Tuesday 23 January 2018

Museum Perumusan Naskah Proklamasi


SEJARAH GEDUNG
Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L. Blakenberg bergaya arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 M2 sedangkan luas bangunannya 1.138,10 M2.
Gedung ini telah dihuni oleh beberapa penghuni yang berbeda. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT. Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.
Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Tadashi Maeda Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang, sampai Sekutu mendarat di Indonesia September 1945. Setelah kekalahan Jepang, gedung ini menjadi Markas tentara Inggris.
Pemindahan status kepemilikan gedung ini terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Pada tahun 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Besar Inggris sampai dengan 1981 dan pada tahun 1982 gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Gedung ini sangat penting bagi Bangsa Indonesia karena pada tanggal 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa bersejarah yaitu Perumusan naskah teks proklamasi bangsa Indonesia. Pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Akhirnya berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/0/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang kebudayaan berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PERISTIWA SEBELUM PROKLAMASI

Perumusan Naskah Proklamasi dilaksanakan ketika Soekarno - Hatta kembali ke Jakarta setelah diamankan oleh para pemuda di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi karena ada perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam pelaksanaan Proklamasi. Golongan tua yang diwakili oleh Soekarno-Hatta, dan Ahmad Soebardjo dalam merencanakan memproklamasikan kemerdekaan memerlukan adanya rapat PPKI, sedangkan golongan muda yang diwakili Sukarni, Chaerul Saleh dan Sayuti Melik menghendaki untuk membebaskan diri dari PPKI, yang dianggap bentukan Jepang. Perbedaan inilah yang menyebabkan para pemuda mengamankan Soekarno - Hatta di Rengasdengklok.

Akan tetapi, atas jaminan Ahmad Soebardjo bahwa Proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya, para pemuda akhirnya mengijinkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Setelah kembali ke Jakarta, kedua pemimpin itu singgah di rumah masing-masing sebentar, kemudian keduanya dengan ditemani Ahmad Soebardjo menemui Laksamana Tadashi Maeda untuk meminjam rumahnya sebagai tempat Perumusan Naskah Proklamasi.

Perumusan Naskah Proklamasi akhirnya dilaksanakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda Jalan Meiji Dori (sekarang Imam Bonjol No. 1).

Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir kementerian Jepang).

Setelah saling memberi hormat. Soekarno mengucapkan terima kasih atas kesediaan Maeda meminjamkan rumah kediamannya untuk rapat mempersiapkan Proklamasi. Maeda menjawab : "Itu sudah kewajiban saya yang mencintai Indonesia Merdeka". Disamping itu Maeda memberitahukan pesan dari Gunseikan bahwa rombongan yang pulang dari Rengasdengklok segera menemuinya.

Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi, rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Pertemuan dengan Nishimura menimbulkan reaksi dari Soekarno dan Hatta berupa protes, bahwa pihak Jepang tidak menepati janji. Akhirnya rombongan kembali menuju kediaman Maeda.

Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo dan Mijoshi segera memasuki ruangan dan disambut Maeda. Ketika pembicaraan berlangsung, pemimpin bangsa telah menyatakan bahwa Indonesia menolak dijadikan sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada Sekutu. Oleh karena itu mereka menyatakan untuk merdeka sekarang juga serta menunjukkan bangsa lain, sebagai bangsa yang berhak menentukan nasibnya memproklamasikan kemerdekaan.

Ruangan Museum dibagi menjadi 4 Bagian

Ruang 1

Ruang pertemuan
Ruang ini merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam persiapan perumusan naskah proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 22:00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Soebardjo diterima oleh Laksamana Tadashi Maeda.

Ruang 2

Ruang Perumusan
Di ruangan perumusan tempat merumuskannya naskah proklamasi. Dini hari menjelang pukul 03:00 WIB. Ir, Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad memasuki ruangan ini untuk merumuskan konsep naskah proklamasi.



Ruang 3

Ruang Pengetikan
Setelah persetujuan dari hadirin, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi. Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah tangga, ditemani oleh B.M. Diah.


Ruang 4

Ruang Pengesahan
Ruang ini merupakan tempat disetujuinya konsep naskah proklamasi oleh hadirin yang datang, lebih kurang 50 orang, serta tempat disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang Subuh, Jum'at 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.


Tokoh yang hadir ketika peristiwa perumusan naskah proklamasi adalah:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr. Ahmad Soebardjo
4. Dr. Mohammad Amir
5. Dr. Boentaran Martoatmodjo
6. Dr. I Goesti Ketut Poedja
7. Mr. A Abbas
8. Mr. Iwa Kusumasumantri
9. Mr. Johanes Latoeharhary
10. Samaun Bakry
11. Mr. Teukoe Moehammad Hasan
12. Ku Hadjar Dewantara
13. R. Oto Iskandar di Nata
14. Dr. K. R. T. Radjiman Wediodiningrat.
15. Mr. Soetardjo Kartohadikusumo
16. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
17. R. Soekarjo Wirjopranoto
18. Dr. G. S. S. J. Ratulangi
19. Burhanuddin Moehammad Diah
20. Sukarni
21. Chaerul Saleh
22. Sayuti Melik
23. Anang Abdoel Hamidhan
24. Ki Bagoes Hadikusumo
25. Andi Pangerang
26. Abikoesno Tjokrosoejoso
27. Dr. Samsi Sastrowidagdo
28. Soediro.

Inilah perumusah naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno


Sedangkan ini adalah Naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik, kertas hasil tulis tangan Soekarno dibuang oleh Sayuti Melik, namun di ambil kembali oleh B.M. Diah sebagai bahan berita acara negara


PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI
Pada tanggal 17 November 1945 saat menjadi Markas Tentara Inggris, gedung ini digunakan sebagai tempat pertemuan antara Indonesia - Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan di pihak Sekutu diwakili oleh Letjen Christison sebagai pemrakarsa. Pertemuan itu disamping untuk mempertemukan pihak lndonesia dengan Belanda juga untuk menjelaskan kedatangan tentara sekutu. Akan tetapi pertemuan itu berakhir tanpa hasil apapun.

Pada tanggal 7 Oktober 1946, atas jasa baik Inggris diadakan lagi perundingan antara pihak Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan pihak Belanda oleh Prof. Schermerhorn, sedangkan dari pihak Inggris diwakili oleh Lord Killearn sebagai penengah. Pertemuan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata yang ditandatangani 14 Oktober 1946.

Selain ruangan yang dipakai untuk merumuskan naskah proklamasi, dilantai 2 terdapat berbagai informasi mengenai sejarah sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, berbagai perjanjian/perundingan renville, Meja Bundar dan Linggajati, serta koleksi pakaian, piringan hitam dan kaset yang merekam naskah proklamasi dibacakan, tanda-tanda kehormatan, pakaiam dinas militer, penjelasan mengenai BPUPKI dan PPKI. Bibliografi dari tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam perumusan naskah proklamasi kemerdekaam Indonesia

No comments:

Post a Comment