Saturday 28 October 2017

Kota Lama Semarang

Destinasi terakhir saya setelah berkunjung ke Lawang Sewu yaitu menuju Kota Lama Semarang, waktu menunjukan jam 17:03 menurut timeline Google Map saya, sambil duduk-duduk melepas lelah menunggu gojek datang. Jarak antara Lawang Sewu menuju Kota Lama Semarang hanya sekitar 3.5 km saja sekitar 6 menit dengan sepeda motor. Jika di Jakarta ada Kota Tua maka di Semarang ada Kota Lama, pada dasarnya area Kota Lama Semarang atau sering disebut Outstadt atau Little Netherland mencakup setiap daerah gedung-gedung yang dibangun sejak Zaman Kolonial Belanda, dilihat dari kondisi geografis nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya. Sehingga nampak seperti kota tersendiri, kota Lama Semarang kini terpusat didaerah sungai Mberok menuju Terboyo. Melihat bangunan disekitar Kota Lama seakan-akan kita berada di Eropa. Detail-detail bangunan kemudian ornamen yang khas keeropaan. Kota Lama Semarang menjadi pusat perdagangan pada abad ke-19 dan 20.

Perhatian saya ketika sampai di Kota Lama tertuju pada Gereja Blenduk Semarang yang berusia lebih dari 200 tahun dan dijadikan landmark Kota Lama Semarang. Terletak di Jl. Soeprapto No. 32 Gereja Blenduk di bangun atas 2 menara dan sebuah kubah besar yang dalam bahasa jawa kubah itu disebut bleduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753 digunakan untuk Gereja Nederlandsch Indische Krek. Kemudian Gedung ini diperbaiki lagi pada tahun 1756, 1787 dan 1794. 




Dibawah pemerintahan kolonial Belanda dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun disisi barat Kota Lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang disisi selatan dan lima menara pengawas yang masing-masing diberi nama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten.


Gedung MARBA yang terletak disalah satu sudut Kota Lama Semarang tepatnya di Seberang Taman Srigunting, Jl. Letjen Soeprapto No. 33 dibangun pada Abad ke 19 merupakan bangunan 2 lantai. Pembangunan gedung ini diprakasai oleh Marta Badjunet seorang warga negara Yaman yang merupakan saudagar kaya pada zaman itu. Untuk mengenang jasanya maka gedung ini diberi nama MARBA. Gedung ini awalnya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Selain itu kantor tersebut digunakan pula untuk toko yang modern pada masanya yaitu De Zeikel untuk gudang. Warna merahnya menarik mata untuk melihat karena rata-rata bangunan di Kota Lama Semarang bercat putih.


Bangunan yang bernama Spiegel menarik perhatian saya, perusahaan Wingkel Maarschappij "H Spiegel" yang dulu menempati bangunan ini adalah sebuah toko yang menyediakan berbagai macam barang baik keperluan rumah tangga maupun keperluan kantor. Beberapa barang yang disediakan adalah tekstil dari kapas atau lenin, keperluan rumah tangga, mesin ketik, furniture, keperluan untuk olah raga dan sebagainya. Perusahaan ini pertama kali dibanguna pada tahun 1895 oleh Tuan Addler. Kemudian Tuan H. Spiegel diangkat menjadi manajer perusahaan ini. Lima tahun kemudian, Tuan H. Spiegel menjadi pemiliknya. Pada tahun 1908 perusahaan ini menjadi perusahaan terbatas. Dulu keadaan bangunan kuno ini agak kurang terawat, sedangkan fungsi bangunan dialihkan menjadi gudang. Pada 8 Juni 2015, setelah dilakukan restorasi yang cukup lama gedung ini digunakan sebagai cafe dan resto,

Sekarang Gedung Spiegel menjadi tempat nongkrong di Kawasan Kota Lama ini menggunakan bangunan antik dengan usia lebih dari 120 tahun sebagai daya tariknya. Spiegel Bar bistro, berada di jalan Letjend Suprapto No 34, sebelah timur Taman Srigunting / Gereja Blenduk ini menawarkan sajian menu western ini menyediakan minuman seperti kopi, koktail dan moktail. EST 1895, tertulis di bagian eksterior bangunan Spiegel ini, yang merupakan tahun dibangunnya bangunan ini pertama kali. (Seputarsemarang) 


Kantor yang saat ini ditempati oleh PT. Jiwasraya Semarang merupakan bekas gedung Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente Maatschaapij (NILLMI) yang dibangun dengan arsiteknya bernama Thomas Karsten pada tahun 1916-an. Gedung ini juga pernah digunakan sebagai kantor Balaikota Semarang pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Gedung Jiwasraya berada di Jalan Letjend. Soeprapto 23-25 Semarang 50121. Di depan gedung ini, terdapat Gereja Blenduk dan Taman Srigunting yang merupakan satu kesatuan-kawasan dengan gedung ini, yakni kantor pemerintahan, tempat peribadatan, dan alun-alun kota.
Gedung Jiwasraya ini memiliki ciri arsitektur Kolonial Belanda yang sangat khas dengan adanya kubah kecil di tengah atap bangunan. Bangunan berupa simetris dengan pintu masuk berada di tengahnya. Jika dilihat seksama, gedung Jiwasraya bukan menghadap ke arah jalan raya, melainkan serong menghadap Gereja Blenduk dan Taman Srigunting.

Sudut lain dari Kota Lama Semarang 




Suasana di Taman Srigunting 


Ini adalah destinasi terakhir saya dikota Semarang dari subuh sudah wara-wiri ke Semarang-Ambarawa-Semarang seharian ke: Museum Kereta Api AmbarawaMonumen Palagan AmbarawaMuseum RanggawarsitaKlenteng Sam Poo KongLawang Sewu dan terakhir Kota Lama Semarang hari kedua saya akan berkunjung ke Yogyakarta. Hari Minggu saya berkunjung ke Museum Sonobudoyo, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Ijo. 

1 comment: