Friday 10 May 2019

Bersepeda Menelusuri Peninggalan K.A.R Bosscha di Pangalengan

Setelah beberapa kali menelusuri peninggalan Bosscha di Bandung seperti Gedung Societeit Concordia atau sekarang di sebut Gedung Merdeka dan Peneropongan Bosscha, kali ini saya menyempatkan berkunjung ke Perkebunan Teh Malabar dan sekalian Menuju tempat peristirahatan terakhir Bosscha. Dari Cimahi ke Pangalengan sekitar seratus km saya tempuh 3 jam lebih menggunakan sepeda, kontur jalan yang menanjak sekitar 1706 mdpl atau 19% dilahap, kali ini stamina saya cukup bagus jika dibandingkan pertama kali ke Situ Cileunca diwilayah Pangalengan juga. Sampai di Perkebunan Teh Malabar suasana asri sejuk, hijau, tenang, nampak hamparan kebun teh begitu rapi dan dari jauh terlihat kepulan asap yang membumbung tinggi, PTLU Geothermal saut seorang juru kunci di pelataran tepat di depan makam Bosscha beberapa keluarga sedang menyantap makanan (Botram) munggahan tradisi makan besar bersama keluarga jelang dimulainya bulan suci Ramadan. Tidak dipungut biaya sama sekali jika anda berkunjung ke Perkebunan Teh Malabar ataupun Makam Bosscha namun kadang kala ada beberapa orang memberikan sejumlah uang untuk "kopi" bagi sang juru kunci.

Pintu masuk menuju Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan


Sebelum masuk area pemakaman terdapat prasasti bertuliskan


K.A.R Bosscha

Seorang brilian yang memiliki dedikasi, integrasi, serta kepribadian yang kuat. 

Datang ke Indonesia tahun 1887, berhasil mengelola dan mengembangkan Perkebunan Teh Malabar - Pangalengan pada tahun 1896-1828

Dikenal juga dengan sumbangsih serta peranan atas karya-karya antara lain: 
- Technische Hogeschool yang saat ini disebut Institut Teknologi Bandung.
- Gedung Societeit Concordia yang disebut Gedung Merdeka tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika 1955
- Obsevatorium Bosscha adalah peneropongan bintang yang memiliki lensa terbesar didunia pada saat itu 1923-1928
- Dan beberapa karya besar lainnya.

Tempat peristirahatan terakhir K.A.R Bosscha ditengah perkebunan teh.

Mengabadikan gambar di Makam K.A.R Bosscha


Perkebunan Teh Malabar dengan latar Gunung Windu, disini pula terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal, usai berkunjung ke Perkebunan Teh ini saya pun mengayuh kembali sepeda untuk pulang 129.3 km saya tempuh perjalanan pulang pergi dan membutuhkan waktu 8 jam 19 menit dengan rute Cimahi - Kopo - Banjaran - Pangalengan - Banjaran - Soreang - Kota Baru Parahyangan - Cimahi perjalanan ini salah satu gowes terbaik bagi saya.

Friday 15 March 2019

Curug Malela

Mengisi libur lebaran 1439 H kita sepakat untuk mengunjungi Curug atau Air Terjun yang terdapat di Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat namanya Curug Malela curug yang disebut sebagai Air Terjun Niagara Bandung ini memiliki ciri khas berumpak

Curug Malela nampak dari bukit

Untuk menuju lokasi dari rumah dengan jarak sekitar 60 km dan ditempuh dengan waktu 2.5 jam cukup melelahkan memang, rute yang kami lalui yaitu menuju Batujajar, Cililin, Sindangkerta disekitar Sindangkerta tepatnya di Pasar Rancapanggung keadaan lalu lintas sangat padat dikarenakan aktivitas pasar yang memakai sebagaian bahu jalan, lepas dari Terminal Sindangkerta lalu lintas lancar kembali. Gunung Halu, Buni Jaya melintasi Perkebunan Teh Rongga pemandangan semakin indah jalan pun sangat mulus sekitar beberapa kilometer tiba di tujuan jalanan berkelok-kelok naik turun pula disini kalian harus berhati-hati sebab jalan pun tidak terlalu lebar. 

