Tuesday 22 May 2018

Cadas Pangeran Antara Mitos dan Fakta


Kali kedua saya berkunjung ke Kabupaten Sumedang terakhir saya mengunjungi Museum Prabu Geusan Ulun, Monumen Lingga dan terakhir Makam Raja Sumedang Larang serta Cut Nyak Dhien di Gunung Puyuh, kali ini saya berkunjung ke Monumen Pangeran Kornel dengan Herman William Daendels yang sedang berjabat tangan dengan tidak lazim, lokasinya tepat dititik awal Jalan Cadas Pangeran. Ketika berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun dijelaskan oleh tour guide mengenai sejarah jabat tangan Pangeran Kusumadinata IX dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 Herman Williem Daendels serta pembuatan Jalan Cadas Pangeran.

Sejarah mencatat bahwa Jalan Cadas Pangeran merupakan Jalan raya sepanjang hanya sekitar 3 km yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu Herman Willem Daendels yang merupakan penghubung antara Cirebon dan Bandung melalui Sumedang. Jalan Cadas Pangeran merupakan bagian dari Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) terbentang 1.000 km dari Anyer (Banten) menuju Panarukan (Jawa Timur) dibuat tahun 1808.


Dalam pembuatan jalan Cadas Pangeran pembangunannya menelan banyak korban jiwa rakyat Sumedang yang dipaksa mengerjakan proyek ambisius Herman Willem Daendels tersebut. Ketika itu Bupati Sumedang (1791-1828), Pangeran Kusumadinata atau rakyat Sumedang saat itu sering menyebutnya Pangeran Kornel marah besar melihat rakyatnya diperlakukan seperti itu.

Jabat tangan yang terekam dalam monumen di Cadas Pangeran, Sumedang tersebut dikisahkan ketika Pangeran Kornel menemui Herman Williem Daendels dalam proses pembuatan Jalan Cadas Pangeran tersebut. Ketika itu Daendels mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Pangeran Kornel, namun tak disangka ajakan jabat tangan tersebut dibalas dengan mengulurkan tangan kirinya, sementara ditangan kanannya bersiap keris pusaka akan menghunus Daendels. Daendels pun terkejut dengan sikap dan keberanian Sang Pangeran Kornel. Sikap Pangeran Kornel tersebut menjadi sebuah tanda dari perlawanan secara simbolik bahwa ia begitu marah karena rakyatnya diperlakukan dengan seenaknya, jika kalian berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun terdapat ilustrasi diatas dengan media kanvas atau lukisan serta keris pusaka yang dipakai untuk menghunus Herman Williem Daendels disimpan dengan baik di Gedung Pusaka Museum Prabu Geusan Ulun yang diberi nama Keris Nagasasra II keris tersebut bersama ke-6 keris lainnya "dibersihkan" biasanya setiap Bulan Mulud.


Istilah Cadas Pangeran
Sebagian kalangan mengartikan watak keras atau "cadas" dari Pangeran Kusumadinata IX yang membela rakyat Sumedang namun ada pula yang mengartikan areal yang dilewati Jalan Raya Pos melewati Sumedang ini memiliki areal berbukit cadas. Bukit cadas tersebut diubah menjadi jalan yang mendatangkan penderitaan rakyat Sumedang yang memicu kemarahan Pangeran Kusumadinata IX. Rakyat banyak yang tewas dan sakit akibat pembuatan jalan raya pos tersebut.

Mitos atau Fakta seputar Jabat Tangan antara Pangeran Kornel dengan H.W. Daendels

Menurut pemerhati sejarah Universitas Indonesia, Djoko Marihandono dalam Film dokumenter Melawan Lupa : Sejarah dan Mitos Jalan Daendels (Metro TV)  kisah Pangeran Kornel dan Herman Williem Daendels diatas bertentangan dengan bukti-bukti sejarah. Jika melihat di Cadas Pangeran tepatnya bukit yang ditembus untuk jalan raya pos ada sebuah prasasti yang menyatakan bahwa bukit tersebut ditembus pada bulan Oktober 1811 dan baru berakhir pada 12 Maret 1812. Pada bulan-bulan tersebut tanah Jawa sudah tidak dikuasai oleh Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels sudah tidak bertugas lagi (1808-1811) hanya 3 tahun Daendels bertugas sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Daendels sudah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) pada 29 Juli 1811. 

Tetapi ada perbedaan yang signifikan dalam makalah Marihandono yang disampaikan pada seminar "Peringatan 70 tahun Prof. Dr. RZ Leirissa," 29 – 30 April 2008. Ia menulis bahwa bagaimana mungkin seorang Bupati yang baru berumur 20 tahun, berani menantang Daendels. Tampaknya, Marihandono mengira Pangeran Kornel lahir pada tahun 1791. Padahal jelas dalam buku Pangeran Kornel, Memed Sastrahadiprawira (yang merupakan sumber makalahnya), menuliskan bahwa tahun 1791 adalah tahun dilantiknya Pangeran Kornel. Pada buku Memed Sastrahadiprawira, saat Pangeran Kornel membela rakyatnya dari kekejaman Daendels beliau berusia sudah matang yaitu 40 tahun.

Mitos dan Fakta tentang Cadas Pangeran

Banyak mitos yang berkembang di Jalan Cadas Pangeran mulai dari batu cadas yang gagal dibelah, hingga tumbal trisula yang menyangga jalan penuh aral rintangan, ada pula cerita metafisika dimana hadir "penampakan" serta sejumlah kecelakaan yang dikaitkan dengan hal yang diluar nalar pikiran manusia. Mitos ular besar yang memotong jalan serta kemunculan wanita cantik yang suka "menggoda" pengguna kendaraan bermotor roda dua. Ribuan rakyat Sumedang dalam pembangunan Jalan Cadas Pangeran yang hanya sekitar 3 km. Konon menurut warga setempat pemakaman ribuan rakyat Sumedang yang tewas berada disekitar Jalan tersebut, menurut  Raden Mohammad Achmad Wiriaatmadja salah satu tokoh Sumedang yang juga ketua Yayasan Pangeran Sumedang sebagai pengelola Museum Prabu Geusan Ulun, pemakaman tersebut diantaranya ada dilereng belakang dekat kios-kios
yang berada di awal jalur Cadas Pangeran, adapula makam yang disebut sebagai "Raja" dimana pusara tersebut dengan nisan yang beraksara arab.

Di tahun 1980 ketika musim pembunuhan secara misterius hampir setiap pekan warga menemukan mayat dalam karung dikawasan yang dahulu terkenal sepi dan angker dengan banyaknya tikungan tajam dan jurang yang menganga sehingga tempat ini cocok untuk menghilangkan jejak.

Ada mitos setelah berfoto disini  sepasang laki-laki dan perempuan tiba-tiba sakit. 

Mitos atau fakta yang meliputi Jalan Cadas Pangeran hendaknya menjadikan pelajaran bagi kita semua, perlawanan simbolik Pangeran Kornel terhadap Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels ambil dari segi positifnya bahwa pemimpin harus membela rakyat kecil yang teraniaya. 

No comments:

Post a Comment