Saturday 27 January 2018

Museum Taman Prasasti


Bangunan utama museum sendiri memiliki desain arsitektur Yunani. Bangunan ini dirancang dengan gaya Doria. Gaya Doria memiliki ciri khas tiang-tiang besar di bagian depan. Orang Yunani memiliki filosofi bahwa semakin banyak tiang menandakan semakin kuat kerajaannya. Di bangunan ini terdapat sekitar 12 tiang


Museum Taman Prasasti adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang berada di Jalan Tanah Abang No. 1, JakartaPusat. Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno, beserta koleksi kereta jenazah. Museum seluas 1,3 ha ini merupakan museum terbuka, awalnya Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, yang sekarang menjadi Museum Wayang, yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandsche Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk. Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja. Memasuki Museum Taman Prasasti sebelum kita membeli tiket masuk, di sebelah kiri dan kanan terdapat kereta jenazah lengkap beserta peti jenazah yang berwarna silver.


Tiket Masuk Museum Prasasti seharga Rp 5.000,- Dipintu masuk terdapat Lonceng yang dahulu jika ada pemakaman lonceng tersebut dibunyikan. Disebelah kiri dari pintu masuk terdapat dua peti jenazah milik Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Founding Father Bangsa Indonesia lahir di Blitar tanggal 6 Juni 1901 dan wafat di hari Minggu pagi tanggal 21 Juni 1970 di RS duka mendalam dirasakan bukan hanya keluarga saja tetapi Bangsa Indonesia. Setelah dimandikan kemudian dibungkus dengan kain putih kemudian dibaringkan di peti jenazah lalu dikebumikan di tanah kelahirannya Blitar, sekarang peti jenazah tersebut berada di Museum Taman Prasasti.


Drs. Mohammad Hatta lahir tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau wafat pada hari Jumat tanggal 14 Maret 1980 pada jam 18:45 kemudian beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Sesuai dengan amanat yang disampaikan ingin dimakamkan ditengah-tengah masyarakat. Sama halnya dengan Ir. Soekarno peti jenazahnya pun sekarang di simpan berdampingan di Museum Taman Prasasti.


Beberapa tokoh penting yang dimakamkan di Museum Taman Prasasti antara lain:

Olivia Mariamne Raffles

Olivia Mariamne Raffles istri pertama Thomas Stamford Raffles, Letnan Jenderal Hindia Belanda pada pendudukan Inggris tahun 1811-1816. Menikah dengan Raffles sebelum berlayar ke Penang, saat itu usianya terpaut 10 tahun lebih muda dari Raffles. Sebelum meninggal dunia, olivia berpesan ia ingin dimakamkan disebelah sahabatnya, Jhon Casper Leyden. Olivia meninggal pada tanggal 26 November 1814 dan dimakamkan di Kebun Raya Bogor.

Monumen J.J. Piere


Mayor Jenderal Johan Jacob Piere, Komandan 1 Groote Militaire Afdeeling (Divisi Militer Besar) di Jawa. Selama karirnya dengan militer, dia mendapatkan gelar bangsawan dan berunding dengam Orde 4 dari Militaire Willems Orde (Military Order of William), kehormatan tertua dan tertinggi dari kerajaan Belanda. Gelar kesatria ini sering disampaikan kepada perwira militer senior dalam pengakuan prestasi mereka keberanian dimedan perang dan sebagai hiasan berjasa. Penerima beberapa penghargaan selama hidupnya, Mayor Jenderal Pierea dianugerahi Order of the Lion Belanda.

Soe Hok Gie



Soe Hok Gie lahir pada tanggal 17 Desember 1942 menjadi seorang humanis radikal. Gie pernah menjabat sebagai ketua senat mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan merupakaan salah satu pendirk MAPALA UI (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia). Soe Hok Gie meninggal dunia karena menghirup gas beracun pada pada usia yang ke 27 (1969) Di Gunung Semerudan jenazahnya setelah dimakamkan beberapa tahun di TPU Kebon Kober. Kerangkanya diangkat kemudian dikremasi dan abunya ditabur ke dalam kawah mandalawangi Gunung Pangrango, Jawa Barat. Hal ini diwujudkan karena kencintaan mendiang kepada alam dan hobinya sebagai pendaki gunung juga konsistensinya terhadap komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI)

Patung "Crying Lady"


Dibuat untuk merefleksikan penderitaan seorang pengantin baru yang ditinggal pergi suaminya meninggal karena wabah malaria di Batavia.

