Wednesday 31 January 2018

Masjid Istiqlal Wujud Rasa Syukur atas Kemerdekaan


Sebelum pulang menuju Bandung saya berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Istiqlal yang tidak jauh dari Stasiun Djuanda.

Masjid Istiqlal dibangun sebagai perwujudan rasa syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Masjid yang terletak di pusat kota Jakarta ini memiliki beberapa keunikan, diantaranya Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara, letaknya yang berhadapan dengan Gereja Katedral Indonesia juga melambangkan kerukunan antar umat beragama di negeri ini.

Masjid megah berarsitektur modern ini ternyata diarsiteki oleh seorang Kristen Protestan bernama Frederich Silaban. Pria kelahiran Sumatera Utara ini ditetapkan sebagai pemenang sayembara desain Masjid Istiqlal (1955) yang waktu itu dewan jurinya diketuai oleh Presiden Ir. Soekarno dengan beranggotakan para arsitek dan ulama. Sebagai pemenang, Frederich Silaban berhak mendapatkan medali emas seberat 75 gram dan uang tunai Rp. 25.000. Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti merdeka. Masjid ini dibangun untuk menghormati para pejuang muslim yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan sekaligus menggambarkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan Indonesia.

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun memburuknya situasi politik kala itu menyebabkan pembangunan tersendat. Akhirnya setelah tujuh belas tahun barulah pembangunan dinyatakan selesai. Pada tanggal 22 Februari 1978 Presiden Soeharto meresmikan penggunaannya.

Masjid yang mampu menampung jamaah hingga 200.000 orang ini memiliki kubah utama dengan ukuran besar. Kubahnya tersusun dari rangka baja anti karat. Bentang diameter kubahnya adalah 45 meter, angka 45 melambangkan tahun 1945, tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kubah ini ditopang oleh 12 pilar besar yang tersusun melingkar. Angka 12 melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan jumlah bulan dalam setahun.

Masjid yang terdiri dari lima lantai -melambangkan rukun Islam- dan satu lantai dasar ini hanya memiliki satu menara, hal ini untuk melambangkan keesaan Allah. Menaranya berlapis marmer berdiameter 5 meter dan berukuran tinggi 66,66 meter (6.666 cm), melambangkan jumlah ayat dalam Al Qur’an. Kepuncak yang memahkotai menaranya terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz dalam Al Qur’an. Sehingga tinggi total menara adalah 96,66 meter.

Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Uniknya masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq adalah pintu utama. Selanjutnya adalah Al Quddus, Al Malik, Al Ghaffar, dan Ar Rahman. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Untuk pengunjung biasanya akan masuk Masjid Istiqlal di Pintu Al Fattah

Selain itu di Masjid Istiqlal terdapat bedug raksasa yang dinobatkan sebagai yang terbesar di nusantara. Panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil dari hutan di Kalimantan Timur. Bedug ini dulunya dipukul setiap hari Jum’at sebelum dikumandangkan adzan shalat Jum’at. Namun sekarang suara bedug tersebut direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan.

Bangunan Utama

Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, kamar mandi, toilet dan ruang tempat wudhu. Lantai dua, untuk salat yang terdiri dari ruang salat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah yang banyak terutama pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Lantai berikut adalah detail tentang Lantai utama Masjid Istiqlal

Tinggi: 60 meter
Panjang: 100 meterLebar: 100 meter
Tiang pancang: 2.361 buah

Di bagian depan terdapat Mihrab tempat di mana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.


Menra Masjid Istiqlal


Menara Masjid Istiqlal adalah bangunan yang pertama kali dibangun, saat pembangunan Masjid Istiqlal dimulai.

Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter. Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meterTinggi total menara: sekitar 90 meterDiameter menara 5 meter

Dalam tradisi Islam Klasik, bangunan menara biasa digunakan sebagai tempat Muadzin mengumandangkan adzan. Pada Menara Masjid Istiqlal di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.

Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.

Teras dan Koridor

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan di belakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf salat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji, teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.

Emper keliling dan Koridor
Panjang : 165 meter
Lebar : 125 meter

Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.




Sumber: Istiqlal

Tuesday 30 January 2018

Museum Seni Rupa dan Keramik

SEJARAH GEDUNG


Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 oleh arsitek Jhe. W.H.F.H. van Raders pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Miyer, awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI. Lalu pada tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta. Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.

Koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik

Berbagai macam koleksi lukisan dan keramik ditampilkan disini dari masa ke masa untuk koleksi lukisan karya maestro sekaligus perintis seni lukis Modern R. Saleh Syarif Bustaman "Potret Diri" tahun 1835 kemudian "Johanes van Den Bosch"




kemudian ada penjelasan mengenai seni lukis ketika seni lukis zaman prasejarah. Kemudian diruang selanjutnya ada Lukisan Kaca khas dari Cirebon kebanyakan tema yang diusung adalah pewayangan dan kaligrafi



Diruangan selanjutnya ada lukisan-lukisan karya PERSAGI (Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia) yang mengusung seni lukis modern Indonesia


Ada pula lukisan lukisan di Zaman Jepang, setelah Indonesia merdeka tahun 1945 munculah Seni Lukis era Sanggar. Seni lukis yang nampak bagi orang awam seperti saya ini seperti coretan-coretan tanpa makna tapi itulah seni mungkin sulit ditebak. Mungkin sebuah seni yang menarik terdapat dalam lukisan yang abstrak atau tidak beraturan.

Untuk keramik dan gerabah banyak koleksi dari Terakota Patung Wanita Majapahit.


Kendi-kendi air minum kemudian terakota berbentuk kepala yang lebih menarik adalah keramik-keramik dari kapal laut yang karam didasar laut


Kemudian berbagai patung dan keramik, piring ataupun porcelain, vas bunga berasal dari luar negeri diantaranya China yang paling banyak kemudian dari Vietnam, Thailand dan Jepang


Menarik pula diselasar dari museum banyak dari kayu yang saya pun tidak tau bentuknya.


Untuk selengkapnya silahkan explore Museum Seni Rupa dan Keramik banyak sekali koleksi-koleksi yang ada dan rencananya museum tersebut akan direvitalisasi sehingga menjadi museum yang lebih edukatif dan modern.

JAM KUNJUNGAN

Buka setiap hari Selasa–Minggu pukul 08:00 - 17:00 WIB.
Hari Senin, Hari Raya dan Libur Nasional museum tutup.

TIKET MASUK

Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2015
Dewasa/Umum Rp 5.000,-
Mahasiswa Rp 3.000,-
Pelajar/anak-anak Rp 2.000,-

Monday 29 January 2018

Museum Bank Mandiri



SEJARAH GEDUNG

Museum Bank Mandiri terletak di Jalan Lapangan Stasiun No 1 Kota Tua - Jakarta (Stationsplein 1 – Binnen Niuewpoortstraat) merupakan bangunan peninggalan masa kolonial. Dahulunya berada dalam satu taman yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta Kota atau Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BEOS)

Awal sejarahnya bangunan ini merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia.

Arsitek Gedung Factorij adalah J. de Bruyn, A. P. Smits, C. van der Linde. Pembangunan gedung berlangsung selama periode 1929-1933. Gedung berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, diresmikan pada 14 Januari 1933, oleh C.J. Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10. Pemancangan diawali dengan tiang beton bulan Juli 1929 oleh biro konstruksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij).

Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini cenderung sederhana, berbentuk simetris dengan keberadaan taman di tengah gedung, dan main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Lantai dasar gedung ini dibuat lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan entrance-nya terasa anggun. Lantai lobi, ruang rapat, dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca/ kaca patri (glasmozaiek-tegels). kaca patri ini dirancang oleh F.H. Abbing Jr., anak dari presiden NHM F.H. Abbing di Amsterdam. Ia merancang kaca patri ini yang kemudian disatukan oleh W. Boogtman dengan cara dibakar. Proses pembuatan kaca patri ini dilakukan di Amsterdam. Dan desain bangunan dengan kaca patri seperti ini sempat menjadi trend di awal abad ke-20.

Kaca patri ini diletakkan persis di depan pintu rapat di lantai dua. Desain kaca patri yang sangat menggambarkan suasana Belanda ini konon menjadi salah satu ‘penghibur’ para direksi NHM yang merindukan kampung halamannya. Kaca patri ini terdiri dari 5 area yang menggambarkan 4 musim di Belanda (musim dingin, musim gugur, musim panas, dan musim semi), serta menggambarkan nakhoda kapal Cornelis de Houtman sebagai orang Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia. Sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.

SEJARAH BERDIRINYA BANK MANDIRI

NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij)

Perusahaan datang milik pemerintah Belanda ini didirikan langsung oleh Raja Willem I. Didirikan di Belanda dengan surat keputusan Raja tanggal 29 Maret 1824 no 163. Dua tahun setelah NHM membuka cabang di Batavia. Di Batavia, NHM dikenal dengan nama Factorij atau yang dalam bahasa Indonesia berarti agen dagang.
NHM merupakan reinkarnasi dari Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC. NHM ini mengurusi curtuurstelsel atau tanam paksa yang mulai berlaku pada tahun 1830 di Indonesia. Mereka pada awalnya mengurusi pengiriman atau shipping dan menjual komoditi hasil dari tanam paksa seperti gula, kopi dan lainnya dari Indonesia ke luar negeri. Peran NHM sangat penting bagi pemerintah Belanda, karena pada waktu itu kas pemerintah Belanda sedang kosong akibat Perang Dipenogoro di Jawa dan membiayai Perang Padri di Sumatera Barat.
Pada perkembangannya NHM bergerak dan membangun keuangan sedemikian intensif dalam bidang industri gula sehingga bisa dikatakan jika NHM bergerak perlahan dari sebuah agen dagang menjadi sebuah bank. Setelah itu NHM dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia dan berubah menjadi Bank Exim tahun 1960.

Bank NIHB (Nederlansch Indisch Handelsbank)

Cikal bakal berdirinya NIHB pada tanggal 14 Juli 1863, tidak terlepas dari perluasan pemikiran dari Credit Mobilier. Pemikiran ini menganggap bahwa perkembangan ekonomi dipengaruhi oleh pengumpulan modal yang besar untuk peminjaman kredit dan keikutsertakan di perusahaan-perusahaan.

Setelah terbentuk, setahun kemudian dibuka agen NIHB di Hindia-Belanda, tepatnya di Batavia. N.P. van den Berg, sekretaris NHM di Batavia, dipercaya menjadi sebagai Agen Utama NIHB di Hindia-Belanda.

Pada tahun 1878 NIHB berhasil membangun sendiri gedung perkantoran yang dilengkapi sebagai layaknya sebuah kantor bank dan perkreditan. Bangunan yang terletak di jalan Kali Besar Barat no 41 ini dilengkapi dengan fasilitas ruang kluis atau khasanah. Konon bangunan ini berdiri diatas bekas kerajaan Jayakarta yang dibumihanguskan oleh VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzooncoen.

