Wednesday 13 December 2017

Sendiri di Museum Mandala Wangsit

Setelah berkunjung ke Hall of Fame di Bapuspida Jawa Barat saya melanjutkan perjalanan menuju Museum Mandala Wangsit yang berada di Jalan Lembong. Tiba di Museum tampak sepi, petugas piket pun saya lihat kosong. Sempat bertanya ke pedagang ternyata pintu masuk Museum ada di belakang, saya pun melapor untuk berkunjung ke museum. Jaket dan barang bawaan saya titipkan dan mengisi buku tamu kemudian saya memberikan sejumlah uang karena tidak ada tiket yang pasti,
Setelah selesai saya diantar ke pintu utama menuju museum. Memasuki museum suasana cukup hening, lembab dan pencahayaan kurang menambah rasa penasaran saya karena keangkeran museum ini. Walaupun saya berkunjung sendiri dan sama sekali tidak ada orang tapi saya merasa nyaman-nyaman saya melihat satu persatu koleksi yang ada di Museun Mandala Wangsit.
Bangunan yang memiliki gaya arsitektur Late Romanticism dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1910-1915 sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Namun tempat ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi Bandung) pada tahun 1949-1950 setelah kemerdekaan. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 4.176 M2 dengan luas bangunan 1.674 m2. Pada Tanggal 23 Mei 1966 bangunan ini dijadikan sebagai Museum Mandala wangsit Siliwangi yang diresmikan oleh panglima Divisi Siliwangi ke 8 yaitu Kolonel Ibrahim Adjie. Pada Tahun 1979 gedung ini dibangun / direhabilitasi kembali menjadi gedung bertingkat dua, kemudian diresmikan pada tanggal 10 Nopember 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke 15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya ditandatangani oleh Presiden RI ke 2 (Soeharto).

Ruang Pergerakan Nasional Indonesia (1918-1944)
Koleksi di ruangan ini meliputi senjata tajam dari golok, keris, pisau, cambuk, stik pemukul rotan dan kayu bahkan peluru, mortir dan bom pistol berbagai jenis. Adapula Bedug ada kentongan pula lukisan-lukisan yang menggambarkan pergerakan nasional, baju kurung, sorban milik Kiayi Zaenal Mustofa.



Ruang 2 Detik-Detik Proklamasi
Diruangan ini terdapat lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa sebelum proklamasi dikumandangkan kemudian disini pula meja dan kursi kecil yang dipakai untuk perundingan ketika Ir. Soekarno di culik ke Rengasdengklok oleh beberapa pemuda untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Terdapat bendera Merah Putih yang pertama di Kibarkan di Kotamadya Bandung



Ruang 3 Palagan atau Pertempuran Bandung
Disini masih terdapat lukisan-lukisan ketika peperangan diwilayah Bandung, koleksi pedang-pedang hingga telepon, telegram hingga kamera dll



Ruang 4 Perang Kemerdekaan (1947-1948)
Disini terdapat banyak senjata berbagai macam pistol untuk perang kemudian berbagai koleksi mata uang dan pangkat-pangkat TNI, foto-foto korban dari perang kemerdekaan dan lukisan-lukisan


Ruang 5 Pemberontakan DI/TII Jawa Barat
Disini ada terdapat Naskah Proklamasi Kemerdekaan DI/TII dengan Imam Negara Islam Indonesia M. Kartosuwiryo tanggal 7 Agustus 1949. Kemudian lukisan-lukisan yang menggambarkan kekejaman DI/TII dan kejadian keracunan makanan oleh segerombolan DI/TII ada pula pakaian tentara, senjata tajam, pistol sampai foto-foto. Kebiadaban DI/TII dengan membunuh, merampok, membakar rumah serta menggulingkan kereta api.



Ruang 6 Penumpasan DI/TII
Diruangan ini banyak tersimpan foto-foto penumpasan DI/TII dari simpatisan yang menyerahkan diri sampai ditangkapnya S.M. Kartosuwiryo. Berkas pemeriksaan terhadap S. M. Kartosuwiryo pun ditampilkan disini, sampai putusan hukuman mati dan foto detik-detik eksekusi mati S. M. Kartosuwiryo



Ruang 7 Lambang-Lambang Satuan Divisi Siliwangi


Ruang 8 Pemberontakan APRA-RMS di Sulawesi Selatan
APRA dipimpin oleh Westerling, seorang kapten Belanda. Pada tanggal 11 Desember 1946 pernah mengadakan pembunuhan besar-besaran di Sulawesi Selatan. Kemudian 23 Januari 1950 melancarkan aksi pembunuhan di Bandung. Tetapi, gerakan ini dapat segera diatasi oleh Pemerintah RIS. Westerling melarikan diri ke luar negeri.

Dr. Soumokil, seorang bekas Jaksa Agung negara Indonesia Timur. Setelah gagal mendalangi pemberontakan Andi Azis, ia pergi ke Ambon. Kemudian tanggal 25 April 1950 membentuk Republik Maluku Selatan(RMS).

Mula-mula pemerintah ingin menyelesaikan masalah ini secara damai, tetapi ditolak. Maka dikirimkanlah pasukan untuk menumpas gerakan gerombolan tersebut. Setelah sekitar 6 bulan, seluruh Maluku Tengah dapat direbut. TNI terus maju, akhirnya para anggota RMS melarikan diri ke hutan dan gunung, termasuk Soumokil sendiri. Tetapi, dalam usaha penumpasan ini, pihak TNI terpaksa kehilangan pahlawan terkenal yakni Letnal Kolonel Slamet Riyadi yang gugur sebagai kusuma bangsa. Tahun 1963 dibulan Desember Soumokil tertangkap. Diajukan ke Mahkamah Militer dan dijatuhi hukuman mati.



Ruang 9 Penumpasan G30S/PKI dan Penugasan Internasional 1965-1974
Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah peristiwa yang terjadi malam tanggal 30 September sampai dinihari tanggal 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi dan militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta


Prosesi pengangkatan jenazah dari lubang buaya


Ruang 10 Operasi Seroja Timor-Timur
Operasi Seroja atau invasi Indonesia atas Timor Timur dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia masuk ke Timor Timur dengan alasan anti-kolonialisme. Penggulingan pemerintahan Fretilin yang tengah populer dan singkat memicu pendudukan selama seperempat abad dengan kekerasan di mana sekitar 100-180,000 tentara dan warga sipil diperkirakan tewas atau menderita kelapara. Namun, dua dekade terakhir, melihat bentrokan terus-menerus antara kelompok Indonesia dan Timor Timur atas status Timor Timur, sampai tahun 1999, Timor Timur memilih untuk merdeka lewat referendum oleh misi PBB di Timor Timur akhirnya berdiri sebagai negara Timor Leste



Ruang 11 Mantan-mantan Panglima Divisi Siliwangi
Disini terpampang banyak foto-foto Panglima Divisi Siliwangi dan foto-foto serah terima jabatan kodam Siliwangi oleh Panglima TNI.




Tidak terasa dua Jam saya mengeksplore Museum Mandala Wangsit kesannya banyak barang-barang yang masih asli bukan replika, foto-foto kekejaman ketika peristiwa DI/TII sangat istimewa bagi saya. Foto-foto mayat korban peristiwa DI/TII nampak "vulgar" diperlihatkan, mungkin kesannya mengerikan namun ini yang beda dari Museum Mandala Wangsit. Selama di museum walaupun saya sendirian tapi tidak menemukan hal yang aneh, justru saya lebih "khusyu" melihat satu persatu koleksi museum. Setelah selesai mengeksplore museum saya kembali menuju destinasi museum selanjutnya yaitu Museum Pos Indonesia

No comments:

Post a Comment