Van Rimsdijk

Rimsdijk adalah salah satu Gubernur di masa Hindia Belanda. Namanya merupakan salah satu rumah yang terindah dan termewah di Batavia yang berlokasi didaerah Batavia yang berlokasi didaerah Tanjung Timur. Anaknya bernama Halventinus merupakan tuan tanah yang kaya raya dan mempunyai bisnis gula. Ia menghibahkan tanahnya di Tanah Abang untuk dijadikan kawasan pemakamam (Sekarang Museum Taman Prasasti) Halventinus sangat berambisi untuk terus memperkaya dirinya, sehingga pada akhirnya ia dipecat dari pekerjaannya. Ia memiliki 14 anak dari istrinya dan 10 anak dari perempuan lain. Salah satu anaknya, Daniel adalah petani Sukses yang kemudian menjadi pemilik tanah pertanian yang luas di Tanjung Timur (Sekarang daerah Kramat Jati, Jakarta Timur) pada tahun 1830

Layden

Layden adalah teman dekat Thomas Stamford Raffles dan istrinya, serta merupakan penasehat Sir Thomas Stamford Raffles tentang hubungan dengan Melayu (sekarang menjadi Malaysia dan Singapura). Layden lahir di Edenburg Tahun 1775, pernah ditunjuk sebagai dokter kesehatan di India. Namun setibanya disana ia menderita sakit sehingga akhirnya dikembalikan ke Penang. Di Penang ia bertemu Sir Thomas Stamford Raffles. Keduanya ternyata memiliki banyak persamaan, seperti umur, sifat dan minat. Pada masa itu media masa pernah menuliskan hubungan yang sangat akrab antara Raffles dan Layden. Layden meninggal di Batavia pada Bulan Agustus 1811. Diatas nisannya terdapat puisi yang dipersembahkan oleh Walter Scott guna mengenang kematian Layden.

Patung Pastor Van Der Grinten


Pastor Van Der Grinten adalah pendeta kepala Gereja Katolik Batavia-Gereja Katolik pertama di Batavia yang terletak di sudut Lapangan Banteng (alun-alun terbuka yang luas terletak di daerah kantong Eropa dan sebelumnya dikenal sebagai Waterloopein). Itu dibangun di atas kediaman mantan Hindia Belanda komandan militer Hendrik Merkus de Kock (yang kemudian dibuat Baron untuk kemenangannya atas Pangeran Dipenogoro dalam perang Jawa).

Kapiten Jas

Kapiten Jas merupakan legenda. Hingga saat ini masyarakat berziarah ke makan Kapiten Jas dengan harapan semua permohonan mereka akan terkabul, padahal mungkin sesungguhnya Kapiten Jas tidak pernah ada. Nama Kapiten Jas diduga ada hubungannya dengan Jassen Kerk, yaitu Gereja Portugis yang terletak diluar Kota Lama. Pada abad ke 17, banyak warga Batavia yang meninggal akibat kondisi kota yang tidak sehat. Halaman gereja sudah tidak cukup menampung makam orang yang meninggal, sehingga banyak yang dimakamkan di tanah sebelah halaman Gereja Jansen. Tanah itu kemudian disebut “Tanah Kapiten Jas”. Pada abad ke 18 tanah Kapiten Jas ditutup, lalu pada tahun 1828 pemakaman Kapiten Jas ini dipindahkan ke pemakaman baru di Kerkhoflaan Tanah Abang Kebon Jahe Kober (sekarang Museum Taman Prasasti) . Sampai sekarang masih ada pengunjung dari dalam dan luar negeri untuk berziarah ke makan Kapiten Jas.

Johan Herman Rudolf Kohler

Kohler lahir di Groningen pada 3 Juli 1818. Ia sebagai seorang Jenderal Belanda pemimpin tentara KNIL dalam perang Aceh pada tahun 1873. Kohler sudah bertugas di Divisi Infanteri pada usia 14 tahun tepatnya tanggal 3 Mei 1852 dan pada tahun 1873 kerajaan mengeluarkan dekrit yang mengangkat Kohler menjadi Mayor Jenderal dan panglima tertinggi pasuka ekspedisi. Kohler sebagai panglima tertinggi militer dengan pangkat Mayor Jenderal selalu mendapat kepercayaan dari Gubernur Jenderal Jongker untuk melaksanakan misi-misi militer yang berat. Kohler ditugaskan untuk menyerang Kesultanan Aceh, namun ia salah mengira dan justru menyerang sebuah masjid. Saat itu masyarakat Aceh dengan gagah berani mempertahankan masjid tersebut. Dalam satu pertempuran Kohler tertembak didadanya sehingga gugur pada tanggal 14 April 1873. Walaupun saat ini prasasti nisannya dapat ditemui di Museum Taman Prasasti, namun kerangkanya telah dipindahkan ke Aceh pada saat museum di pugar pada tahun 1975.