Bank Escompto
Escomptobank merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Awalnya bank ini didirikan pada tahun 1857 di Batavia oleh warga Belanda yang bernama Paulus Tiedeman Jr dan Carl Frederick Wilhelm Wiggers van Kerchem sebelum bernama Eacomptobank, bank ini bernama Nederlandsch-Indische Escompto Maatschappij atau yang disingkat menjadi NIEM. Kemudian setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 30 Juni 1949, NIEM berubah nama menjadi Escomptobank NV.
Pada tahun 1960 bank ini dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia dan pada tanggal 11 April 1960 berubah menjadi Bank Dagang Negara (BDN) yang tugasnya adalah melanjutkan kegiatan usaha Escomptobank sebelumnya. Tahun 1968 BDN ditetapkan menjadi Bank Milik pemerintah yang mengutamakan pembiayaan di sektor pertambangan. Pendirian Bank

BAPINDO
Pembangunan Indonesia (Bapindo) dalam catatan sejarahnya tidak dapat terlepas dari pendirian sebuah bank yang bernama Bank Industri Negara (BIN). Pendirian bank tersebut ditetapkan berdasarkan akta notaris di Jakarta. Mr. Raden Soewandi tanggal 4 April 1951.

BIN kemudian berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 5 Tahun 1952 dan Lembaran Negara Nomor 21 tanggal 28 Februari 1952 status badan hukumnya diubah menjadi bank pemerintah.

Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat, pemerintah pada tanggal 25 Mei 1960, mendirikan Bank Pembangunan Indonesia (BPI) sebagai pusat penghimpun dana dan sumber pembelanjaan tetap yang menjamin kelangsungan pelaksanaan usaha Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB).

Selanjutnya dalam rangka penciptakan koordinasi yang lebih baik untuk membiayai Proyek Pembangunan, maka Pemerintah pada bulan Agustus 1960 memutuskan melebur BIN ke dalam BPI dengan berdasarkan pada UU No. 30 Prp tahun 1960 tanggal 16 Agustus 1960 menjadi BAPINDO.

Sejalan dengan arah kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah da Bank Indonesia tugas dan peranan BAPINDO ditetapkan untuk melayani pemberian kredit investasi dalam bidang industri, pengangkutan dan pariwisata. Kemudian berdasarkan SK Menteri Keuangan RI, tanggal 19 November No. 64/KM/U/1970.

Dunia perbankan nasional yang makin pesat dan perkembangan dunia usaha yang semakin global, maka pemerintah memutuskan untuk merubah status badan hukum BAPINDO menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan Akte Notaris Muhani Salim, SH. No. 137 tanggal 31 Juli 1992, sehingga nama berubah menjadi PT. Bank Pembangunan Indonesia (Persero).

Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan merger empat bank pemerintah: Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) ke dalam Bank Mandiri. Sebagai bentuk restruksasi perbankan oleh Pemerintah Indonesia.

Museum


Papan penunjuk menginformasikan berbagai pelayanan bank di lantai dasar dan lantai satu. Misalnya untuk pelayanan effecten (efek atau surat berharga) dan safe deposit di sebelah kiri (dari sisi nasabah), sedangkan urusan perbankan di kanan. Di lantai satu terdapat kantor inspektur gula (Suiker Bergcultuur Inspecteur) di sebelah kiri dan direksi di sebelah kanan.


Lantai Dasar terdiri dari Ruang Treasury (Kas Afdeeling), Ruang Pembukuan (kamar khusus untuk buku besar), Ruang Kasir China (Chineesche Kas). Di sayap selatan terdapat Ruang Perlengkapan Bank, Ruang Kearsipan dan Komunikasi, Ruang ATM. Ruang Kearsipan dulunya merupakan kantor budidaya gula yang cukup sibuk. Memasuki museum pintu masuk berupa teralis diatasnya diberi nama Afdeeling Bankzakeen (Departemen Urusan Perbankan) kita disuguhi dengan pemaparan kedatangan VOC sampai runtuhnya VOC. Ruang yang disebut Cultuurestelsel atau Tanam Paksa dimana diperlihatkan kekejaman ketika tanam paksa diberlakukan, ruang celengan pun dipaparkan disini.


Penjelasan berdirinya Bank Mandiri dari 4 Bank yang dimerger beserta sejarahnya kemudian berbagai alat untuk menghitung koin serta koleksi surat-surat berharga seperti Tabungan, Deposito, Saham, Cek, dan Obligasi, Surat Deviden dari berbagai Bank yang dimerger. Ada pula koleksi Mesin Tik, Telepon dan Buku Besar untuk menjurnal Akuntansi pun ada.

Ada yang menarik perhatian saya di Museum Bank Mandiri yaitu terdapat replika Dewi Hermes yang dahulu ditempatkan di Escomptobank di Jalan Pintu Besar Utara, Jakarta-Kota.


ATM Zaman old pun hadir disini


Memasuki ruang bawah tanah dipakai untuk menyimpan uang dalam brangkas dan save deposit box ruangan luas sekali dan nampak sepi. Pengamanan ruang ini memang sangat ketat dimana banyak sekali ruangan yang memakai teralis besi layaknya seperti sel tahanan demi keamana barang berharga yang tersimpan.