Sampai di pintu masuk Curug Malela bayar tiket masuk Rp15.000.00,- berikut parkir, untuk parkir sudah tersedia cukup luas dan rapih, warung-warung makanan berjajar disekitar pintu masuk menuju Curug Malela. Nah setelah parkir motor belum selesai perjalanan kita, kita harus berjalan sekitar 30-45 menit turun menuju titik lokasi air terjun jarak nya mungkin sekitar 1.5 km perginya mungkin tidak terlalu lelah, tapi pulangnya ketika naik pasti kaki akan terasa berat. Namun jika kalian punya kocek yang dalam tersedia jasa ojek yang mengantarkan anda ke lokasi air terjun kebanyakan motor trail sesuai dengan kontur jalanan tanah yang licin.

Curug Malela dari dekat 

Ketika sampai dilokasi debit air Curug Malela sedang cukup tinggi dan air nya pun keruh pertanda jika di hulu sungai sedang hujan namun pesona indahnya Curug Malela membuat saya terkesan, butiran air sedikit demi sedikit membasahi wajah saya. Airnya pun segar dibeberapa tempat pun diberikan shelter yang cukup menampung banyak orang sebagai tempat melepas lelah, 





Butuh perjuangan untuk kembali ke parkiran dimulai kami harus pulang dengan keadan jalanan yang cukup terjal dan tangga yang licin dengan waktu tempuh sekitar 45 menit, kaki pun terasa berat melangkah sesekali kami berhenti sejenak untuk melepas lelah. Disarankan jika akan berkunjung ke Curug Malela kondisi badan harus fit, rasanya ingin cepat sampai diparkiran untuk segera menyelesaikan "siksaan" ini, setelah hampir satu jam jalan kaki akhirnya kami sampai di puncak kembali tepatnya di parkiran sembari melepas lelah menikmati makanan yang tersedia diwarung-warung makanan sekitar parkiran. 

Saturday 2 March 2019

Tour Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru

Setelah pulang dari Jatim Park 3 saya kembali ke penginapan untuk mempersiapkan berkunjung ke Bukit Pananjakan melihat Golden Sunrise dipuncak dengan latar Gunung Bromo.

Tour Bromo ini pertama saya akan menuju ke Puncak Pananjakan saya sengaja menyewa tour travel dengan jeep, selain karena tidak tahu jalan, banyaknya jalur yang curam sulit untuk dilalui bagi saya yang bar pertama kali berkunjung, itu yang saya baca. Banyak sekali travel tour yang melayani wisata ke Gunung Bromo untuk diketahui jika melakukan tour Bromo, biasanya tour tersebut meliputi kunjungan ke Puncak Pananjakan, Kawah Bromo, Pura Luhur Poten, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies, sesuai jadwal yang telah disepakati saya dijemput oleh pihak travel jam 01:00 akhirnya travel datang, kami berdua termasuk yang dijemput paling akhir,  ada 4 orang yang sudah berada di jeep sehinggal total ada 6 orang yang melakukan tour, secara detail menuju lokasi saya pun tak tahu yang jelas ketika masuk jeep saya langsung memejamkan mata karena ngantuk, sesekali saya pun terbangun karena jeep berhenti, terlebih suasana masih malam jadi tidak bisa melihat pemandangan diluar. Banyak sekali jeep yang menuju ke Puncak Pananjakan apalagi di weekend iringan jeep menuju Puncak Pananjakan sangatlah ramai. 

Akhirnya setelah perjalanan sekitar 2-3 jam kami tiba di Bukit Pananjakan jam masih menunjukan 03:30 keluar dari jeep sangat dingin padahal saya sudah memakai pakaian rangkap, masih banyak waktu untuk sekedar menghangatkan badan dan membeli makanan sebelum tiba matahari terbit. Dari tempat makan ke gardu pandang kita berjalan sedikit, wisatawan domestik maupun luar negeri ramai berkunjung. Sekitar jam 04:30 bayang-bayang matahari terbit mulai muncul rona merah mulai memperlihatkan keanggunannya, gumpalan kabut pun kian terlihat sejauh mata memandang. Kagum akan keindahan alam disini ciptaan Yang Maha Kuasa dengan latar Gunung Bromo dibalut oleh kabut yang menggumpal dan sinar matahari yang terbit menjadikan lukisan alam yang sungguh menawan, sangat cantik.

Golden sunrise mulai muncul di Puncak Pananjakan

Hari mulai mengeliat gumpalan awan menyelimuti Bromo

Setelah selesai melihat Golden Sunrise Bromo di Puncak Pananjakan kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Bromo jam 06:00 kami mulai berangkat rombongan jeep-jeep yang turun pun tidak main-main banyak sekali sehingga terjadi kemacetan dipuncak, sepanjang perjalanan dari Puncak Pananjakan menuju Kawah Bromo pemandangannya luar biasa indahnya negeri diatas awan dengan jalanan yang curam, terjal dan sangat membahayakan, namun karena supir ini sudah terbiasa dengan medan jalan yang seperti itu sehingga rasa takut pun bisa terhindar. 

Dari puncak pananjakan akhirnya kita sampai dilautan pasir kawah Gunung Bromo, ratusan jeep saling berseliweran di padang pasir memacu jeep dengan kecepatan tinggi tiba di check point atau parkiran kawah Gunung Bromo, dari sini kita harus berjalan setidaknya 30-45 menuju puncak kawah Bromo atau jika tidak ingin bersusah payah silahkan kalian naik kuda sampai tangga kawah bromo dan selanjutnya kita jalan menuju puncaknya. Opsi pertama saya pilih, berjalan dari parkiran menuju puncak kawah bromo, cukup senang trekking sedikit walaupun lelah menaiki tangga yang cukup tinggi, tetapi terbayar dengan pemandangan indah kawah bromo, suara gemuruh dari dalam kawah semakin seperti menegaskan bahwa kekuatan kawah tersebut masih ada, terkadang kepulan asap dari dalam kawah sedikit, tapi bisa tiba-tiba kepulan asap menjadi tebal dan bisa menghalangi jarak pandang. 

Kawah Bromo

Banyak turis domestik maupun mancanegara berkunjung kesini, seperti dari Malaysia, China, Thailand ada juga dari Eropa seperti Inggris, Swiss, Belanda bisa jadi Bromo sudah menjadi destinasi wisata dunia. Puas menikmati kawah bromo saya menyegerakan untuk turun, sesuai jadwal saya harus kembali ke jeep untuk tur selanjutnya menujua Pasir Berbisik. Disela kami turun dari kawah bromo saya menyempatkan pula berkunjung ke Pura Luhur Poten satu-satunya pura yang berada di kawah bromo yang sangat disakral kan oleh penduduk suku tengger

Pura Luhur Poten

Ada beberapa waktu lagi dipergunakan untuk mencicipi kuliner dekat parkiran jeep. Dingin-dingin seperti ini enak nya makam Baso Malang asli malang emang beda dari kebanyakan Baso Malang yang pernah saya cicipi, perut cukup kenyang kami melanjutkan perjalanan menuju Pasir Berbisik tidak terlalu jauh sebenarnya dari kawah bromo dan masih terlihat kepulan kawah bromo dari sini. Sepanjang jalan kami dikelilingi oleh hamparan pasir, cuaca nampak cerah namun dingin masih menyelimuti. Tidak terlalu lama kami disini, kami melanjutkan tour ke Bukit Teletubies masih di Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru. Terbayang kan seperti apa bukit teletubies yang saya maksudkan, bukit hamparan hijau sejauh mata memandang.

Pasir Berbisik terlihat kepulan asap dari kawah Bromo

Bukit Teletubies


Puas berfoto di sini kami akhiri tour bromo di bukit teletubies, kami kembali diantar ketempat penginapan di kota Malang, dalam perjalanan pulang kami tertidur pulas, terjaga ketika harus berangkat jam 01:00 dinihari perjalanan pun sangat seru, memuaskan pokoknya. Jam 13:00 akhirnya saya tiba dipenginapan, membeli sedikit buah tangan khas Malang untuk keluarga dirumah, kemudian packing barang bawaan untuk pulang karena kereta yang kami tumpangi KA Malabar berangkat dari Stasiun Malang sekitar jam 16:00

Saturday 16 February 2019

The Legend Star di Jatim Park 3


Setelah menjelajah Dino Park saya beralih menuju salah-satu wahana lain yang ada di Jatim Park 3 yaitu The Star Legend, the legend star katanya menjadi yang pertama di Indonesia yang menyajikan ratusan patung lilin dari para tokoh dan artis dunia kayak Museum Madam Tussaud dijamin akan memanjakan pengalaman berlibur anda, ditambah dengan berbagai replika tempat - tempat favorit dari berbagai negara menjadikan liburan anda menjadi lebih istimewa, cocok buat orang-orang yang hobi photo atau selfie. 

Pertama memasuki wahana The Legend Star kita disuguhkan suasana rumah sang Proklamator Ir. Soekarno dan replika Istana Merdeka serta Istana Bogor disertai Jalan Medan Merdeka Utara di Jakarta, masuk Istana kita akan menikmati suasana ruangan layaknya "istana" dengan karpet merah, terpampang foto-foto Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sampai saat ini. Ada pula mimbar sebagai tempat pidato untuk para presiden, masuk ke ruang selanjutnya ada ruang kerja presiden lengkap dengan patungnya. Makin kedalam ruangan banyak pula tokoh-tokoh dunia yang terpajang disini diantaranya yang saya tah PM Singapore Lee Kuwan Yew, Nelson Mandela, Dalai Lama, Kate Minddleton dan Pangeran Harry, Mahatma Gandhi, Albert Einstein, Presiden Russia Vladimir Putin, David Beckham, Mother Teresa, Michael Jordan, Mohammad Ali, Lionel Messi, Christina Ronaldo, pegolf Tiger Woods.


Beralih keluar ruangan saya menikmati suasana seperti di film Harry Potter dengan detailnya sehingga nampak seperti kenyataan, dibagian lain saya mengunjungi stand negara China dengan aksi patung panda yang ada film Kungfu Panda tidak hanya itu stand Korea pun ada dengan penyanyi K-Pop, Jepang, Mesir, India, bahkan Indonesia ketika zaman kerajaan Majapahit, reprika Kincil Belanda.

Di  anjungan selanjutnya ada pula istana kepresidenan Amerika Serikat yang lebih sering kita kenal sebagai "White House" dengan Presidennya, saat kita masuk kedalam istana terdapat mimbar untuk presiden berpidato, masuk lebih kedalam ada ruangan kerja presiden dimana dipojok terdapat patung Presiden Barrack Obama, di dinding terdapat foto-foto mantan presiden Amerika Serikat seperti George W. Bush, Bill Clinton, George Bush dll, disudut ruangan terdapat pohon natal dengan berbagai kado.


Ada sebuah ruangan yang cukup besar sedang mempertontonkan acara Academy Award dengan berbagai aktris dan aktor Hollywood seperti Marilyn Monroe, Jhonny Deep, Angelina Jolie, Leonardo DiCaprio dll suasananya sangat dapat seperti layaknya penghargaan internasional. Lampu flash yang silih berganti nyala, home band, Piala Oscar yang dibuat semirip dengan aslinya, top banget. Untuk selengkapnya silahkan kalian berkunjung kesini The Star Legend wahananya dari Jatim Park 3 Batu, Malang.

Friday 8 February 2019

Dino Park at Jawa Timur Park 3


Setelah berkunjung ke Candi Jago saya melanjutkan perjalanan menuju Jawa Timur Park 3 di Batu, Kab Malang. Perjalanan menuju Jawa Timur Park 3 dari Candi Jago sekitar 30 km ditempuh dengan waktu sekitar 45-60 menit.
Jawa Timur Park 3 banyak sekali wahana, spot selfie atau taman bermain, saya akan fokuskan ke 3 spot yang banyak dikunjungi yaitu Dino Park, The Legend Star dan Infinite World.

Dino Park
Dino Park adalah bagian Jawa Timur Park 3 yang terletak di jalan raya Ir. Soekarno, Beji, Batu, Malang. Suhu yang sejuk hampir sama dengan kota saya Cimahi.

Atraksi yang disajikan di Dino Park yaitu:

Museum Dino
Setelah membeli tiket masuk pertama kita disajikan dengan melihat Museum Dino, banyak dinosaurus yang terpajang disini, uniknya dinosaurus tersebut bisa bergerak dan mengeluarkan suara khas. Diruang tengah terdapat beberapa kerangka dinosaurus seperti Angkilosaurus, Triceratops, Trinosaurus dan Apatosaurus, Branchiosaurus.

Jelajah 5 Zaman
Zona ini kita bisa mempelajari alur waktu zaman prasejarah, disini kita bisa mempelajari tentang kehidupan dinosaurus lewat film atau video. Tak hanya itu kita pun bisa menikmati zona ini dengan kereta ukuran besar yang bisa menampung 48 orang dan berkeliling mengenali berbagai dinosaurus di beberapa zaman. Terdengar narasi yang informatif, sehingga liburan kita tidak hanya melihat saja namun ada sisi edukatif yang diberikan pengelola.


Jembatan Akar
Jembatan ini menghubungkan zona zona yang akan dilewati, terdapat Elasmosaurus dengan leher yang panjang menjulang tinggi, jembatan ini dibuat dengan sangat artistik seperti dihutan dengan batu tumbuhan dan lain-lain.

Food Court Dino
Setelah melewati Jembatan Akar kita akan memasuki Food Court Dino jelas ini tempat makan dengan view sungai yang dipenuh dengan dinosaurus yang bergerak dan mengeluarkan suara.


The Rimba
Lanjut setelah Food Court Dino adalah The Rimba konsepnya kita bisa melihat jenis puluhan makhluk hidup zaman prasejarah yang berada di sebelah kiri dan kanan ketika kita berjalan. Sama disini pun dinosaurusnya bergeram dan mengeluarkan suara.

Ice Age
Berbicara Ice Age jadi teringat film Ice Age terutama pemburu buah kenari yang sering tertimpa kesialan, disini kita bakal belihat berbagai makhluk yang bertahan di zaman ice age dengan suhu dingin ekstrim seperti Mamooth, Silodon dll.

Life With Dino
Disini kebanyakan spot-spot untuk foto bersama dinosaurus. Suasana yang khas timur tengah adalah lokasi tepat untuk berfoto-ria, Terdapat labirin yang seru untuk dipecahkan dan terdapat danau buatan yang penuh dengan dinosaurus.

Lanjut ke The Legend Star...

Friday 1 February 2019

Kunjungan ke Candi di Malang

Setelah berkunjung ke Museum Brawijaya selanjutnya saya akan mengunjungi candi-candi yang ada di Kota dan Kabupaten Malang diantaranya adalah Candi Badut, Candi Kidal, Candi dan Candi Singasari


CANDI BADUT
Candi Badut berlokasi kurang lebih 4 km dari Museum Brawijaya, tepatnya di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Badut diduga diperkirakan dibangun jauh sebelum masa pemerintahan Airlangga, yaitu masa dimulainya pembangunan candi-candi lain di Jawa Timur, dan diduga merupakan candi tertua di Jawa Timur.

Entahlah kenapa disebut Candi Badut saya pikir tidak mungkin ada badut di zamannya dahulu seperti sekarang ini. Namun yang saya baca para ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badut dibangun atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti Dinoyo (tahun 682 Saka atau 760 Masehi), yang ditemukan di Desa Merjosari, Malang.

Tulisan dalam prasasti tersebut menceritakan tentang masa pemerintahan Raja Dewasimba dan putranya, Sang Liswa, yang merupakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. Kedua raja tersebut sangat adil dan bijaksana serta dicintai rakyatnya. Konon Sang Liswa yang bergelar Raja Gajayana yang sangat senang melucu (bahasa Jawa: mbadhut) sehingga candi yang dibangun atas perintahnya dinamakan Candi Badut. Walaupun terdapat dugaan tersebut belum diketemukan bukti kuat hubungan antara Candi Badut dengan Raja Gajayana.

Sayang ketika saya berkunjung ke Candi Badut situasi sedang hujan parahnya penjaga candi tidak berada dilokasi, pintu pun terkunci sehingga saya hanya bisa melihat dari jauh tidak bisa melihat secara detail relief, patung dan lain-lain.

