Sunday 18 March 2018

Monumen Lingga





Monumen Lingga dilihat dari berbagai arah.

Monumen Lingga terletak ditengah alun-alun Sumedang, monumen ini menjadi landmark Kabupaten Sumedang dan dijadikan lambang daerah Kabupaten Sumedang. Monumen ini merupakan tugu peringatan atas jasa-jasa Pangeran Soeriaatmadja dalam mengembangkan Kabupaten Sumedang disegala aspek kehidupan sosial, keagamaan dan pendidikan pada masanya. Beliau memerintah Sumedang dari tahun 1883 sampai 1919. Monumen ini dibangun pada 22 Juli 1922 dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal M. Dirk Fock. Pangeran Soeriaatmadja sendiri wafat ketika sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal 1 Juni 1921 sehingga sering disebut Pangeran Mekkah. Pada saat peresmian monumen ini ikut hadir Bupati Sumedang yang menggantikan Pangeran Aria Soeriaatmadja, yakni Tumenggung Koesoemadilaga dan beberapa pejabat Hindia-Belanda dan tentunya rakyat Sumedang.

Monumen Lingga ini dibangun oleh Pangeran Siching dari Belanda, mempunyai empat sisi dan kubah diatasnya. Bagian dasar berbentuk persegi dilengkapi dengan sejumlah anak tangga serta pagar disetiap sisinya. Bangunan utamanya berupa kubus yang sedikit melengkung disetiap sudut bagian atasnya. Pada bagian ini terdapat pintu yang dahulu digunakan untuk menyimpan barang terutama pusaka Sumedang atau peninggalan barang-barang Bupati terdahulu. Sisi sebelah barat terdapat enskripsi berhuruf cacarakan atau aksara sunda, pada sisi utara terdapat enskripsi berhuruf latin dengan bahasa melayu, disebelah timur terdapat enskripsi berhuruf cacarakan yang saya pun dari bahasa apa serta sisi selatan dengan terdapat enskripsi berhuruf latin dengan menggunakan Bahasa Sunda.

Mengapa di sebut Lingga ya? Pertanyaan tersebut belum bisa terjawab, seperti saya ketahui jika saya berkunjung ke candi-candi Hindu di sekitar Sleman dan Klaten sering ditemukan Lingga. Lingga sebagai objek pemujaan adalah sebuah simbol berbentuk tegak, tinggi yang menggambarkan Phallus (Penis) atau juga kemaluan Bhatara Siwa, bisa juga Lingga merupakan simbol dari kesuburan. Biasanya sering disimpan di tanah pertanian/persawahan juga. Namun relevansi nya terhadap Monumen Lingga di Sumedang ini belum saya ketahui.

Dahulu Monumen Lingga memiliki kesakralan tersendiri dimana orang-orang menganggap Monumen Lingga sebagai peninggalan sejarah yang harus dijaga, karena simbol sebagai penghargaan kepada sosok pemimpin rakyat Sumedang terlebih pusaka Sumedang Larang pernah tersimpan di Monumen Lingga ini namun sekarang barang-barang berharga termasuk pusaka disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun.

Monumen Lingga sebagai Lambang daerah Kabupaten Sumedang



Sampai saat ini Lingga dijadikan lambang daerah Kabupaten Sumedang dan tanggal 22 April diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Lambang Kabupaten Sumedang, Lingga, diciptakan oleh R. Maharmartanagara, putra seorang Bupati Bandung Rd. Adipati Aria Martanagara, keturunan Sumedang. Lambang ini diresmikan menjadi lambang Sumedang pada tanggal 13 Mei 1959.
Hal-hal yang terkandung pada logo Lingga yang saya kutip dari wikipedia :

Perisai : Melambangkan jiwa ksatria utama, percaya kepada diri sendiri

Sisi Merah : Melambangkan semangat keberanian

Dasar Hijau : Melambangkan kesuburan pertanian

Bentuk Setengah Bola dan Bentuk Setengah Kubus Pada Lingga : Melambangkan bahwa manusia tidak ada yang sempurna

Sinar Matahari : Melambangkan semangat dalam mencapai kemajuan

Warna Kuning Emas : Melambangkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa

Sinar yang ke 17 Angka : Melambangkan Angka Sakti tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Delapan Bentuk Pada Lingga : Lambang Bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

19 Buah Batu Pada Lingga, 4 Buah Kaki Tembik dan 5 Buah Anak Tangga : Lambang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945

Tulisan Insun Medal : Tulisan Insun Medal erat kaitannya dengan kata Sumedang yang mengandung arti:

Berdasarkan Prabu Tajimalela, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Sumedang, Insun Medal berarti (Insun : Aku, Medal : Keluar).

Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; Insun berarti (Insun: Daya, Madangan: Terang) Kedua pengertian ini bersifat mistik.

Berdasarkan keterangan Prof. Anwas Adiwilaga, Insun Medal berasal dari kata Su dan Medang

(Su: bagus dan Medang: sejenis kayu yang bagus pada Jati, yaitu huru yang banyak tumbuh di Sumedang dulu), dan pengertian ini bersifat etimologi.

A. Nama Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang
1. Prabu Guru Aji Putih tahun 900-an
2. Prabu Agung Resi Cakrabuana / Prabu Taji Malela tahun 950-an.
3. Prabu Gajah Agung tahun 980-an.
4. Sunan Guling tahun 1000-an.
5. Sunan Tuakan tahun 1200-an.
6. Nyi Mas Ratu Patuakan tahun 1450-an.
7. Ratu Pucuk Umun / Nyi Mas Ratu Dewi Inten Dewata tahun 1530-1578.
8. Pangeran Kusumahdinata I (Pangeran Santri) 1530-1578
9. Prabu Geusan Ulun / Pangeran Angkawijaya 1578-16012

B. Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan Mataram II

10. R. Suriadiwangsa / Pangeran Rangga Gempol I 1601-1625
11. Pangeran Rangga Gede 1625-1633
12. Pangeran Rangga Gempol II 1633-1656
13. Pangeran Panembahan / Pangeran Rangga Gempol III 1656-1706

C. Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan VOC, Inggris, Belanda dan Jepang:

14. Dalem Tumenggung Tanumaja 1706–1709
15. Pangeran Karuhun 1709–1744
16. Dalem Istri Rajaningrat 1744– 1759
17. Dalem Anom 1759– 1761
18. Dalem Adipati Surianagara 1761– 1765
19. Dalem Adipati Surialaga 1765– 1773
20. Dalem Adipati Tanubaja (Parakan Muncang) 1773–1775
21. Dalem Adipati Patrakusumah (Parakan Muncang) 1775–1789
22. Dalem Aria Sacapati 1789–1791
23. Pangeran Kusumahdinata (Pangeran Kornel) 1791–1800
24. Bupati Republik Batavia Nederlands 1800–1810
25. Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Lodewijk 1805–1810
26. Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Kaisar Napoleon Bonaparte 1810–1811
27. Bupati Masa Pemerintahan Inggris 1811–1815
28. Bupati Kerajaan Nederlands 1815–1828
29. Dalem Adipati Kusumahyuda (Dalem Ageung) 1828–1833
30. Dalem Adipati Kusumahdinata (Dalem Alit) 1833–1834
31. Dalem Tumenggung Suriadilaga/Dalem Sindangraja (1834–1836)
32. Pangeran Suria Kusumah Adinata (Pangeran Soegih) 1836– 1882
33. Pangeran Aria Suria Atmaja (Pangeran Mekkah) 1882–1919
34. Dalem Adipati Aria Kusumahdilaga (Dalem Bintang) 1919–1937
35. Dalem Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata (Dalem Aria Sumatri) 1937–1942
36. Bupati Masa Pemerintahan Jepang 1942–1945
37. Bupati Masa Peralihan Republik Indonesia 1945–1946

D. Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia

38. Raden Hasan Suria Sacakusumah 1946–1947

E. Bupati Masa Pemerintahan Belanda / Indonesia

39. Raden Tumenggung M. Singer 1947–1949

F. Bupati Masa Pemerintahan Negara Pasundan

40. Raden Hasan Suria Sacakusumah 1949–1950

G. Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia

Radi (Sentral Organisasi Buruh Republik Indonesia) 1950

41. Raden Abdurachman Kartadipura 1950–1951
42. Sulaeman Suwita Kusumah 1951-1958
43. Antan Sastradipura 1958–1960
44. Muhammad Hafil 1960–1966
45. Adang Kartaman 1966–1970
46. Drs. Supian Iskandar 1970–1972
47. Drs. Supian Iskandar1972–1977
48. Drs. Kustandi Abdurahman 1977–1983
49. Drs. Sutarja 1983–1988
50. Drs. Sutarja 1988–1993
51. Drs. H. Moch. Husein Jachja Saputra 1993–1998
52. Drs. H. Misbach 1998–2003
53. H. Don Murdono,SH. Msi 2003-2008
54. H. Don Murdono,SH. Msi 2008– 2013
55. Drs. H. Endang Sukandar, M.Si 2013
56. Drs. H. Ade Irawan, M.Si 2013-2016
57. Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., S.E., M.M. (Plt.) 2016 - Sekarang

No comments:

Post a Comment