Demikian ulasan saya mengenai Museum Bank Mandiri untuk lebih jelasnya silahkan kalian berkunjung kesini Buka dari Hari Selasa-Minggu Jan 09:00-16:00 untuk hari Senin dan Hari Libur Nasional Tutup dengan harga tiket masuk Rp 5.000,- per-orang.

Saturday 27 January 2018

Museum Taman Prasasti


Bangunan utama museum sendiri memiliki desain arsitektur Yunani. Bangunan ini dirancang dengan gaya Doria. Gaya Doria memiliki ciri khas tiang-tiang besar di bagian depan. Orang Yunani memiliki filosofi bahwa semakin banyak tiang menandakan semakin kuat kerajaannya. Di bangunan ini terdapat sekitar 12 tiang


Museum Taman Prasasti adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang berada di Jalan Tanah Abang No. 1, JakartaPusat. Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno, beserta koleksi kereta jenazah. Museum seluas 1,3 ha ini merupakan museum terbuka, awalnya Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, yang sekarang menjadi Museum Wayang, yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandsche Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk. Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja. Memasuki Museum Taman Prasasti sebelum kita membeli tiket masuk, di sebelah kiri dan kanan terdapat kereta jenazah lengkap beserta peti jenazah yang berwarna silver.


Tiket Masuk Museum Prasasti seharga Rp 5.000,- Dipintu masuk terdapat Lonceng yang dahulu jika ada pemakaman lonceng tersebut dibunyikan. Disebelah kiri dari pintu masuk terdapat dua peti jenazah milik Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Founding Father Bangsa Indonesia lahir di Blitar tanggal 6 Juni 1901 dan wafat di hari Minggu pagi tanggal 21 Juni 1970 di RS duka mendalam dirasakan bukan hanya keluarga saja tetapi Bangsa Indonesia. Setelah dimandikan kemudian dibungkus dengan kain putih kemudian dibaringkan di peti jenazah lalu dikebumikan di tanah kelahirannya Blitar, sekarang peti jenazah tersebut berada di Museum Taman Prasasti.


Drs. Mohammad Hatta lahir tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau wafat pada hari Jumat tanggal 14 Maret 1980 pada jam 18:45 kemudian beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Sesuai dengan amanat yang disampaikan ingin dimakamkan ditengah-tengah masyarakat. Sama halnya dengan Ir. Soekarno peti jenazahnya pun sekarang di simpan berdampingan di Museum Taman Prasasti.


Beberapa tokoh penting yang dimakamkan di Museum Taman Prasasti antara lain:

Olivia Mariamne Raffles

Olivia Mariamne Raffles istri pertama Thomas Stamford Raffles, Letnan Jenderal Hindia Belanda pada pendudukan Inggris tahun 1811-1816. Menikah dengan Raffles sebelum berlayar ke Penang, saat itu usianya terpaut 10 tahun lebih muda dari Raffles. Sebelum meninggal dunia, olivia berpesan ia ingin dimakamkan disebelah sahabatnya, Jhon Casper Leyden. Olivia meninggal pada tanggal 26 November 1814 dan dimakamkan di Kebun Raya Bogor.

Monumen J.J. Piere


Mayor Jenderal Johan Jacob Piere, Komandan 1 Groote Militaire Afdeeling (Divisi Militer Besar) di Jawa. Selama karirnya dengan militer, dia mendapatkan gelar bangsawan dan berunding dengam Orde 4 dari Militaire Willems Orde (Military Order of William), kehormatan tertua dan tertinggi dari kerajaan Belanda. Gelar kesatria ini sering disampaikan kepada perwira militer senior dalam pengakuan prestasi mereka keberanian dimedan perang dan sebagai hiasan berjasa. Penerima beberapa penghargaan selama hidupnya, Mayor Jenderal Pierea dianugerahi Order of the Lion Belanda.

Soe Hok Gie



Soe Hok Gie lahir pada tanggal 17 Desember 1942 menjadi seorang humanis radikal. Gie pernah menjabat sebagai ketua senat mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan merupakaan salah satu pendirk MAPALA UI (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia). Soe Hok Gie meninggal dunia karena menghirup gas beracun pada pada usia yang ke 27 (1969) Di Gunung Semerudan jenazahnya setelah dimakamkan beberapa tahun di TPU Kebon Kober. Kerangkanya diangkat kemudian dikremasi dan abunya ditabur ke dalam kawah mandalawangi Gunung Pangrango, Jawa Barat. Hal ini diwujudkan karena kencintaan mendiang kepada alam dan hobinya sebagai pendaki gunung juga konsistensinya terhadap komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI)

Patung "Crying Lady"


Dibuat untuk merefleksikan penderitaan seorang pengantin baru yang ditinggal pergi suaminya meninggal karena wabah malaria di Batavia.

Van Rimsdijk

Rimsdijk adalah salah satu Gubernur di masa Hindia Belanda. Namanya merupakan salah satu rumah yang terindah dan termewah di Batavia yang berlokasi didaerah Batavia yang berlokasi didaerah Tanjung Timur. Anaknya bernama Halventinus merupakan tuan tanah yang kaya raya dan mempunyai bisnis gula. Ia menghibahkan tanahnya di Tanah Abang untuk dijadikan kawasan pemakamam (Sekarang Museum Taman Prasasti) Halventinus sangat berambisi untuk terus memperkaya dirinya, sehingga pada akhirnya ia dipecat dari pekerjaannya. Ia memiliki 14 anak dari istrinya dan 10 anak dari perempuan lain. Salah satu anaknya, Daniel adalah petani Sukses yang kemudian menjadi pemilik tanah pertanian yang luas di Tanjung Timur (Sekarang daerah Kramat Jati, Jakarta Timur) pada tahun 1830

Layden

Layden adalah teman dekat Thomas Stamford Raffles dan istrinya, serta merupakan penasehat Sir Thomas Stamford Raffles tentang hubungan dengan Melayu (sekarang menjadi Malaysia dan Singapura). Layden lahir di Edenburg Tahun 1775, pernah ditunjuk sebagai dokter kesehatan di India. Namun setibanya disana ia menderita sakit sehingga akhirnya dikembalikan ke Penang. Di Penang ia bertemu Sir Thomas Stamford Raffles. Keduanya ternyata memiliki banyak persamaan, seperti umur, sifat dan minat. Pada masa itu media masa pernah menuliskan hubungan yang sangat akrab antara Raffles dan Layden. Layden meninggal di Batavia pada Bulan Agustus 1811. Diatas nisannya terdapat puisi yang dipersembahkan oleh Walter Scott guna mengenang kematian Layden.

Patung Pastor Van Der Grinten


Pastor Van Der Grinten adalah pendeta kepala Gereja Katolik Batavia-Gereja Katolik pertama di Batavia yang terletak di sudut Lapangan Banteng (alun-alun terbuka yang luas terletak di daerah kantong Eropa dan sebelumnya dikenal sebagai Waterloopein). Itu dibangun di atas kediaman mantan Hindia Belanda komandan militer Hendrik Merkus de Kock (yang kemudian dibuat Baron untuk kemenangannya atas Pangeran Dipenogoro dalam perang Jawa).

Kapiten Jas

Kapiten Jas merupakan legenda. Hingga saat ini masyarakat berziarah ke makan Kapiten Jas dengan harapan semua permohonan mereka akan terkabul, padahal mungkin sesungguhnya Kapiten Jas tidak pernah ada. Nama Kapiten Jas diduga ada hubungannya dengan Jassen Kerk, yaitu Gereja Portugis yang terletak diluar Kota Lama. Pada abad ke 17, banyak warga Batavia yang meninggal akibat kondisi kota yang tidak sehat. Halaman gereja sudah tidak cukup menampung makam orang yang meninggal, sehingga banyak yang dimakamkan di tanah sebelah halaman Gereja Jansen. Tanah itu kemudian disebut “Tanah Kapiten Jas”. Pada abad ke 18 tanah Kapiten Jas ditutup, lalu pada tahun 1828 pemakaman Kapiten Jas ini dipindahkan ke pemakaman baru di Kerkhoflaan Tanah Abang Kebon Jahe Kober (sekarang Museum Taman Prasasti) . Sampai sekarang masih ada pengunjung dari dalam dan luar negeri untuk berziarah ke makan Kapiten Jas.

Johan Herman Rudolf Kohler

Kohler lahir di Groningen pada 3 Juli 1818. Ia sebagai seorang Jenderal Belanda pemimpin tentara KNIL dalam perang Aceh pada tahun 1873. Kohler sudah bertugas di Divisi Infanteri pada usia 14 tahun tepatnya tanggal 3 Mei 1852 dan pada tahun 1873 kerajaan mengeluarkan dekrit yang mengangkat Kohler menjadi Mayor Jenderal dan panglima tertinggi pasuka ekspedisi. Kohler sebagai panglima tertinggi militer dengan pangkat Mayor Jenderal selalu mendapat kepercayaan dari Gubernur Jenderal Jongker untuk melaksanakan misi-misi militer yang berat. Kohler ditugaskan untuk menyerang Kesultanan Aceh, namun ia salah mengira dan justru menyerang sebuah masjid. Saat itu masyarakat Aceh dengan gagah berani mempertahankan masjid tersebut. Dalam satu pertempuran Kohler tertembak didadanya sehingga gugur pada tanggal 14 April 1873. Walaupun saat ini prasasti nisannya dapat ditemui di Museum Taman Prasasti, namun kerangkanya telah dipindahkan ke Aceh pada saat museum di pugar pada tahun 1975.

Monsignor Walterus Jacobus Stall


Walterus Jacobus Stall lahir di Velp 29 Oktober 1839, seorang pendeta Belanda dan Uskup Gereja Katolik Roma . Pada tanggal 29 September 1858 ditahbiskan dan pada 1 September 1872 pergi sebagai misionaris ke Hindia Belanda kemudian pada tanggal 23 Mei 1893 diangkat sebagai vikaris apostolikbatavia dan Uskup Tituler Mauri Kastro yang penahbisan Uskup berlangsung pada 13 November 1893. Dia adalah penerus Adam Claessens, Stall adalah jesuit pertama yang memegang posisi ini. Stall meninggal pada saat melakukan perjalanannya melalui vikariat diatas kapal The Eagle tak lama setelah kepergiannya ke Pulau Kei di Laut Banda dekat Kepulauan Banda dia dimakamkan di Batavia pada tanggal 23 Juli 1897.

Dr. Andries Brandes


Sebagai seorang ahli di Bidang Arkeologi dan Sastra Jawa Kuno, Brandes memiliki peran besar terhadap pengetahuan mengenai masa lampau Indonesia. Lahir di Rotterdam 13 Januari 1875, setelah lulus dari Fakultas Teologi, ia pindah ke Leiden untuk mempelajari Ilmu Kesussasteraan Hindia Belanda. Dari tangannya banyak data sejarah Jawa yang berhasil diungkap, seperti Kitab Pararaton serta naskah mengenai raja-raja Tumapel hingga Majapahit. Branders meninggal di Batavia pada tanggal 26 Juni 1905 ketika sedang menjabat sebagai ketua Comissie Voor Oudheidkunding Ondorzoek of Java an Madura dan anggota Direksi Batavisasch Genootschap Van Kunstenun Wetenschappen (Direksi Perkumpulan Ilmuwan Batavia). Pieter Gerardus Van Overstraaten Nisan Pieter Gerardus Van Overstraaten terbuat dari jenis batuan endesit masa kolonial VOC. Nisan ini salah satu pindahan dari “Gereja Baru Belanda” (Museum Wayang) dimana pada waktu itu halaman Gereja digunakan sebagai tempat pemakaman mengalami perombakan akibat terbakarnya Gereja Baru Belanda tersebut dan karena areal untuk pemakaman di sekitar Gereja mengalami keterbatasan uang oleh sebab itu nisan Pieter Gerardus Van Overstraaten dipindahkan ke Kerkhoflaan. Pieter Gerardus Van Overstraaten merupakan Gubernur Jenderal VOC terakhir ke 33 menjabat pada tahun 1796-1801. ia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat VOC mendekati kebangkrutan, Van Overstraten meninggal dunia pada saat masih menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Jenazahnya dimakamkan di Kerkhoflaan Batavia (sekarang Museum Taman Prasasti).

Dr. H.F. Roll

Dr. H.F. Roll mempunyai peran penting khususnya dalam sejarah perkembangan Ilmu Kedokteran di Indonesia melalui gagasannya mendirikan STOVIA (The School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Pada awalnya sekolah dokter jawa yang didirikan pada tahun 1851 mempunyai mutu dibawah standar sekolah di sekolah dokter Belanda, Roll sebagai seorang dokter yang berfikiran maju mengusulkan agar mutu sekolah dokter jawa untuk ditingkatkan setara dengan pendidikan sekolah dokter di Belanda. HF. Roll memberikan sumbangan dana yang besar dala pembangunan sekolah yang diresmikan pada tahun 1902. Roll kemudian diangkat menjadi direktur STOVIA pertama dan dari STOVIA inilah perkumpulan pergerakan Boedi Oetomo teebentuk pada tanggal 20 Mei 1908. Pada saat ini Sekolah Tinggi Dokter Indonesia yang lebih dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sedangkan gedung STOVIA menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Andriea Viktor Michiels

Lahir di Maatricht, Belanda 23 April 1797 Michiels masuk dinas berusia 17 tahun dan menjadi salah satu Panglima militer Belanda. Pada tahun 1817 ia datang ke Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Satu. Karirnya terus meningkat karena keberanian dan strategi handal yang dimiliki oleh Michiels. Melaksanakan misi militer ke berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Cirebon, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bali. Michiels gugur ketika melakukan ekspedisi militer ke Bali. Ia diserang oleh prajurit-prajurit kerajaan Klungkung pada tanggal 25 Mei 1849. Untuk mengenang keberanian dan jasa-jasanya pemerintah Belanda mendirikan Monumen untuk Muchiels di Waterloo Plein (Sekarang lapangan Banteng). Monumen Pieter Erberveld Sebagai seorang Indo berdarah campuran Jerman dan Thailand, Pieter Erberveld dianggap memiliki status yang lebih rendah dari pada orang Belanda. Erberveld memiliki tekad dan usaha yang kuat dan menentang pemerintahan Belanda bersama Raden Kartadria berencana membunuh semua orang Belanda yang ada di Batavia. Tetapi rencana tersebut diketahui oleh pemerintah Belanda dan di ganjar dengan hukuman mati yang sangat kejam. Tubuhnya ditarik oleh empat ekor kuda ke empat arah yang berlawanan sehingga tubuhnya terpecah dan berserakan dijalan. Lokasi eksekusi tersebut sampai saat ini terkenal dengan sebutan Kampung Pecah Kulit (Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat)

A.J.W Van Delden


Ambrosius Johannes Willebrordus van Delden, lahir di tanggal 19 November di Goor, beliau berangkat di tahun 1838 ke Hindia Belanda dan beliau langsung diangkat klerek kelas 1 di sekertariat umum di Batavia (1840). Di tahun 1841 Beliau naik pangkat jadi komis kelas 2 di sekertariat umum, ditahun 1844 beliau naik pangkat jadi komis kelas 1 lalu pada tanggal 24 Mei 1846 diangkat komis utama di sekertariat umum. Pada tanggal 27 Oktober 1848 A.J.W van Delden diangkat dari Karesidenan Japara. Pada tanggal 8 Januari 1852 atas permintaannya beliau sendiri van Delden untuk sementara keluar dari dinas pemerintaha. Pada tanggal 21 November 1852 beliau diangkat lagi sebagai referendaris (pangkat yang tertinggi di administrasi negara) di sekretariat umum di Batavia. Kemusian di tanggal 21 Maret diangkat wakil sekertariat pemerintah. Pada tanggal 2 Mei 1855 atas permintaannya beliau sendiri van Delden keluar dari dinas pemerintah. Beliau menjadi anggota dari sebuah Firma perdagangan Reijnst dan Vinju di Batavia. Di tahun 1864-1874 A.J.W van Delden menjadi ketua dari kamar dagang dan industri di Batavia. Dalam fungsi itu beliau rupanya kunjungi Australia pada tahun 1866. Dia berada disebuah misi untuk bernegosiasi pemberian subsidi untuk pembangunan jalur uap kapal reguler antara Jawa dan Australia dengan pemerintah kolonial Australia. A.J.W van Delden meninggal dunia di Kobe (Jepang) pada tanggal 9 Oktober 1887, jenazahnya dibawa pulang ke Batavia, dimana beliau dikuburkan di Kuburan yang berada di Tanah Abang.

Sumber: Papan informasi Museum Taman Prasasti

Susana asri yang berada dihalaman depan museum taman prasasti sangat bersih dan terawat, saya tidak merasakan angker disekitar lokasi.


Ada sebuah Tulisan Nisan letaknya ketika kita membeli tiket Museum Taman Prasasti kemudian berjalan ke sebelah kanan yang tertempel didinding bunyinya "Soo Gy. Nu Syt Was. Ik Voot Deesen Dat. Jk, Nv Ben Svlt Gy Ook Weesen" 4 Des 1762 yang artinya "Seperti anda sekarang, demikianlah aku sebelumnya. Seperti aku sekarang, demikianlah anda juga kelak nanti" kalimat penuh makna dimana seluruh makhlukhidup akan meninggal tinggal menunggu waktunya saja

Thursday 25 January 2018

Museum Tekstil



SEJARAH GEDUNG
Gedung ini awalnya sebagai landhuis (Villa) dibangun pada awal abad ke-19 milik warga Perancis yang tinggal di batavia kemudian dibeli oleh Sayed Abdul Aziz Al Kazimi, konsul Turki di Batavia. Tahun 1942 dijual lagi kepada DR. Karel Christian Crucq. Pada masa revolusi fisik tahun 1945 sebagai markas besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Tahun 1947 menjadi milik Lie Sion Pin kemudian olehnya dikontrakan kepada Departemen Sosial RI untuk penampungan orang-orang jompo dan sejak tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial RI.
Tahun 1972 ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi undang-undang monumen (Monumenten Ordonantie) STBL. 1931 No. 23 dan Surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. CB. 11/1/1972. tanggal 10 Januari 1972. Tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan oleh Departemem Sosial RI kepada Pemda DKI Jakarta untuk bangunan museum kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan sebagai Gedung Museum Tekstil.

Museum Tekstil beralamat di Jalan K.S Tubun No.2-4 Jakarta Barat, ketika saya berkunjung kesana nampak sepi tidak ada aktivitas yang berarti. Cukup membayar tiket masuk Rp 5.000,- benar saya tidak ada satupun yang berkunjung ketika saya datang, hanya saya sendiri. Masuk ke Gedung Utama wangi daun pandan dan melati yang disediakan diberbagai koleksi museum, saya tidak tau apa gunanya hal tersebut apakah sebagai bahan pengawet atau apa namun terkesan mistis.


Masuk ke ruangan pamer melihat koleksi-koleksi dari Museum Tekstil seperti kebaya dan kain batik ini


Ada juga kebaya yang terdapat dalam manekin dengan pajangan mesin jahit


Koleksi kebaya cantik-cantik terlihat elegan dengan warna terkesan glamor


Tidak terlalu lama saya berada di gedung utama dari Museum Tekstil ini. Pintu keluar yang berada di ujung gedung pun dikunci sehingga saya harus balik lagi ketika akan keluar gedung. Sepi cuma saya sendiri yang ada di Museum Tekstil jadi teringat ketika berkunjung ke Museum Mandala Wangsit pun sama halnya terjadi disini sendiri.


Keliling terlebih dahulu di area museum tekstil terdapat prasasti lembaran kain disebelah kiri dari gedung utama


Dibelakang masih ada tempat-tempat seperti tanaman-tanaman pewarna alami sayang kurang terawat. Ada ruangan khusus galeri batik hanya sayang saya tidak bisa lama-lama di museum tekstil karena masih banyak museum yang harus dikunjungi.


Tuesday 23 January 2018

Museum Perumusan Naskah Proklamasi


SEJARAH GEDUNG
Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L. Blakenberg bergaya arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 M2 sedangkan luas bangunannya 1.138,10 M2.
Gedung ini telah dihuni oleh beberapa penghuni yang berbeda. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT. Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.
Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Tadashi Maeda Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang, sampai Sekutu mendarat di Indonesia September 1945. Setelah kekalahan Jepang, gedung ini menjadi Markas tentara Inggris.
Pemindahan status kepemilikan gedung ini terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Pada tahun 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Besar Inggris sampai dengan 1981 dan pada tahun 1982 gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Gedung ini sangat penting bagi Bangsa Indonesia karena pada tanggal 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa bersejarah yaitu Perumusan naskah teks proklamasi bangsa Indonesia. Pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Akhirnya berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/0/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang kebudayaan berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PERISTIWA SEBELUM PROKLAMASI

Perumusan Naskah Proklamasi dilaksanakan ketika Soekarno - Hatta kembali ke Jakarta setelah diamankan oleh para pemuda di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi karena ada perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam pelaksanaan Proklamasi. Golongan tua yang diwakili oleh Soekarno-Hatta, dan Ahmad Soebardjo dalam merencanakan memproklamasikan kemerdekaan memerlukan adanya rapat PPKI, sedangkan golongan muda yang diwakili Sukarni, Chaerul Saleh dan Sayuti Melik menghendaki untuk membebaskan diri dari PPKI, yang dianggap bentukan Jepang. Perbedaan inilah yang menyebabkan para pemuda mengamankan Soekarno - Hatta di Rengasdengklok.

Akan tetapi, atas jaminan Ahmad Soebardjo bahwa Proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya, para pemuda akhirnya mengijinkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Setelah kembali ke Jakarta, kedua pemimpin itu singgah di rumah masing-masing sebentar, kemudian keduanya dengan ditemani Ahmad Soebardjo menemui Laksamana Tadashi Maeda untuk meminjam rumahnya sebagai tempat Perumusan Naskah Proklamasi.

Perumusan Naskah Proklamasi akhirnya dilaksanakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda Jalan Meiji Dori (sekarang Imam Bonjol No. 1).

Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir kementerian Jepang).

Setelah saling memberi hormat. Soekarno mengucapkan terima kasih atas kesediaan Maeda meminjamkan rumah kediamannya untuk rapat mempersiapkan Proklamasi. Maeda menjawab : "Itu sudah kewajiban saya yang mencintai Indonesia Merdeka". Disamping itu Maeda memberitahukan pesan dari Gunseikan bahwa rombongan yang pulang dari Rengasdengklok segera menemuinya.

Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi, rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Pertemuan dengan Nishimura menimbulkan reaksi dari Soekarno dan Hatta berupa protes, bahwa pihak Jepang tidak menepati janji. Akhirnya rombongan kembali menuju kediaman Maeda.

Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo dan Mijoshi segera memasuki ruangan dan disambut Maeda. Ketika pembicaraan berlangsung, pemimpin bangsa telah menyatakan bahwa Indonesia menolak dijadikan sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada Sekutu. Oleh karena itu mereka menyatakan untuk merdeka sekarang juga serta menunjukkan bangsa lain, sebagai bangsa yang berhak menentukan nasibnya memproklamasikan kemerdekaan.

Ruangan Museum dibagi menjadi 4 Bagian

Ruang 1

Ruang pertemuan
Ruang ini merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam persiapan perumusan naskah proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 22:00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Soebardjo diterima oleh Laksamana Tadashi Maeda.

Ruang 2

Ruang Perumusan
Di ruangan perumusan tempat merumuskannya naskah proklamasi. Dini hari menjelang pukul 03:00 WIB. Ir, Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad memasuki ruangan ini untuk merumuskan konsep naskah proklamasi.



Ruang 3

Ruang Pengetikan
Setelah persetujuan dari hadirin, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi. Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah tangga, ditemani oleh B.M. Diah.


Ruang 4

Ruang Pengesahan
Ruang ini merupakan tempat disetujuinya konsep naskah proklamasi oleh hadirin yang datang, lebih kurang 50 orang, serta tempat disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang Subuh, Jum'at 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.


Tokoh yang hadir ketika peristiwa perumusan naskah proklamasi adalah:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr. Ahmad Soebardjo
4. Dr. Mohammad Amir
5. Dr. Boentaran Martoatmodjo
6. Dr. I Goesti Ketut Poedja
7. Mr. A Abbas
8. Mr. Iwa Kusumasumantri
9. Mr. Johanes Latoeharhary
10. Samaun Bakry
11. Mr. Teukoe Moehammad Hasan
12. Ku Hadjar Dewantara
13. R. Oto Iskandar di Nata
14. Dr. K. R. T. Radjiman Wediodiningrat.
15. Mr. Soetardjo Kartohadikusumo
16. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
17. R. Soekarjo Wirjopranoto
18. Dr. G. S. S. J. Ratulangi
19. Burhanuddin Moehammad Diah
20. Sukarni
21. Chaerul Saleh
22. Sayuti Melik
23. Anang Abdoel Hamidhan
24. Ki Bagoes Hadikusumo
25. Andi Pangerang
26. Abikoesno Tjokrosoejoso
27. Dr. Samsi Sastrowidagdo
28. Soediro.

Inilah perumusah naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno


Sedangkan ini adalah Naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik, kertas hasil tulis tangan Soekarno dibuang oleh Sayuti Melik, namun di ambil kembali oleh B.M. Diah sebagai bahan berita acara negara


PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI
Pada tanggal 17 November 1945 saat menjadi Markas Tentara Inggris, gedung ini digunakan sebagai tempat pertemuan antara Indonesia - Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan di pihak Sekutu diwakili oleh Letjen Christison sebagai pemrakarsa. Pertemuan itu disamping untuk mempertemukan pihak lndonesia dengan Belanda juga untuk menjelaskan kedatangan tentara sekutu. Akan tetapi pertemuan itu berakhir tanpa hasil apapun.

Pada tanggal 7 Oktober 1946, atas jasa baik Inggris diadakan lagi perundingan antara pihak Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan pihak Belanda oleh Prof. Schermerhorn, sedangkan dari pihak Inggris diwakili oleh Lord Killearn sebagai penengah. Pertemuan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata yang ditandatangani 14 Oktober 1946.

Selain ruangan yang dipakai untuk merumuskan naskah proklamasi, dilantai 2 terdapat berbagai informasi mengenai sejarah sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, berbagai perjanjian/perundingan renville, Meja Bundar dan Linggajati, serta koleksi pakaian, piringan hitam dan kaset yang merekam naskah proklamasi dibacakan, tanda-tanda kehormatan, pakaiam dinas militer, penjelasan mengenai BPUPKI dan PPKI. Bibliografi dari tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam perumusan naskah proklamasi kemerdekaam Indonesia