi penghargaan bintang "Gunzei Hoosisyoo Otsu Kozim Dai Ni Go" lambang kebaktian kepada pemerintah Jepang. Pada tanggal 27 September 1945 ketika kator pusat PTT berhasil direbut oleh AMPTT dari tangan Jepang. R. Dijar diangkat menjadi wakil kepala pusat jawatan PTT RI. Ketika situasi keamanan di Bandung sudah menjadi lautan api, R Dijar mengungsi ke Yogyakarta bersama As Soeharto dan berkantor di Jalan Gemblakan No. 47 selama perang berlangsung R. Dijar menjabat kepala urusan Eksploitasi Pos dan Telegrap kantor PTT Yogyakarta. R. Dijat ditangkap oleh pasukan I.V.G. Belanda (Inlichtingen Voor Gezocheen) setelah Mas Soeharto diculik tanggal 17 Januari 1949.

Pada tanggal 1 Juli 1949 tentara pendudukan Belanda meninggalkan Yogyakarta dan Pemerintahan RI dipulihkan kembali, R. Dijar yang menjadi kepala jawatan PTT RI dengan dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat pada pimpinan Jawatan PTT R. Dijar menjabat sebagai kepala Bedrijf (Perusahaan) Pos nama jawatan ini pada awal Januari 1954 berubah menjadi Perusahaan Pos. R. Dijar pada tanggal 27 September 1976 jam 08:30 menerima penghargaan Satya Lenca Perjuangan Kemerdekaan. R. Dijar meninggal pada tanggal 25 Juli 1979


Pada saat perpindahan kekuasaan Indonesia dari pihak Belanda ke Jepang, Museum Pos Indonesia beserta koleksi benda pos yang ada di dalamnya tidak terawat baik. Bahkan ketika Indonesia meraih kemerdekaan, museum ini tidak kunjung diperbaiki dan barang-barang koleksi museum dibiarkan terbengkalai.
Hingga pada tahun 1980, Perum Pos dan Giro mengambil inisiatif membentuk panitia guna memperbaiki dan merawat benda-benda koleksi museum yang bernilai tinggi. Tepat di Hari Bhakti Postel ke-38, yakni 27 September 1983, Museum PTT akhirnya resmi berubah nama menjadi Museum Pos dan Giro. Peresmian museum ini dilakukan oleh Achmad Tahir, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) pada masa itu.

Untuk filatelis, Museum Pos dan Giro menjadi tempat yang wajib dikunjungi. Museum yang namanya berubah kembali di tahun 1995 menjadi Museum Pos Indonesia ini memiliki koleksi ribuan perangko dari penjuru dunia.

Perangko seri Presiden RI pertama Ir. Soekarno


Perangko seri Pacific Asia Travel Association (PATA) tahun 1974


Perangko seri Thomas and Uber Cup


Perangko seri Hindia Belanda


Perangko seri Ratu Wilhelmina tahun 1938


Perangko dari berbagai negara tersusun rapi berdasarkan alfabet


Lemari yang berjajar ini jika dibuka berisi perangko


Koleksi yang ditampilkan di museum ini tidak hanya perangko. Benda-benda pos seperti timbangan surat dan sepeda pak pos juga turut dipamerkan. Perkembangan baju dinas serta peralatan pos dari zaman kolonial hingga sekarang.

Sepeda-sepeda yang dipakai untuk mengirimkan surat dll


Banyak sekali koleksi timbangan, ini salah satunya



Pada bagian lain dari museum ini, terdapat ruang yang memamerkan surat emas, surat dari berbagai raja-raja nusantara kepada para Komandan dan Jendral Belanda. Surat emas menjadi catatan sejarah perkembangan surat di tanah air. Melalui surat-surat
ini, kita bisa melihat cara komunikasi raja-raja di nusantara dengan para penjajah.

Umur surat-surat emas yang sebelumnya berada di salah satu museum di Inggris ini diperkirakan berkisar ratusan tahun yang lalu. Inggris menyimpan surat-surat berharga raja-raja nusantara karena memang hampir semua surat yang dipamerkan ditujukan untuk Gubernur-Jenderal Inggris Thomas Stamford Bingley Raffles.