Monsignor Walterus Jacobus Stall


Walterus Jacobus Stall lahir di Velp 29 Oktober 1839, seorang pendeta Belanda dan Uskup Gereja Katolik Roma . Pada tanggal 29 September 1858 ditahbiskan dan pada 1 September 1872 pergi sebagai misionaris ke Hindia Belanda kemudian pada tanggal 23 Mei 1893 diangkat sebagai vikaris apostolikbatavia dan Uskup Tituler Mauri Kastro yang penahbisan Uskup berlangsung pada 13 November 1893. Dia adalah penerus Adam Claessens, Stall adalah jesuit pertama yang memegang posisi ini. Stall meninggal pada saat melakukan perjalanannya melalui vikariat diatas kapal The Eagle tak lama setelah kepergiannya ke Pulau Kei di Laut Banda dekat Kepulauan Banda dia dimakamkan di Batavia pada tanggal 23 Juli 1897.

Dr. Andries Brandes


Sebagai seorang ahli di Bidang Arkeologi dan Sastra Jawa Kuno, Brandes memiliki peran besar terhadap pengetahuan mengenai masa lampau Indonesia. Lahir di Rotterdam 13 Januari 1875, setelah lulus dari Fakultas Teologi, ia pindah ke Leiden untuk mempelajari Ilmu Kesussasteraan Hindia Belanda. Dari tangannya banyak data sejarah Jawa yang berhasil diungkap, seperti Kitab Pararaton serta naskah mengenai raja-raja Tumapel hingga Majapahit. Branders meninggal di Batavia pada tanggal 26 Juni 1905 ketika sedang menjabat sebagai ketua Comissie Voor Oudheidkunding Ondorzoek of Java an Madura dan anggota Direksi Batavisasch Genootschap Van Kunstenun Wetenschappen (Direksi Perkumpulan Ilmuwan Batavia). Pieter Gerardus Van Overstraaten Nisan Pieter Gerardus Van Overstraaten terbuat dari jenis batuan endesit masa kolonial VOC. Nisan ini salah satu pindahan dari “Gereja Baru Belanda” (Museum Wayang) dimana pada waktu itu halaman Gereja digunakan sebagai tempat pemakaman mengalami perombakan akibat terbakarnya Gereja Baru Belanda tersebut dan karena areal untuk pemakaman di sekitar Gereja mengalami keterbatasan uang oleh sebab itu nisan Pieter Gerardus Van Overstraaten dipindahkan ke Kerkhoflaan. Pieter Gerardus Van Overstraaten merupakan Gubernur Jenderal VOC terakhir ke 33 menjabat pada tahun 1796-1801. ia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat VOC mendekati kebangkrutan, Van Overstraten meninggal dunia pada saat masih menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Jenazahnya dimakamkan di Kerkhoflaan Batavia (sekarang Museum Taman Prasasti).

Dr. H.F. Roll

Dr. H.F. Roll mempunyai peran penting khususnya dalam sejarah perkembangan Ilmu Kedokteran di Indonesia melalui gagasannya mendirikan STOVIA (The School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Pada awalnya sekolah dokter jawa yang didirikan pada tahun 1851 mempunyai mutu dibawah standar sekolah di sekolah dokter Belanda, Roll sebagai seorang dokter yang berfikiran maju mengusulkan agar mutu sekolah dokter jawa untuk ditingkatkan setara dengan pendidikan sekolah dokter di Belanda. HF. Roll memberikan sumbangan dana yang besar dala pembangunan sekolah yang diresmikan pada tahun 1902. Roll kemudian diangkat menjadi direktur STOVIA pertama dan dari STOVIA inilah perkumpulan pergerakan Boedi Oetomo teebentuk pada tanggal 20 Mei 1908. Pada saat ini Sekolah Tinggi Dokter Indonesia yang lebih dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sedangkan gedung STOVIA menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Andriea Viktor Michiels

