Monday 29 January 2018

Museum Bank Mandiri



SEJARAH GEDUNG

Museum Bank Mandiri terletak di Jalan Lapangan Stasiun No 1 Kota Tua - Jakarta (Stationsplein 1 – Binnen Niuewpoortstraat) merupakan bangunan peninggalan masa kolonial. Dahulunya berada dalam satu taman yang menyatu dengan Stasiun Kereta Api Jakarta Kota atau Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BEOS)

Awal sejarahnya bangunan ini merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij Batavia.

Arsitek Gedung Factorij adalah J. de Bruyn, A. P. Smits, C. van der Linde. Pembangunan gedung berlangsung selama periode 1929-1933. Gedung berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, diresmikan pada 14 Januari 1933, oleh C.J. Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10. Pemancangan diawali dengan tiang beton bulan Juli 1929 oleh biro konstruksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming Maatshappij).

Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini cenderung sederhana, berbentuk simetris dengan keberadaan taman di tengah gedung, dan main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Lantai dasar gedung ini dibuat lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan entrance-nya terasa anggun. Lantai lobi, ruang rapat, dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca/ kaca patri (glasmozaiek-tegels). kaca patri ini dirancang oleh F.H. Abbing Jr., anak dari presiden NHM F.H. Abbing di Amsterdam. Ia merancang kaca patri ini yang kemudian disatukan oleh W. Boogtman dengan cara dibakar. Proses pembuatan kaca patri ini dilakukan di Amsterdam. Dan desain bangunan dengan kaca patri seperti ini sempat menjadi trend di awal abad ke-20.

Kaca patri ini diletakkan persis di depan pintu rapat di lantai dua. Desain kaca patri yang sangat menggambarkan suasana Belanda ini konon menjadi salah satu ‘penghibur’ para direksi NHM yang merindukan kampung halamannya. Kaca patri ini terdiri dari 5 area yang menggambarkan 4 musim di Belanda (musim dingin, musim gugur, musim panas, dan musim semi), serta menggambarkan nakhoda kapal Cornelis de Houtman sebagai orang Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia. Sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.

SEJARAH BERDIRINYA BANK MANDIRI

NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij)

Perusahaan datang milik pemerintah Belanda ini didirikan langsung oleh Raja Willem I. Didirikan di Belanda dengan surat keputusan Raja tanggal 29 Maret 1824 no 163. Dua tahun setelah NHM membuka cabang di Batavia. Di Batavia, NHM dikenal dengan nama Factorij atau yang dalam bahasa Indonesia berarti agen dagang.
NHM merupakan reinkarnasi dari Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC. NHM ini mengurusi curtuurstelsel atau tanam paksa yang mulai berlaku pada tahun 1830 di Indonesia. Mereka pada awalnya mengurusi pengiriman atau shipping dan menjual komoditi hasil dari tanam paksa seperti gula, kopi dan lainnya dari Indonesia ke luar negeri. Peran NHM sangat penting bagi pemerintah Belanda, karena pada waktu itu kas pemerintah Belanda sedang kosong akibat Perang Dipenogoro di Jawa dan membiayai Perang Padri di Sumatera Barat.
Pada perkembangannya NHM bergerak dan membangun keuangan sedemikian intensif dalam bidang industri gula sehingga bisa dikatakan jika NHM bergerak perlahan dari sebuah agen dagang menjadi sebuah bank. Setelah itu NHM dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia dan berubah menjadi Bank Exim tahun 1960.

Bank NIHB (Nederlansch Indisch Handelsbank)

Cikal bakal berdirinya NIHB pada tanggal 14 Juli 1863, tidak terlepas dari perluasan pemikiran dari Credit Mobilier. Pemikiran ini menganggap bahwa perkembangan ekonomi dipengaruhi oleh pengumpulan modal yang besar untuk peminjaman kredit dan keikutsertakan di perusahaan-perusahaan.

Setelah terbentuk, setahun kemudian dibuka agen NIHB di Hindia-Belanda, tepatnya di Batavia. N.P. van den Berg, sekretaris NHM di Batavia, dipercaya menjadi sebagai Agen Utama NIHB di Hindia-Belanda.

Pada tahun 1878 NIHB berhasil membangun sendiri gedung perkantoran yang dilengkapi sebagai layaknya sebuah kantor bank dan perkreditan. Bangunan yang terletak di jalan Kali Besar Barat no 41 ini dilengkapi dengan fasilitas ruang kluis atau khasanah. Konon bangunan ini berdiri diatas bekas kerajaan Jayakarta yang dibumihanguskan oleh VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzooncoen.