Museum ini memiliki beberapa ruangan terpisah yang setiap ruangannya menyimpan koleksi benda pos yang masih terawat dengan baik. 

Mesin penjual perangko dari Jerman


Anda dapat mengunjungi museum ini setiap hari Senin-Jumat 08:00-16:00 Sabtu 08:00-13:00 untuk Minggu Tutup. Tidak ada tiket masuk gratis hanya mengisi daftar kunjungan.

Museum Pos Indonesia menjadi alternatif wisata bersama keluarga dan mengenalkan benda-benda pos bersejarah kepada anak-anak yang tentu saja bisa menambah pengetahuan mengenai sejarah dunia pos Indonesia

Wednesday 13 December 2017

Sendiri di Museum Mandala Wangsit

Setelah berkunjung ke Hall of Fame di Bapuspida Jawa Barat saya melanjutkan perjalanan menuju Museum Mandala Wangsit yang berada di Jalan Lembong. Tiba di Museum tampak sepi, petugas piket pun saya lihat kosong. Sempat bertanya ke pedagang ternyata pintu masuk Museum ada di belakang, saya pun melapor untuk berkunjung ke museum. Jaket dan barang bawaan saya titipkan dan mengisi buku tamu kemudian saya memberikan sejumlah uang karena tidak ada tiket yang pasti,
Setelah selesai saya diantar ke pintu utama menuju museum. Memasuki museum suasana cukup hening, lembab dan pencahayaan kurang menambah rasa penasaran saya karena keangkeran museum ini. Walaupun saya berkunjung sendiri dan sama sekali tidak ada orang tapi saya merasa nyaman-nyaman saya melihat satu persatu koleksi yang ada di Museun Mandala Wangsit.
Bangunan yang memiliki gaya arsitektur Late Romanticism dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1910-1915 sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Namun tempat ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi Bandung) pada tahun 1949-1950 setelah kemerdekaan. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 4.176 M2 dengan luas bangunan 1.674 m2. Pada Tanggal 23 Mei 1966 bangunan ini dijadikan sebagai Museum Mandala wangsit Siliwangi yang diresmikan oleh panglima Divisi Siliwangi ke 8 yaitu Kolonel Ibrahim Adjie. Pada Tahun 1979 gedung ini dibangun / direhabilitasi kembali menjadi gedung bertingkat dua, kemudian diresmikan pada tanggal 10 Nopember 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke 15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya ditandatangani oleh Presiden RI ke 2 (Soeharto).

Ruang Pergerakan Nasional Indonesia (1918-1944)
Koleksi di ruangan ini meliputi senjata tajam dari golok, keris, pisau, cambuk, stik pemukul rotan dan kayu bahkan peluru, mortir dan bom pistol berbagai jenis. Adapula Bedug ada kentongan pula lukisan-lukisan yang menggambarkan pergerakan nasional, baju kurung, sorban milik Kiayi Zaenal Mustofa.



Ruang 2 Detik-Detik Proklamasi
Diruangan ini terdapat lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa sebelum proklamasi dikumandangkan kemudian disini pula meja dan kursi kecil yang dipakai untuk perundingan ketika Ir. Soekarno di culik ke Rengasdengklok oleh beberapa pemuda untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Terdapat bendera Merah Putih yang pertama di Kibarkan di Kotamadya Bandung



Ruang 3 Palagan atau Pertempuran Bandung
Disini masih terdapat lukisan-lukisan ketika peperangan diwilayah Bandung, koleksi pedang-pedang hingga telepon, telegram hingga kamera dll



Ruang 4 Perang Kemerdekaan (1947-1948)
Disini terdapat banyak senjata berbagai macam pistol untuk perang kemudian berbagai koleksi mata uang dan pangkat-pangkat TNI, foto-foto korban dari perang kemerdekaan dan lukisan-lukisan


Ruang 5 Pemberontakan DI/TII Jawa Barat
Disini ada terdapat Naskah Proklamasi Kemerdekaan DI/TII dengan Imam Negara Islam Indonesia M. Kartosuwiryo tanggal 7 Agustus 1949. Kemudian lukisan-lukisan yang menggambarkan kekejaman DI/TII dan kejadian keracunan makanan oleh segerombolan DI/TII ada pula pakaian tentara, senjata tajam, pistol sampai foto-foto. Kebiadaban DI/TII dengan membunuh, merampok, membakar rumah serta menggulingkan kereta api.



