Friday 9 March 2018

Curug Dago Riwayat Mu Kini


Setelah berkunjung ke Tebing Karaton saya berkesempatan untuk mengunjungi Curug Dago masih di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Curug Dago merupakan Curug yang paling bawah dari rangkaian curug yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda air yang mengalir tersebut merupakan aliran Sungai Cikapundung yang membelah kota Bandung dari hulu nya yang berada di kawasan Maribaya.

Lokasi Curug Dago cukup terpencil dari Jalan Dago Pojok ada Plat Name berwarna Biru menandakan lokasi Curug Dago dan jalan pun cukup sempit, akses jalan hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua jalanannya cukup licin harus berhati-hati. Memasuki pos pemeriksaan tiket lahan parkir cukup luas namun sangat disayangkan kawasan Curug Dago sangat memperihatinkan dan kurang terawat


Plat Name Curug Dago yang kusam tak terawat


Aliran air dari atas jembatan Curug Dago

Saya parkir kendaraan didepan plat name Curug Dago disitu ada area taman bermain sederhana, untuk menuju lokasi Curug Dago kita menelusuri anak tangga tidak terlalu banyak namun cukup tinggi antara tangga satu dengan yang lainnya, itu pun cukup sempit dikarenakan dahulu terjadi pengikisan tanah akibat derasnya air yang mengalir.

Karena kurang terawat dan minim informasi membuat Tempat Wisata Curug Dago Bandung jarang sekali dikunjungi oleh para pengunjung atau wisatawan, terlebih pihak pengelola Taman Hutan Raya Ir. H Djuana sepertinya lebih merevitalisasi objek wisata yang berada dikawasan sebelah utara yang lebih populer seperti Curug Omas disekitar Maribaya, Tebing Karaton yang akan membangun Sky Walk.

Walaupun Curug Dago ini kurang terawat tapi kental dengan jejak sejarah bagi Kerajaan Thailand pada zaman dulu kala. Tidak jauh dari lokasi air terjun tersebut, ada dua buah prasasti yaitu sebuah batu tulis peninggalan sekitar tahun 1818 -an.


Menurut para ahli sejarah, kedua prasasti tersebut adalah peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalongkorn) serta Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari dinasti Chakri yang pernah berkunjung ke Curug Dago, Bandung Jawa Barat. Dua Prasasti yang menandai kedatangan mereka ke curug itu. Prasasti pertama tertulis sebagai berikut, “Raja Rama berkunjung ke Bandung saat berumur 34 tahun, sebagai peringatan ibu kota Kerajaan Thai Ratanakosin”. Raja Thailand itu diperkirakan datang ke Curug Dago pada tahun 1902. Prasasti itu juga dihiasi dengan tapak kaki, tangan dan bintang segilima. Prasasti kedua menandai kedatangan anak Raja Rama V 27 tahun kemudian. Prasastinya tertulis, “Prajatipok Paramintara. Tahun Budha 2472 (tahun 1929). Lantas apa yang di cari oleh Raja Chulalongkorn sampai menuju Curug Dago?

Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seseorang Raja Thailand menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut sang raja melakukan bertapa atau semedi dan kadangkala menuliskan nama atau hal lainnya yang dianggap penting. Sekaligus merupakan kenangan dan pengakuan atas kekeramatan / kesucian tempat tersebut. Saya teringat ke Museum Nasional yang sering saya kunjungi, jejak peninggalan Raja Chulalongkorn tidak hanya ada di Bandung ketika Berkunjung ke Batavia Raja Chulalongkorn memberi hadiah sebuah patung gajah yang terbuat dari perunggu untuk Genootschap (Museum) dan saat ini patung gajah perunggu tersebut dipajang tepat didepan halaman Museum Nasional.


No comments:

Post a Comment