Bank Escompto
Escomptobank merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Awalnya bank ini didirikan pada tahun 1857 di Batavia oleh warga Belanda yang bernama Paulus Tiedeman Jr dan Carl Frederick Wilhelm Wiggers van Kerchem sebelum bernama Eacomptobank, bank ini bernama Nederlandsch-Indische Escompto Maatschappij atau yang disingkat menjadi NIEM. Kemudian setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 30 Juni 1949, NIEM berubah nama menjadi Escomptobank NV.
Pada tahun 1960 bank ini dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia dan pada tanggal 11 April 1960 berubah menjadi Bank Dagang Negara (BDN) yang tugasnya adalah melanjutkan kegiatan usaha Escomptobank sebelumnya. Tahun 1968 BDN ditetapkan menjadi Bank Milik pemerintah yang mengutamakan pembiayaan di sektor pertambangan. Pendirian Bank

BAPINDO
Pembangunan Indonesia (Bapindo) dalam catatan sejarahnya tidak dapat terlepas dari pendirian sebuah bank yang bernama Bank Industri Negara (BIN). Pendirian bank tersebut ditetapkan berdasarkan akta notaris di Jakarta. Mr. Raden Soewandi tanggal 4 April 1951.

BIN kemudian berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 5 Tahun 1952 dan Lembaran Negara Nomor 21 tanggal 28 Februari 1952 status badan hukumnya diubah menjadi bank pemerintah.

Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat, pemerintah pada tanggal 25 Mei 1960, mendirikan Bank Pembangunan Indonesia (BPI) sebagai pusat penghimpun dana dan sumber pembelanjaan tetap yang menjamin kelangsungan pelaksanaan usaha Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB).

Selanjutnya dalam rangka penciptakan koordinasi yang lebih baik untuk membiayai Proyek Pembangunan, maka Pemerintah pada bulan Agustus 1960 memutuskan melebur BIN ke dalam BPI dengan berdasarkan pada UU No. 30 Prp tahun 1960 tanggal 16 Agustus 1960 menjadi BAPINDO.

Sejalan dengan arah kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah da Bank Indonesia tugas dan peranan BAPINDO ditetapkan untuk melayani pemberian kredit investasi dalam bidang industri, pengangkutan dan pariwisata. Kemudian berdasarkan SK Menteri Keuangan RI, tanggal 19 November No. 64/KM/U/1970.

Dunia perbankan nasional yang makin pesat dan perkembangan dunia usaha yang semakin global, maka pemerintah memutuskan untuk merubah status badan hukum BAPINDO menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan Akte Notaris Muhani Salim, SH. No. 137 tanggal 31 Juli 1992, sehingga nama berubah menjadi PT. Bank Pembangunan Indonesia (Persero).

Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan merger empat bank pemerintah: Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) ke dalam Bank Mandiri. Sebagai bentuk restruksasi perbankan oleh Pemerintah Indonesia.

Museum


Papan penunjuk menginformasikan berbagai pelayanan bank di lantai dasar dan lantai satu. Misalnya untuk pelayanan effecten (efek atau surat berharga) dan safe deposit di sebelah kiri (dari sisi nasabah), sedangkan urusan perbankan di kanan. Di lantai satu terdapat kantor inspektur gula (Suiker Bergcultuur Inspecteur) di sebelah kiri dan direksi di sebelah kanan.


Lantai Dasar terdiri dari Ruang Treasury (Kas Afdeeling), Ruang Pembukuan (kamar khusus untuk buku besar), Ruang Kasir China (Chineesche Kas). Di sayap selatan terdapat Ruang Perlengkapan Bank, Ruang Kearsipan dan Komunikasi, Ruang ATM. Ruang Kearsipan dulunya merupakan kantor budidaya gula yang cukup sibuk. Memasuki museum pintu masuk berupa teralis diatasnya diberi nama Afdeeling Bankzakeen (Departemen Urusan Perbankan) kita disuguhi dengan pemaparan kedatangan VOC sampai runtuhnya VOC. Ruang yang disebut Cultuurestelsel atau Tanam Paksa dimana diperlihatkan kekejaman ketika tanam paksa diberlakukan, ruang celengan pun dipaparkan disini.


Penjelasan berdirinya Bank Mandiri dari 4 Bank yang dimerger beserta sejarahnya kemudian berbagai alat untuk menghitung koin serta koleksi surat-surat berharga seperti Tabungan, Deposito, Saham, Cek, dan Obligasi, Surat Deviden dari berbagai Bank yang dimerger. Ada pula koleksi Mesin Tik, Telepon dan Buku Besar untuk menjurnal Akuntansi pun ada.

Ada yang menarik perhatian saya di Museum Bank Mandiri yaitu terdapat replika Dewi Hermes yang dahulu ditempatkan di Escomptobank di Jalan Pintu Besar Utara, Jakarta-Kota.


ATM Zaman old pun hadir disini


Memasuki ruang bawah tanah dipakai untuk menyimpan uang dalam brangkas dan save deposit box ruangan luas sekali dan nampak sepi. Pengamanan ruang ini memang sangat ketat dimana banyak sekali ruangan yang memakai teralis besi layaknya seperti sel tahanan demi keamana barang berharga yang tersimpan.


Demikian ulasan saya mengenai Museum Bank Mandiri untuk lebih jelasnya silahkan kalian berkunjung kesini Buka dari Hari Selasa-Minggu Jan 09:00-16:00 untuk hari Senin dan Hari Libur Nasional Tutup dengan harga tiket masuk Rp 5.000,- per-orang.

No comments:

Post a Comment