Ruang 6 Penumpasan DI/TII
Diruangan ini banyak tersimpan foto-foto penumpasan DI/TII dari simpatisan yang menyerahkan diri sampai ditangkapnya S.M. Kartosuwiryo. Berkas pemeriksaan terhadap S. M. Kartosuwiryo pun ditampilkan disini, sampai putusan hukuman mati dan foto detik-detik eksekusi mati S. M. Kartosuwiryo



Ruang 7 Lambang-Lambang Satuan Divisi Siliwangi


Ruang 8 Pemberontakan APRA-RMS di Sulawesi Selatan
APRA dipimpin oleh Westerling, seorang kapten Belanda. Pada tanggal 11 Desember 1946 pernah mengadakan pembunuhan besar-besaran di Sulawesi Selatan. Kemudian 23 Januari 1950 melancarkan aksi pembunuhan di Bandung. Tetapi, gerakan ini dapat segera diatasi oleh Pemerintah RIS. Westerling melarikan diri ke luar negeri.

Dr. Soumokil, seorang bekas Jaksa Agung negara Indonesia Timur. Setelah gagal mendalangi pemberontakan Andi Azis, ia pergi ke Ambon. Kemudian tanggal 25 April 1950 membentuk Republik Maluku Selatan(RMS).

Mula-mula pemerintah ingin menyelesaikan masalah ini secara damai, tetapi ditolak. Maka dikirimkanlah pasukan untuk menumpas gerakan gerombolan tersebut. Setelah sekitar 6 bulan, seluruh Maluku Tengah dapat direbut. TNI terus maju, akhirnya para anggota RMS melarikan diri ke hutan dan gunung, termasuk Soumokil sendiri. Tetapi, dalam usaha penumpasan ini, pihak TNI terpaksa kehilangan pahlawan terkenal yakni Letnal Kolonel Slamet Riyadi yang gugur sebagai kusuma bangsa. Tahun 1963 dibulan Desember Soumokil tertangkap. Diajukan ke Mahkamah Militer dan dijatuhi hukuman mati.



Ruang 9 Penumpasan G30S/PKI dan Penugasan Internasional 1965-1974
Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah peristiwa yang terjadi malam tanggal 30 September sampai dinihari tanggal 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi dan militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta


Prosesi pengangkatan jenazah dari lubang buaya


Ruang 10 Operasi Seroja Timor-Timur
Operasi Seroja atau invasi Indonesia atas Timor Timur dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia masuk ke Timor Timur dengan alasan anti-kolonialisme. Penggulingan pemerintahan Fretilin yang tengah populer dan singkat memicu pendudukan selama seperempat abad dengan kekerasan di mana sekitar 100-180,000 tentara dan warga sipil diperkirakan tewas atau menderita kelapara. Namun, dua dekade terakhir, melihat bentrokan terus-menerus antara kelompok Indonesia dan Timor Timur atas status Timor Timur, sampai tahun 1999, Timor Timur memilih untuk merdeka lewat referendum oleh misi PBB di Timor Timur akhirnya berdiri sebagai negara Timor Leste



Ruang 11 Mantan-mantan Panglima Divisi Siliwangi
Disini terpampang banyak foto-foto Panglima Divisi Siliwangi dan foto-foto serah terima jabatan kodam Siliwangi oleh Panglima TNI.




Tidak terasa dua Jam saya mengeksplore Museum Mandala Wangsit kesannya banyak barang-barang yang masih asli bukan replika, foto-foto kekejaman ketika peristiwa DI/TII sangat istimewa bagi saya. Foto-foto mayat korban peristiwa DI/TII nampak "vulgar" diperlihatkan, mungkin kesannya mengerikan namun ini yang beda dari Museum Mandala Wangsit. Selama di museum walaupun saya sendirian tapi tidak menemukan hal yang aneh, justru saya lebih "khusyu" melihat satu persatu koleksi museum. Setelah selesai mengeksplore museum saya kembali menuju destinasi museum selanjutnya yaitu Museum Pos Indonesia