Jika dilihat dari jauh Candi Badut tidak terlalu besar, nampak jika Candi Badut ini atapnya sudah tidak ada bentuknya pun tidak diketahui seperti apa kemudian sisi sebelah timur saya lihat di ambang jendela palsu atau relung terdapat relief kalamakara dengan patung Durga yang kepalanya sudah tidak ada. Biasanya jika ada salah satu patung tersebut bisa disimpulkan bahwa ini merupakan Candi Syiwa. Hanya beberapa menit saya berada disana, kemudian saya melanjutkan lagi perjalanan menuju candi kedua yaitu Candi Kidal.


CANDI KIDAL
Jarak Candi Kidal dari Candi Badut sekitar 17 km dengan waktu tempuh sekitar 45-60 menit perjalanan normal, hujan pun turun cukup lebat namun beberapa kawasan saja. Akhirnya sampai juga di Candi Kidal, beruntung pagar nya tidak dikunci walaupun petugas penjanga candi tidak ada. Wangi dupa menyeruak di sekitar candi, suasana sepi tidak ada seorang pun pengunjung sehingga terkesan mistisnya.

Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, candi ini dapat dikatakan merupakan candi pemujaan. Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman 'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari. Tujuan pembangunan candi ini adalah untuk mendarmakan Raja Anusapati, agar sang raja dapat mendapat kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.


Dilihat bangunan candi seluruhnya terbuat dari batu andesit seperti kebanyakan candi-candi di Jawa Tengah dan 
D.I. Yogyakarta. Pertama kali melihat candi ini, saya terkesan dengan relief Kalamakara dengan mata yang melotot, mulut terbuka dan dua taring yang membengkok diatas ambang pintu. Disudut kiri dan kanan terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam, sehingga kesan seram yang dimiliki oleh makhluk penjaga bangunan suci ini.


Di kiri dan kanan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca yang dilengkapi dengan bentuk 'atap' di atasnya. Di atas ambang relung-relung ini juga terdapat hiasan kalamakara. Atap Candi Kidal berbentuk persegi bersusun, makin ke atas makin mengecil.

Di kiri dan kanan pangkal tangga serta di setiap sudut yang menonjol ke luar terdapat patung binatang yang terlihat seperti singa dalam posisi duduk layaknya manusia dengan satu tangan terangkat ke atas. Patung-patung ini terlihat seperti sedang menyangga pelipit atas kaki candi yang menonjol keluar dari selasar. Di tiap sisi candi terdapat relief Garuda dengan berbagai sikap, mungkin ini menggambarkan cerita namun saya belum banyak mengetahuinya.

Saya cukupkan kunjungan ke Candi Kidal ini selanjutnya saya akan berkunjung ke Candi Jago yang berada di Tumpang, Kabupaten Malang.


CANDI JAGO
Candi yang berjarak sekitar 18 km dari Candi Kidal ini dapat ditempuh sekitar 20-30 menit, terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Pertama berkunjung kesini bau dupa menyeruak sama seperti kunjungan saya ke Candi Kidal. Candi Jago terkini masih beeupa reruntuhan yang sepertinya belum dipugar bangunan candi berbentuk persegi dimana atap hampir hilang sehingga saya tidak bisa mengetahui setinggi apakah bangunan ini, namun sepertinya bakal menjulang tinggi. Bangunan candi ini bertingkat 3 teras, semakin keatas terasnya semakin kecil. Ciri bangunan candi tersebut seperti punden berundak yang umumnya ditemui di bangunan zaman Megalitikum seperti di Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur yang pernah saya kunjungi. Ciri punden berundak tersebut umumnya digunakan untuk tempat pemujaan arwah leluhur. Dinding Candi Jago ketika saya mengelilinginya terdapat pahatan-pahatan atau hiasan  yang mungkin saja itu adalah suatu cerita namun saya belum banyak mengetahuinya.

