Saturday 16 December 2017

Museum Gedung Sate


About Museum Gedung Sate
Museum Gedung Sate merupakan sebuah gagasan untuk mengapresiasi nilai-nilai daerah melalui peninggalan sejarah. Museum ini selesai dibangun pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada hari Jum'at tanggal 08 Desember 2017. Museum identik dengan penyajian informasi yang kuno seadanya tapi berbeda dengan Museum Gedung Sate dari segi penyajian informasi sangat edukatif dan interaktif dengan berbagai media. Museum Gedung Sate mengembangkan teknologi dalam penyajian informasi sehingga kesan "tua" yang biasa melekat didalam museum terbantahkan. Konsep Museum Pintar menjadi daya tarik sendiri pengunjung.
Museum Gedung Sate didesign Ade Garnadi dengan Biaya sebesar Rp 11 Miliar lebih dengan luas bangunan 500 meter persegi. Museum Gedung Sate berada dibelakang tepat di sayap timur dari Gedung Sate tersebut. Mapping dari Museum Gedung Sate diawali dari Zona Pengenalan kemudian Zona Eksplorasi, Zona Audiovisual, Zona Interaksi, kemudian Zona Kontemplasi.

Zona Pengenalan
Berawal dari lingkaran waktu di tahun 1810-1920 banyak foto-foto serta video on demand. Bangunan yang ada sebelum dibangunnya Gedung Sate. Dibagian ini bagaimana seluk beluk awal Gedung Sate dibuat.


*SEJARAH*
Awal di Abad ke-19, pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels membuat Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) sepanjang 1000 kilometer membentang dari Anyer hingga Panarukan. Daendels meminta Bupati Bandung Wiranatakusumah II untuk mendirikan kota dipinggir jalan tersebut. Baca Juga Taman Sejarah Wiranatakusumah Tahap awal pendirian kota adalah dengan membangun kompleks Alun-alun yang terdiri dari Pendopo, Bale Bandung dan Pasar yang berfungsi sebagai pusat kota Bandung pada tahun 1812. Pada tahun 1920 dimulai pembangunan kompleks pusat instansi pemerintah atau Gouvernement Bedrijven di sebelah utara Bandung. Kompleks pemerintahan ini terdiri dari 14 gedung pemerintahan yang dibangun diatas lahan seluas 27 hektare. Gedung pertama yang dibangun adalah Gedung Sate dan Gedung Pos, Telepon dan Telegraf (PTT) sekarang PT Pos Indonesia (Baca juga Museum Pos Indonesia) Gedung yang direncanakan lainya tidak dibuat karena terjadi resesi ekonomi.

Zona Eksplorasi
Disini teknis pembuatan Gedung Sate dan detail arsitektur tersaji dalam zona ini. Menarik dilihat buku The History of Java karya Thomas Stamford Raflles dan buku dengan sampul Herman Willem Daendels. Di zona ini pula terdapat Miniatur Gedung Sate yang dapat membelah dan kita bisa mengetahui detail bangunan didalamnya.


Arsitektur dan ornamen-ornamen pada Gedung Sate seperti kerangka atap, atap menara, kolom menara, ornamen ragam hias pada konsol, ornamen setengah lingkaran kemudian atas sirap khas nusantara hingga ornamem pintu utama yang menyerupai Kraton Ratu Boko, tangga lobi terispirasi oleh bangunan Candi Pawon. 


Kita bisa melihat dinding asli Gedung Sate yang terbuat dari batu andesit.


Berjalan menelusuri bagian museum ada Hydrant Kebakaran kemudian bentuk terminal telepon dan Sirine yang berbunyi sampai radius 40 kilometer yang terpasang di atap Gedung Sate.


Maket interaktif dataran kota Bandung pun hadir disini ditambah video-video yang menarik disajikan dengan teknologi terkini, kaca patri dan kaca prisma pun di tampilkan di Zona Eksplorasi ini. Profile tokoh arsitek di balik pembuatan Gedung Sate pun ada tersaji disini. Tak hanya itu masih di zona eksplorasi ada Interactive Picture Frame yang menampilkan profile Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat dari Masa ke Masa disajikan interaktif dengan layar sentuh (touchscreen)

*SEJARAH*
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal d Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir. Johan Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland dan Ir. Hendriks Petrus Berlage, Hendrik Freerk Tillema penggagas ide pemindahan Ibukota Hindia Belanda, Prof. Dr. Ir. Jan Klopper sebagai pendukung pemindahan Ibukota Hindia Belanda serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Zeni II Victor Luis Slors dengan melibatkan 2000 pekerja berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok dipekerjakan untuk pembangunan Gedung Sate di bawah komando Lim A Goh. Mereka merupakan orang-orang yang telah berpengalaman yang sebelumnya mereka menggarap membangun rumah Residen Priangan (Gedung Pakuan) pada tahun 1864-1867 dan Technische Hoogeschool (ITB) pada tahun 1918-1920, selain tenaga lokal pembangunan Gedung Sate mendatangkan ahli pemahat batu dan kayu dari China.
Detail arsitektur Gedung Sate menurut H. P. Berlage seorang maestro arsitektur Belanda menyatakan bahwa Gedung Sate adalah sebuah karya besar yang memadukan gaya arsitektur timur dan barat secara harmonis. Gedung ini memang menampilkan budaya dari berbagai daerah.
Fondasi gedung menggunakan batuan andesit seperti yang biasa digunakan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ornamen pilar dan relung-relung bergaya eropa terdapat hampir diseluruh bagian Gedung. Pada bagian atap digunakan sirap khas nusantara yang dipadukan dengan konstruksi berangka baja yang menjadikannya sebagai bagunan besar pertama Hindia Belanda yang menggunakan teknologi ini. Pencahayaan lantai dasar siasati agar alami dengan menggunakan kaca-kaca prisma yang dipasang pada langit-langit ruangan agar bias sinar matahari dapat masuk dalam bentuk berkas cahaya yang indah.
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan, dengan menelan biaya sebesar 6.000.000 Gulden atau jika di rupiahkan saat ini sekitar 300 Miliar.
Gedung Sate semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah Batavia dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan karena perkembangannya, sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Tanggal 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970 Tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan Provinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.

Zona Audio Visual
Disini kita bisa menonton film pendek berdurasi sekitar 10 menit dimana film tersebut menyajikan asal usul dibuatnya Gedung Sate berawal dari dibangunnya De Groote Posweg Anyer-Panarukan, perencanaan pembuatan 14 kantor pemerintahan termasuk salah satunya adalah Gedung Sate detail pembangunan arsitektur dll. Cukup menghibur disini sayang ketidakdisiplinan pengunjung berbicara dengan keras dan suara handphone sering terdengar, untuk konten dalam film saya acungi jempol sangat bagus.

Klik link ini untuk mengetahui Film Pendek Gedung Sate yang ada di Zona Audia Visual


Zona Interaksi
Perbedaan Museum Gedung Sate dengan yang lain terletak sini menurut saya, pengunjung bisa berinteraksi seperti di Interactive Floor disini kita berjalan mundur kemudian kita bisa melihat dilantai berbagai bangunan dan jalan-jalan yang "hidup" ketika kita mundur.


Selain Interactive Floor ada juga Augmented Reality disini disediakan layar seolah-oleh kita sebagai salah satu dari pekerja pembuatan Gedung Sate.


Kemudian Virtual Reality kita diajak seolah-olah naik balon udara disekitar Gedung Sate, jika kalian mual dan pusing sebaiknya hindari untuk mencoba salah satu permainan ini.


Disebelah ruang Virtual Reality ada deretan layar-layar besar berbentuk curve yang menampilkan bangunan bersejarah di dalam maupun luar negeri.


Dilorong dekat lift terdapat gambar-gambar sketchup yang unik menarik sering digunakan untuk spot foto.


Zona Kontemplasi
Disini terdapat gambar Gedung Sate dalam perspektif 3 Dimensi, teknologi terestrial laser scanner 3 dimensi dari Tim Balai Konservasi Borobudur lorong ini dibuat dengan pencahayaan yang agak redup nampak dramatis diiringi lagu-lagu bahasa belanda

Demikian ulasan Museum terbaru di Kota Bandung jangan lupa jika kalian liburan mampir ke Museum Gedung Sate selain berwisata, mengedukasi banyak nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Museum tersebut, interaktif dengan teknologi yang kekinian sehingga pengunjung tidak akan bosan ketika berkunjung ke museum.


Museum Gedung Sate dibuka setiap Selasa-Minggu (09:30-16:00)
Senin-Hari libur Nasional Libur
Untuk bulan Desember masih Gratis untuk Januari 2018 tiket masuk diperkirakan antara Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,-


No comments:

Post a Comment