Lahir di Maatricht, Belanda 23 April 1797 Michiels masuk dinas berusia 17 tahun dan menjadi salah satu Panglima militer Belanda. Pada tahun 1817 ia datang ke Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Satu. Karirnya terus meningkat karena keberanian dan strategi handal yang dimiliki oleh Michiels. Melaksanakan misi militer ke berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Cirebon, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bali. Michiels gugur ketika melakukan ekspedisi militer ke Bali. Ia diserang oleh prajurit-prajurit kerajaan Klungkung pada tanggal 25 Mei 1849. Untuk mengenang keberanian dan jasa-jasanya pemerintah Belanda mendirikan Monumen untuk Muchiels di Waterloo Plein (Sekarang lapangan Banteng). Monumen Pieter Erberveld Sebagai seorang Indo berdarah campuran Jerman dan Thailand, Pieter Erberveld dianggap memiliki status yang lebih rendah dari pada orang Belanda. Erberveld memiliki tekad dan usaha yang kuat dan menentang pemerintahan Belanda bersama Raden Kartadria berencana membunuh semua orang Belanda yang ada di Batavia. Tetapi rencana tersebut diketahui oleh pemerintah Belanda dan di ganjar dengan hukuman mati yang sangat kejam. Tubuhnya ditarik oleh empat ekor kuda ke empat arah yang berlawanan sehingga tubuhnya terpecah dan berserakan dijalan. Lokasi eksekusi tersebut sampai saat ini terkenal dengan sebutan Kampung Pecah Kulit (Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat)

A.J.W Van Delden


Ambrosius Johannes Willebrordus van Delden, lahir di tanggal 19 November di Goor, beliau berangkat di tahun 1838 ke Hindia Belanda dan beliau langsung diangkat klerek kelas 1 di sekertariat umum di Batavia (1840). Di tahun 1841 Beliau naik pangkat jadi komis kelas 2 di sekertariat umum, ditahun 1844 beliau naik pangkat jadi komis kelas 1 lalu pada tanggal 24 Mei 1846 diangkat komis utama di sekertariat umum. Pada tanggal 27 Oktober 1848 A.J.W van Delden diangkat dari Karesidenan Japara. Pada tanggal 8 Januari 1852 atas permintaannya beliau sendiri van Delden untuk sementara keluar dari dinas pemerintaha. Pada tanggal 21 November 1852 beliau diangkat lagi sebagai referendaris (pangkat yang tertinggi di administrasi negara) di sekretariat umum di Batavia. Kemusian di tanggal 21 Maret diangkat wakil sekertariat pemerintah. Pada tanggal 2 Mei 1855 atas permintaannya beliau sendiri van Delden keluar dari dinas pemerintah. Beliau menjadi anggota dari sebuah Firma perdagangan Reijnst dan Vinju di Batavia. Di tahun 1864-1874 A.J.W van Delden menjadi ketua dari kamar dagang dan industri di Batavia. Dalam fungsi itu beliau rupanya kunjungi Australia pada tahun 1866. Dia berada disebuah misi untuk bernegosiasi pemberian subsidi untuk pembangunan jalur uap kapal reguler antara Jawa dan Australia dengan pemerintah kolonial Australia. A.J.W van Delden meninggal dunia di Kobe (Jepang) pada tanggal 9 Oktober 1887, jenazahnya dibawa pulang ke Batavia, dimana beliau dikuburkan di Kuburan yang berada di Tanah Abang.

Sumber: Papan informasi Museum Taman Prasasti

Susana asri yang berada dihalaman depan museum taman prasasti sangat bersih dan terawat, saya tidak merasakan angker disekitar lokasi.


Ada sebuah Tulisan Nisan letaknya ketika kita membeli tiket Museum Taman Prasasti kemudian berjalan ke sebelah kanan yang tertempel didinding bunyinya "Soo Gy. Nu Syt Was. Ik Voot Deesen Dat. Jk, Nv Ben Svlt Gy Ook Weesen" 4 Des 1762 yang artinya "Seperti anda sekarang, demikianlah aku sebelumnya. Seperti aku sekarang, demikianlah anda juga kelak nanti" kalimat penuh makna dimana seluruh makhlukhidup akan meninggal tinggal menunggu waktunya saja

No comments:

Post a Comment