Untuk naik ke teras yang lebih atas ada tangga yang cukup sempit dihiasi ukiran-ukiran yang sangat indah, yang menarik saya adalah sebuah tatakan arca yang menyerupai bunga teratai yang saya ketahui hal tersebut identik dengan ajaran Buddha sama seperti tatakan arca buddha (Stupa) yang berada di Candi Borobudur namun dari relief dan arca di Candi Jago ada pula yang mengandung ajaran Hindu seperti Arca Amoghapasa. Sehingga saya berkesimpulan jika Candi Jago ini berlatar aliran Syiwa Buddha. Kepala kalamakara dengan mata melotot dengan ke 4 taring yang membelok serta sikap tangan Mudra yang menyeramkan berada diluar candi, tidak hanya satu tapi ada 3 yang saya lihat. Adapula Patung yang saya tidak ketahui namanya namun jika saya baca di papan info yamg berada di Candi Jago adalah Arca Dewi Bhrkuti.

Seharusnya setelah ini saya berkunjung ke Candi Singasari namun dikarenakan hujan kami kehilangan banyak waktu sehingga untuk mengejar waktu ke Jawa Timur Park 3 di Batu, Malang maka saya batalkan untuk mengunjungi Candi Singosari dan Museum Singosari mungkin nanti suatu waktu saya berkunjung ke Malang atau Surabaya.

Monday 28 January 2019

Museum Brawijaya

Sekitar 15 Jam perjalanan di KA Malabar akhirnya sampai di Malang, cuaca sedang tidak bersahabat karena turun hujan, sebelum berkunjung ke Museum Brawijaya saya menyempatkan dahulu menuju hotel untuk menyimpan barang bawaan.

Ok bersiap untuk mengexplore  kota Malang salah satunya yaitu berkunjung ke Museum Brawijaya, penasaran dengan gerbong maut yang ada dimuseum tersebut. Dari hotel ke Museum Brawijaya sekitar 4.1 km ditempuhh dengan waktu sekitar 10 menit.
Sosok Patung Jenderal Soedirman yang tepat didepan pintu masuk Museum Brawijaya

Tiba di Museum Brawijaya masih nampak lengan, mungkin karena masih pagi baru buka, Museum yang didirikan oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman ( Pangdam V / Brawijaya tahun 1959-1962 ) dengan tiket masuk seharga Rp 5.000,-
Koleksi Museum Brawijaya disekitar halaman terdapat alat perang seperti Tank buatan Jepang, Tank Amfibi AM Track kemudian Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) dan Meriam Sibuang ketika akan masuk museum terdapat patung Jenderal Soedirman. Masuk ke ruang pertama terdapat peta wilayah Majapahit. Mengawali explorasi museum saya berkunjung ke sayap barat dari Museum Brawijaya, disini terdapat mobil sedan, mobil ini buatan DE SOTO USA yang dipergunakan sebagai kendaraan dinas Kolonel Soengkono yang menjabat Panglima Divisi IV Narotama dan Panglima Divisi Brawijaya. Selain koleksi mobil dinas ada pula berbagai macam koleksi senjata, furniture, mata uang, lukisan-lukisan yang menggambarkan sebuah pertempuran, naskah-naskah sampai komputer zaman dulu pun hadir disini..

Berfoto di depan Mobil buatan De Soto USA

Koleksi yang saya penasaran yaitu Gerbong Maut terdapat ditengah halaman dalam adalah salah satu diantara 3 gerbong maut yang pernah digunakan oleh militer Belanda untuk mengangkut 100 orang tawanan pejuang Indonesia, dari penjara Bonsowoso dipindahkan ke Tahanan Bubutan, Surabaya pada tanggal 23 November 1947.

Salah satu koleksi senjata di Museum Brawijaya, koleksi senjatanya sangat banyak.

Dikarenakan pintu-pintu tertutup dan dikunci rapat mengakibatan tahanan didalam kehabisan oksigen, dilaporkan 46 orang dari 100 orang meninggal dunia. Jika saya melihat seksana gerbong tersebut tidak layak untuk mengangkut manusia, biasanya gerbong tersebut digunakan untuk sejenis barang seperti pupuk atau semen. Lanjut... Di sebelah Gerbong Maut cukup mengagetkan bagi saya ada perahu bercadik.


Oke sampai disini ulasan saya mengenai Museum Brawijaya untuk selengkapnya silahkan kalian berkunjung ke Museum ini Jalan Ijen No 25 A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur