Friday 27 April 2018

Gapura Bajang Ratu

Lumayan berkeringat jalan dari Candi Tikus menuju Gapura Bajang Ratu walaupun cuma 600 meter maklum udah jarang olah raga sekali dikasih jalan juga sudah terengah-engah.


Sambil beristirahat saya masuk ke Gapura Bajang Ratu dengan membayar tiket masuk seharga Rp 3.000,- sama seperti Candi Tikus areal Gapura Bajang Ratu dikelilingi oleh taman yang terawat. Sekilas dari kejauhan seperti Bukan Candi tapi memang seperti Gapura, pintu masuk atau keluar dari suatu tempat, dalam literatur yang saya baca pun ternyata ada yang menamakan Candi Bajang Ratu ada pula Gapura Bajang Ratu. Namun dalam petunjuk arah yang berada di jalan depan candi dijelaskan sebagai Gapura Bajang Ratu.

Oke saatnya saya mengelilingi Gapura Bajang Ratu terlebih dahulu sebelum banyak pengunjung yang berdatangan, Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur.


Dengan bergaya arsitektur Paduraksa yaitu bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur klasik di Pulau Jawa atau Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai akses penghubung sekaligus gerbang akses penghubung antar kawasan dalah kompleks bangunan.
Sama hal nya yang sudah di jelaskan diatas menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara hal ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama disebutkan "Kembali ke Dunia Vishnu" tahun 1250 Caka (sekitar tahun 1328) atau sekitar abad ke 14. Namun jauh sebelum Raja Jayanegara wafat Gapura Bajang Ratu dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan, dugaan ini didukung oleh adanya relief "Sri Tanjung" dan sayap gapura yang menggambarkan cerita peruwatan.
Mengenai penamaan Gapura Bajang Ratu pertama kali disebut dalam Oudheidkunding Verslag (OV) tahun 1915 para arkeolog berpendapat bahwa nama Bajang Ratu ada kaitannya dengan Raja Jayanegara dari Majapahit. Kata "Bajang" yang berarti "Bujang" atau "Muda" atau "Kerdil", menurut Kitab Pararaton dan cerita masyarakat terdahulu, Raja Jayanegara di nobatkan sebagai Raja Majapahit ketika masih kecil sehingga gelar "Bajangratu" melekat padanya.
Jika dilihat seksama bangunan Gapura Bajang Ratu terbuat dari batu bata merah yang memang identik kebanyakan candi-candi di Jawa Timur, gapura ini mempunya sayap disisi kiri dan kanannya pada setiap sisi yang mengapit anak tangga terdapat hiasan mirip singa dan binatang bertelinga panjang. Pada dinding candi terdapat relief Sri Tanjung, pintu candi dihiasi dengan relief kepala kala yang terletak di atas ambangnya. Atap candi berbentuk meru atau gunung dengan puncaknya ya persegi dihiasi dengan ukiran-ukiran dan terdapat relief matahari yang konon simbol matahari tersebut simbol Kerajaan Majapahit, bagian.


Aksi vandalisme di Gapura Bajang Ratu pun tidak terelakan sayang sekali bangunan cagar budaya yang kaya dengan sejarah dirusak oleh tangan tangan jahil, terlihat dibeberapa sudut gapura. Saya turut prihatin terhadap aksi tersebut, semoga mereka lebih menghargai daripada melakukan hal yang tidak terpuji.
Cukup saya berkunjung ke Gapura Bajang Ratu tujuan ke 4 adalah mengunjungi Pusat Informasi Majapahit atau bisa dikatakan Museum Trowulan.

Monday 23 April 2018

Candi Tikus Antara Tempat Pemujaan atau Sebuah Petirtaan


Setelah gagal berkunjung ke Pendopo Agung Trowulan saya melanjutkan destinasi wisata menuju Candi Tikus sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Kira-kira kenapa ya disebut Candi Tikus? Biasanya penamaan candi itu sesuai dengan nama daerah dimana candi tersebut mendiaminya. Usut punya usut ternyata konon menurut penduduk setempat tempat tersebut merupakan sarang tikus.
Lokasi Candi tikus dari jalan raya Mojokerto-Jombang belok ke arah jalan Trowulan kita akan melewati Kolam Segaran, Pusat Informasi Majapahit kemudian ada perempatan belok kiri melewati Gapura Bajang Ratu sekitar 600 m dari Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus berada.


Kesan pertama ketika saya berkunjung ke Candi Tikus adalah rapi, damai belum ada pengunjung selain saya sendiri. Nampak taman-taman hijau disekitar Candi Tikus sejuk dipandang. Candi Tikus sebenarnya telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985.
Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.

Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya.

Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.

Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit.
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m.
Di atas bangunan ini terdapat sebuah "menara" setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara. Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini.

Pancuran yang ada disekitar candi mengingatkan saya akan hal yang sama di Candi-candi lainnya yaitu Jaladwara tapi saya belum tahu apakah sama dengan Padma. Oleh sebab itu Candi Tikus diperkirakan sebagai petirtaan atau pemandian namun memang bukti-bukti tersebut belum ditemukan.


Pagi ini cuaca terik sangat panas setelah puas berkeliling di sekitar Candi Tikus saya pun melanjutkan perjalanan menuju Gapura Bajang Ratu sekitar 600 meter dari Candi Tikus dengan berjalan kaki.

Thursday 19 April 2018

Jejak Peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan.

Hari kedua saya sekarang sudah berada di Kota Mojokerto setelah kemarin malam tiba sekitar jam 22:00 dari Kota Blitar, langsung check in di Hotel Suryo Mojopahit. Hotel Suryo Mojopahit yang berada di Jalan Pahlawan No 8 menurut saya nyaman dengan pelayanan prima dan harga terjangkau, reservasi melalui traveloka jauh sebelum keberangkatan sudah saya booking. 
Di Mojokerto saya akan berkunjung tepatnya ke Trowulan sebuah tempat yang diyakini sebagai Pusat Pemerintahan dari Kerajaan Majapahit. Tempat pertama yang akan dituju adalah Pendopo Agung Trowulan.
Jam 08:12 saya berangkat menuju Pendopo Agung Trowulan dengan menggunakan Gojek pilihan yang tepat disaat males menyewa motor, dengan jarak sekitar 12 km ditempuh waktu sekitar 30 menit saya tiba di lokasi. Sayang saya belum bisa ke dalam Pendopo Agung Trowulan karena memang belum buka, baru ada petugas kebersihan yang sedang menyapu halaman.


Karena saya mengejar tempat yang lain dalam beberapa jam maka saya meninggalkan Pendopo Agung Trowulan untuk melanjutkan ke tujuan kedua yaitu Candi Tikus sekitar 3 km dari Pendopo Agung Trowulan. Masalah datang ketika order Go Jek tidak ada yang ambil karena driver di sekitar trowulan sangat jarang sekali, memang sudah saya sadari jauh sebelum saya berangkat ke Mojokerto. Tak habis akal saya pun mencari seseorang yang mau mengantar saya menuju Candi Tikus dengan memberikan sejumlah uang, akhirnya ada "Pak Ogah" yang sedang mengatur lalu-lintas di perempatan berbaik hati mengantarkan saya menuju Candi Tikus. Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.


Baca ulasan selengkapnya: Candi Tikus

Dari Candi tikus saya melanjutkan perjalanan menuju Candi Bajang Ratu sekitar 750 meter dari Candi Tikus dengan berjalan kaki, karena transportasi online tidak ada yang ambil order saya. 

Cukup melelahkan saya berjalan dengan terik matahari akhirnya saya sampai di Candi Bajang Ratu, sambil duduk-duduk di rindangnya pohon disekitar candi untuk melepas lelah.


Baca ulasan selengkapnya : Candi atau Gapura Bajang Ratu

Puas berkeliling menelusuri Candi Bajang Ratu saya pun melanjutkan perjalanan menuju ke Pusat Informasi Majapahit atau biasa disebut Museum Trowulan, jaraknya sekitar 2,7 km dari Candi Bajang Ratu ini. Cek aplikasi transportasi online berharap ada yang mengambil order Go Ride saya, dan ternyata ada yang ambil order saya walaupun posisinya cukup jauh dari lokasi. 

Oke sampai di Pusat Informasi Majapahit ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah Museum Trowulan cukup banyak pengunjung yang berdatangan, kebanyakan siswa-siswi yang sedang study tour. Setelah mengisi buku tamu saya pun melihat-lihat koleksi yang ada, sayang sesuai peraturan saya tidak bisa mengambil foto. Ini dimaksudkan agar tidak ada pemalsuan benda-benda cagar budaya, walaupun saya foto sembunyi dengan memakai kamera telepon genggam tidak dengan kamera.


Baca ulasan selengkapnya: Pusat Informasi Majapahit, Trowulan

Tidak jauh dari Pusat Informasi Majapahit, Trowulan ada sebuah danau yang sering disebut Kolam Segaran. Kolam ini merupakan satu-satunya bangunan kolam kuno terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Kolam yang luas keseluruhannya kurang lebih 6,5 hektar, membujur ke arah utara-selatan sepanjang 375 m dengan lebar 175 m. Sekeliling tepi kolam dilapisi dinding setebal 1,60 m dengan kedalaman 2,88 m. 


Disela-sela berkunjung ke Kolam Segaran saya order Go Ride untuk melanjutkan wisata menuju Patung Budha tidur di Maha Vihara Mojopahit, mencari driver Go Jek bukan hal yang mudah karena memang sedikit sekali driver di daerah Trowulan. Akhirnya setelah menunggu sekian lama, saya mendapatkan driver Go Jek langsung berangkat menuju Maha Vihara Mojopahit yang jaraknya sekitar 2,3 km  dari Kolam Segaran. 

Tidak membutuhkan waktu lama saya sampai di Maha Vihara Mojopahit suasana di sekitar Vihara terlihat lengang sedikit sekali orang yang berkunjung ke tempat ini, mungkin dikarenakan saat saya berkunjung adalah hari kerja bukan weekend. Tiket masuk untuk melihat Patung Tidur Budha hanya Rp 3.000,-



Cukup 30 menit saja saya di Maha Vihara Mojopahit saya pun melanjutkan perjalanan ke Candi Brahu sekitar 750 meter dari Vihara, walapun tidak terlalu jauh kalo jalan cape juga ya, sambil bertanya sama orang yang lewat dengan mengendarai motor yang mengangkut rumput untuk pakan ternak, dia pun menawarkan jasa untuk mengantar ke Candi Brahu. Setelah bapak baik yang mengantarkan saya kasih sedikit uang, tidak enak juga kan jika pengen gratisan walapun bapaknya tidak pamrih. Bersyukur masih ada yang baik ketika saya sedang membutuhkan pertolongan, lanjut saya berkunjung ke Candi Brahu dengan membayar tiket masuk Rp 3.000,-


Baca ulasan selengkapnya: Candi Brahu, Candi Favorit di Trowulan

Berkeliling mengintari Candi Brahu sambil memesan Go Ride saya lakukan hal itu supaya cepat mendapat drivernya, suasana di Candi Brahu sangat tenang beberapa orang berkunjung ke sini, kondisi Candi Brahu banyak ditumbuhi oleh rumput-rumput liar ini adalah masalah bagi keberadaan Candi Brahu menurut saya. Karena lapisan batu sudah ditumbuhi rerumputan maka akan gembur dan bisa mengikis batuan tersebut, saya pikir ini yang menjadi perhatian pengelola. 
Setelah mendapat driver Go Jek saya melanjutkan perjalanan terakhir saya menuju Candi Wiringin Lawang dengan jarak sekitar 4 km ditempuh dengan waktu 10 menit saya tiba di Candi Wingin Lawang. Dengan membayar seikhlasnya dan mengisi buku tamu saya langsung mengintari Candi Wringin Lawang, pengunjung hanya ada saya dan beberapa orang yang berseragam sekolah SMA sedang berfoto-foto disana. Kondisi Candi Wringin Lawang menurut saya cukup terjaga kebersihannya, hanya saja aksi vandalisme yang menggambar-gambar dibatuan candi sangatlah memprihatinkan.


Baca ulasan selengkapnya: Gapura Wringin Lawang

Jam menunjukan hampir 14:00 saya pun harus bergegas menuju hotel untuk check out di jam 15:00 seperti biasa saya order terlebih dahulu Go Jek tidak terlalu lama saya mendapatkan driver Go Jek uniknya driver yang saya dapatkan adalah driver yang membawa saya dari Kolam Segaran menuju Patung Budha Tidur di Maha Vihara Mojopahit. Dari Candi Wringin Lawang ke Hotel Surya Mojopahit berjarak sekitar 11 km dengan waktu tempuh 20 menit tidak ada kemacetan yang berarti. 
Sampai di hotel saya menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu, sekaligus packing. Masih ada waktu untuk makan terlebih dahulu sebelum berangkat menuju Stasiun Mojokerto, kereta api yang saya tumpangi adalah KA Turangga relasi Surabaya Gubeng - Bandung dengan jadwal tiba di Stasiun Mojokerto pada jam 17:10


Satu jam sebelum keberangkatan saya sudah berada di Stasiun Mojokerto boarding pass sudah saya cetak tinggal menunggu di ruang tunggu, ini adalah kali kedua saya menginjakan kaki di Stasiun Mojokerto, terakhir saya berkunjung di tahun 2005 sudah 13 tahun. Banyak perubahan yang dialami tentunya dari fisik bangunan Stasiun Mojokerto. Perjalanan KA Turangga dari Mojokerto ke Bandung ditempuh dengan waktu sekitar 11 Jam 54 menit, tidak banyak yang saya lakukan di Kereta Api hanya Sholat dan tidur efek dua hari berwisata secara spartan dari Blitar kemudian ke Mojokerto. KA Turangga tiba di Stasiun Bandung keesokannya jam 05:47 cukup telat dari jadwal kedatangan seharusnya, saya keluar melalui Pintu Selatan Stasiun Bandung kemudian kembali ke Hall Stasiun untuk membeli tiket KA Lokal Bandung Raya tujuan Stasiun Cimahi tiba jam 06:26 order Go Jek untuk menuju tempat kerjaan dan langsumg bekerja jam 07:00-19:00 luar biasa perjalanan saya, melelahkan tapi seru.

Demikian ulasan perjalanan saya dua hari ke Blitar dan Mojokerto kedepan akan ada lagi perjalanan selanjutnya ke tempat-tempat unik yang belum saya kunjungi.

Sunday 15 April 2018

Istana Gebang! Rumah Masa Muda Ir. Soekarno


Tujuan akhir kunjungan saya ke Blitar adalah Istana Gebang.

Istana Gebang atau masyarakat setempat menyebutnya Ndalem Gebang adalah rumah kediaman mantan Presiden Ir. Soekarno di Kota Blitar, Jawa Timur. Rumah ini berada di Jalan Sultan Agung kelurahan Bendo Gerit, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, kurang lebih 2-3 km dari Makam Bung Karno. Jika naik Grab Bike hanya membayar Rp 4.000,- saja.

Komplek bangunan ini menempati lahan seluas 17.000 meter persegi, terdiri dari 10 bangunan yaitu, rumah induk, bangunan belakang, 2 rumah keluarga, 1 paviliun, balai kesenian, dapur belakang, rumah pembantu, bekas kandang kuda, dan lumbung. 

merujuk pada nama-nama tempat yang berkaitan dengan kegiatan Presiden Pertama Republik Indonesia seperti Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Batutulis, Istana Cipanas, Istana Gedung Agung Yogyakarta dan istana-istana lainnya. Selain Istana Gebang, masyarakat setempat pun sering menyebut Rumah Bu Wardojo. Karena penghuni rumah ini selepas orang tua Ir. Soekarno adalah kakak dari Ir. Soekarno yang bernama Soekarmini, atau lebih dikenal sebagai Bu Wardoyo. 

Dahulu keberadaan Istana Gebang tidak begitu dikenal dan kurang familiar, karena pada awalnya tempat ini masih dimiliki dan dikuasai oleh ahli waris atau kerabat Bung karno. Namun, sejak Pemerintah Kota Blitar dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur membeli dan mengambil alih kepemilikan Istana Gebang dari ahli waris Soekarmini Wardoyo, maka keberadaan Istana Gebang menjadi terbuka untuk umum. Masyarakat luas tanpa terkecuali dapat memiliki akses secara bebas untuk dapat masuk dan menikmati suasana bersejarah di rumah tersebut tanpa dikenai tiket masuk, cukup mengisi daftar tamu saja.

Seperti yang dijelaskan diawal bahwa Istana Gebang memiliki kaitan erat dengan masa muda Ir. Soekarni. Ketika mengenyam pendidikan di HBS Surabaya dan Technie Hogere  School (ITB) Bandung, Ir. Soekarno sering berkunjung ke Istana Gebang saat libur. Demikian pula dimasa memimpin pergerakan kemerdekaan, Ir. Soekarno tetap sering mengunjungi Blitar. 

Setelah mengisi buku tamu tepat didepan meja receptionist ini bisa dikatakan ruang tamu depan, oh iya sebelum masuk Istana Gebang alas kaki mohon dibuka ya!!!

Riwayat Singkat Istana Gebang

Ayahanda Ir. Soekarno, R. Soekeni Sosrodihardjo tugasnya sebagai guru dipindahkan dari Mojokerto ke Blitar pada tahun 1917, menjabat sebagi Mantri Guru Sekolah Guru Laki-laki (Normal Jongens School) yang sekarang lokasinya adalah SMAN 1 Blitar. Di musim kemarau tahun 1918 ketika Ir. Soekarno sedang pulang ke Blitar ketika liburan, setibanya ditempat kawan-kawannya di Wlingi yang berjarak sekitar 20 km sebelah timur Blitar, Gunung Kelud meletus dengan hebatnya memutuskan jalur transportasi baik mobil maupun kereta api. Di Surabaya Pak Tjokro pun cemas memikirkan keadaan Ir. Soekarno, ia kemudian melakukan perjalanan seharian hanya untuk mengetahui keadaan anaknya Ir. Soekarno. Rumah tersebut sudah menjadi tumpukan lahar dan lumpur Gunung Kelud. Sampai di Jalan Sultan Agung No 53, ia hanya mendapati rumah kosong.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Istana Gebang mulai ditempati oleh Keluarga Ir. Soekarno antara tahun 1917-1919 dibeli dari seorang warga Belanda CH. Portier seorang Pegawai Kereta Api di Blitar dan dari berbagai Sumber lisan rumah ini dibangun beriringan dengan pembangunan Stasiun Kereta Api Blitar pada tahun 1884.

Ketika studi di Techniche Hogere School (ITB) di Bandung, Ir. Soekarno pun masih harus sering berkunjung ke Istana Gebang baik disaat liburan maupun meminta uang kuliah dan pemondokan kepada orang tuanya dan kakaknya Soekarmini yang bersuamikan Bapak Puguh, seorang pegawai Dinas Pekerjaan Umum di Malang. Demikian selepas menamatkan kuliahnya di masa pergerakan kemerdekaan Ir. Soekarno tetap sering berada di Blitar untuk silaturahmi dengan orang tua dan keluarganya.

Ruang Lingkup Istana Gebang dan Bagian-bagiannya

Istana Gebang meliputi luas kurang lebih 17.000 m2 terdiri dari 9 bangunan yaitu:

RUMAH INDUK


Sisi Kiri 
  1. Ruang tamu. 
  2. Kamar tidur Ir. Soekarno ketika muda. 
  3. Ruang keluarga.
Sisi Kanan 
  1. Kamar tidur tamu laki-laki.
  2. Kamar tidur tamu wanita. 
  3. Kamar kakak Ir. Soekarno, Soekarmini.
  4. Kamar Ayah dan Ibu Ir. Soekarno (selanjutnya setelah menjadi Presiden di tempati oleh Ir. Soekarno) 
  5. Dua Gandok kiri untuk kamar tidur tamu selain keluarga dekat berikut teras dalam dan kamar mandi tamu.
  6. Poin 2, 4, 5 selanjutnya menjadi kamar putra-putri Ir. Soekarno ketika mengikuti Ir. Soekarno ke Blitar.

BANGUNAN BELAKANG


Dari Kiri ke Kanan
  1. Dapur setelah menggunakan kompor, sedang dapur asli dari pawonan kayu bakar berada dibelakangnya. 
  2. Sumur dan penyediaan air dalam botol yang siap dibawa oleh para pengunjung. 
  3. Kamar mandi asli saat Ir. Soekarno masih muda, pintu disamping dapur kayu bakar. 
  4. Kamar pembantu rumah tangga, sekarang dipakai kamar petugas. 
  5. Kamar penyimpanan alat-alat dapur. 
  6. Ruang makan keluarga.
  7. Empat buah kamar mandi/WC bangunan setelah Ir. Soekarno menjadi Presiden untuk para pengikut rombongan Presiden. 
  8. Kamar tidur pembantu rumah tangga, sekarang menjadi kamar petugas 
  9. Garasi dengan Mobil Marcedes tahun 1961 type 190 G

SEBUAH RUMAH KELUARGA CIKAL BAKAL

Satu rumah diujung kiri depan adalah rumah cikal bakal pembelian pertama oleh ayahanda Ir. Soekarno.

PAVILIUN 
Terletak di samping kiri rumah induk, digunakan untuk keluarga Ibu Soekarmini dan untuk ajudan dan para pegawai Ir. Soekarno

BALAI KESENIAN 
Dibangun pada tahun 1951 dan digunakan untuk pagelaran seni, wayang kulit menyambut kedatangan Ir. Soekarno dan pernah digunakan untuk pagelaran wayang kulit dengan dalang Ir. Soekarno sendiri. Untuk sehari-harinya ruangan ini digunakan untu karawitan, tari, pedalangan dan kegiatan-kegiatan kesenian lainnya. Dibagian belakang dari Balai Kesenian ada Mushola untuk keluarga.

DAPUR BELAKANG 
Merupakan dapur tambahan apabila memerlukan masak dalam jumlah yang banyak dan terletak dibelakang dapur utama, kamar tukang kebun dan gudang.

RUANG PEMBANTU 
Terletak dibelakang bangunan belakang ditempati oleh pembatu pemelihara kuda baik kuda yang dipakai kereta kuda ayahanda Ir. Soekarno maupun kuda-kuda balap yang peenah dimiliki oleh Ibu Soekarmini.

BEKAS KANDANG KUDA 
Terletak di ujung kanan belakang balai kesenian, ketika kunjungan Ir. Soekarno tahun 1960 yang semakin banyaknya para pengawal ikut datang ke tempat ini, akhirnya dibangun untuk tempat menginap para pengawal dengan kelengkapan kamar mandi dan wc-nya.

BEKAS LUMBUNG PADI 
Terletak di belakang garasi, saat ini tinggal tembok pondasinya yang ditengahnya ditanami pohon rambutan.

Dibagian belakang ada Sumur tua konon Sumur bertuah yang ada di belakang Istana Gebang Blitar ini memang istimewa. Volume air yang keluar dari sumber seakan tak pernah berkurang, meski tiap hari diambil.

Sumur bertuah itu berusia 133 tahun. Dari tulisan yang tertempel di sumur, menginformasikan jika sumur itu dibangun pada tahun 1884. Saat itu, bangunan kokoh ini menjadi tempat tinggal warga Belanda yang bernama CH Portier.

Keberadaan sumur itu dipertahankan, sampai tempat ini menjadi rumah tinggal keluarga Presiden pertama RI, Soekarno di tahun 1917. 

Source: Papan Informasi Istana Gebang

Disini juga ternyata ada Goong Perdamaian Dunia



Berfoto di depan Patung Ir. Soekarno.

Menghela rasa lelah namun senang setelah seharian berwisata dari Candi Penataran dilanjutkan ke Makam Bung Karno (MBK) terakhir berkunjung ke Istana Gebang saya duduk-duduk terlebih dahulu dibawah rimbunnya pohon beringin kalo tidak salah lihat, sambil memikirkan rencana selanjutnya. 

Memaknai kunjungan ke berbagai tempat wisata saya pribadi jadi banyak belajar, banyak mengetahui informasi yang belum saya dapatkan, tidak hanya sekedar mencari tahu lewat Google saja namun bisa merasakan, mengetahui secara detail serta menjadi pembelajaran juga bagi saya disetiap tempat yang saya kunjungi. Tidak hanya datang ke tempat wisata atau tempat bersejarah, berfoto, pulang tanpa meninggalkan jejak makna dan kandungan ilmu yang bisa di terapkan dikehidupan kita masing-masing. 

Baiklah saya akan melanjutkan perjalanan wisata saya di Kota Blitar, berhubung waktu sudah sore saya akan berkunjung ke Aloon Aloon Blitar saja, sekaliam mencari makan dan bersiap menuju Kota Mojokerto.

Nantikan ulasan wisata saya kembali!!!

Thursday 12 April 2018

Koleksi Memorabilia Bung Karno


Selain Makam Bung Karno disini pula terdapat perpustakaan dan koleksi memorabilia Bung Karno atau bisa kita sebut sebagai Museum Bung Karno dan Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang berlokasi Jl. Kalasan No.1 Kota Blitar, Jawa Timur. dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno.


Kekaguman saya terhadap sosok Ir. Soekarno, kharismanya, pidatonya yang menggebu-gebu seakan akan yang mendengar terhipnotis.

JENIS KOLEKSI

Koleksi Khusus (Gedung A, Lantai 1 Timur)
Berupa biografi Bung Karno, buku-buku karya Bung Karno, buku-buku tentang Bung Karno, dan buku tentang koleksi lukisan dan patung Bung Karno.


Koleksi Referensi (Gedung A, Lantai 1 Timur)

a. Kamus, elektronika, fisika, kimia, komputer, filsafat, pariwisata, istilah perbankan, dsb.
b. Ensiklopedia
c. Perundang-undangan
d. Buku-buku langka

Terbitan Berkala (Gedung A, Lantai 1 Timur)
a. Koran
b. Majalah
c. Tabloid

Koleksi Umum (Gedung A, Lantai 2 Timur/Barat)
Jenis koleksinya berupa karya umum, filsafat, agama, ilmu-ilmu sosial, bahasa, ilmu-ilmu murni, ilmu-ilmu terapan (teknologi), kesenian dan olahraga, kesusasteraan, sejarah dan geografi.

Koleksi Nonbuku (Gedung A, Lantai 1 Barat)
a. Lukisan Bung Karno
b. Peninggalan Bung Karno, berupa baju dan koper
c. Uang seri Bung Karno, tahun 1964
d. Serial lukisan Bung Karno di Rengasdengklok sebelum kemerdekaan
e. Foto-foto Bung Karno sejak muda sampai menjadi presiden

Koleksi Anak dan Remaja (Gedung B)
Jenis koleksinya berupa karya umum, filsafat, agama, ilmu-ilmu sosial, bahasa, ilmu-ilmu murni, ilmu-ilmu terapan (teknologi), kesenian dan olahraga, kesusasteraan, sejarah dan geografi.

Koleksi Audio-visual
Berupa CD pidato Bung Karno, VCD ilmu pengetahuan dan dokumenter, dsb.

Sumber: Brosur "Perpustakaan Proklamator Bung Karno"


Lukisan yang diletakkan di dekat meja receptionist Perpusnas Bung Karno ini dibuat I.B Said saat peringatan 100 tahun Bung Karno. Sempat dipamerkan di Hotel Crown Jakarta sebelum disimpan sebagai koleksi Perpustakaan Nasional di Jakarta. Saat Walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat berkunjung dia meminta lukisan Ir. Soekarno ini untuk menjadi koleksi dari Perpustakaan Bung Karno. Dan pada tahun 2005 lukisan itu dihibakan kepada Perpustakaan Bung Karno, setelah perubahan status Perpustakaan ini menjadi Perpustakaan Nasional Bung Karno.

Banyak yang mengatakan jika like lukisan ini dapat berdetak pada bagin tertentu, di social media pun banyak yang membahas. Saya pun ingin membuktikan apakah benar atau cuma dugaan saja, setelah di cek, saya pribadi tidak melihat fenomena berdetak dibagian dada kiri jantung lukisan. Namun memang kesan saya saya dapatkan ketika melihat lukisan ini seperti mempunyai aura seperti hidup.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas Gedung Pertama Koleksi memorabilia Bung Karno ini terdiri dari foto-foto lukisan ada pula Soekarno kemudian Mohammad Hatta yang menarik ada photo ketika Soekarno sungkem kepada Ibunda tercinta  Ida Ayu Nyoman Rai.

Ada Pedang kecil "Kyai Sekar Jagad" ini merupakan benda replika pusaka Bung Karno yang biasa digunakan sebagai pegangan disaat kunjungan kedinasan/lawatan kedalam dan ke luar negeri. Berdasarkan deskripsi spesifikasi teknis pedang kecil ini memiliki berat 309 gram, ukuran wilah dan ganja 29,9 cm. Bagan wilah, tangguh (Pajajaran), dhapur (telabung), pamor (ghajih), luk (lurus), pasikotan (luwes). Kemudian informasi lain jenis logam besi walulin, bagian rangka ukiran (gagang) berasal dari perak bakar, mendak dari perak bakar, tidak memakai selut, bahan warangka dari perak bakar, tidak memakai gandar, pendok dari perak bakar dan motif lung-lungan.

Goong Kyiai Djimat


Laras: Slendro, 
Nada: S 
Diameter: 91 cm 
Berat: 33 kg 
Bahan: Perunggu Hitam. 
Dibuat: ± tahun 1920 
Gaya/Gagrak: Solo 
Kondisi Suara: Bagus (wuluh), 
Ombak tiga 

Keterangan: Pernah dimiliki keluarga Bung Karno (Ibu Wardoyo di Blitar), yang selalu digunakan untuk mengiringi acara pagelaran Wayang Kulit, pada saat almarhum Presiden Soekarno ke Blitar ( 1950 – 1966 ) 

Jas Bung Karno, 
Koleksi ini sumbangan dari Bapak Demas Korompis, Bandung

Koleksi Uang Seri Soekarno dengan berbagai warna dan corak, uang ini memiliki keunikan yang tidak sama dengan uang pada umumnya, yakni bisa bergerak/melipat bila diletakkan di atas telapak tangan. Berlanjut kesudut yang lain dimana ada koleksi buku-buku langka dari Ir. Soekarno ada salah satu buku yang pernah saya baca yaitu buku dengan judul "Dibawah bendera Revolusi" buku tersebut sangat tebal saking tebalnya seperti bantal. 

Tak jauh dari koleksi buku-buku Ir. Soekarno banyak juga foto-foto bersejarah disini seperti ketika pembacaan naskah teks proklamasi, pengibaran bendera Merah Putih setelah merdeka, photo Ir. Soekarno ketika bersekolah di HBS dan di THS. 


Penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari berbagai Universitas baik dalam negeri maupun luar negeri sudah banyak diraih oleh Ir. Soekarno. 

Setelah melihat koleksi memorabilia Ir. Soekarno saya akan melanjutkan kembali perjalanan menuju Istana Gebang, semula saya akan berkunjung ke Perpustakaan Bung Karno yang berada disebelah gedung Koleksi Memorabilia Ir. Soekarno tapi dikarenakan waktu cukup mepet saya urungkan untuk menuju destinasi selanjutnya.

Saturday 7 April 2018

Berziarah ke Makam Bung Karno

Setelah mengunjungi Candi Penataran tujuan kedua saya berwisata di Blitar adalah mengunjungi Makam Bung Karno jaraknya sekitar 10 km dengan menggunakan ojek dadakan, karena di Candi Penataran sulit mencari transportasi umum.


Pengunjung atau peziarah akan melawati jalan kecil ini mirip-mirip bangunan Candi yang kebanyakan ada di Jawa Timur.


Meskipun saya berkunjung dihari kerja namun pengunjung Makam Bung Karno selalu ramai, beragam sekali orang yang berkunjung kesini, bahkan turis macanegara pun terlihat di Makam Ir. Soekarno. Jika saya gambarkan akan memasuki Makam Bung Karno kita melewati sebuah celah atau lawang dengan hiasan mirip candi-candi yang khas di Jawa Timur yang dipagar untuk menuju makam yang berarsitektur  rumah joglo. Disitulah Makam Ir. Soekarno, Ayah dan Ibunya. Ayah Soekarno bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Ia berprofesi sebagai guru pemerintah Kolonial Belanda, sementara Ibu Soekarno bernama Ida Ayu Nyoman Rai.


Tempat ini yang bergaja Rumah Joglo, disinilah tempat peristirahatan terakhir dari Ir. Soekarno, ayah dan Ibunya. 


Biografi Singkat Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, Kamis Pon, 6 Juni 1901 di Jalan Pandean IV No. 40 Surabaya (dulu Peneleh Gang Lawang Seketeng) dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekost di rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, politisi pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS, 10 Juni 1921, pindah ke Bandung dan melanjutkan pendidikannya ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke Penjara Banceuy, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul "Indonesia Menggugat" di Landraad, Bandung. Setelah putusan pengadilan kolonial pada tanggal 22 Desember 1930 Ir. Soekarno dijatuhi hukuman penjara 4 tahun di Penjara Sukamiskin, Bandung.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu karena kondisi kesehatan Ir. Soekarno menurun pada tanggal 14 Februari 1938.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi" berdasarkan Keppres No. 81/TK/1986 dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 83/TK/2012.
Dipusara Ir. Soekarno saya sejenak membaca doa tahlil dan Surat Yasin untuk almarhum beliau bagi saya pribadi adalah tokoh sentral lahirnya Republik Indonesia, founding father Bangsa Indonesia. Naik turun kehidupannya bagi saya adalah sebuah alur cerita kehidupan yang setiap insan manusia akan mengalami baik atau buruknya. Semoga lelah dan letihnya ia berjuang untuk Bangsa Indonesia ini dibalas oleh Alloh SWT. Setelah saya berdoa saya berkesempatan untuk berfoto di pusara Ir. Soekarno entah kapan lagi saya bisa berkunjung ke Blitar namun keinginan itu pasti ada.


Nampak Makam Bung Karno dengan Nisan Hitam yang terbuat dari batu besar sekali, disampingnya terdapat dua bendera, Bendera Merah Putih dan Bendera Kuning.


Inilah pusara Ir. Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia


Ini pertama kalinya saya berkunjung ingin mengabadikan momen tersebut lewat photo.

Setelah selesai, saya menuju pintu keluar yang ada di belakang bangunan joglo. Dipintu keluar pun kita akan menjumpai pedagang-pedangan khas souvenir Ir. Soekarno dari Kaos, T-Shirt, Batik, handycraft dll.

Ouh iya Selain Makam Ir. Soekarno disini pula terdapat Koleksi Memorabilia Ir. Soekarno atau bisa disebut Museum Soekarno, disini pula terdapat Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang dikelola oleh Perpustakan Nasional Republik Indonesia sebagai Unit Pelayanan Teknis yang berkududukan di Kota Blitar.

Wednesday 4 April 2018

Candi Penataran

Dengan menggunakan Grab Bike kurang lebih sekitar 30 menit dari Stasiun Blitar tiba saya di Candi Penataran, candi ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar, tepatnya di Desa Penataran, Kecamatan Ngleggok, Kabupaten Blitar. Candi ini tidak satu namun sekumpulan bangunan yang berjajar dari barat-laut ke timur kemudian berlanjut ke tenggara, menempati lahan seluas 12.946 m2. Suasana jalanan menuju halaman Candi Penataran sepi pedagang belum pada buka, apa saya terlalu pagi ya? Padahal sudah jam 09:00 juga. Ketika masuk Candi Penataran memang sepi belum ada pengunjung, petugas kebersihan pun sedang menyapu disekitar kompleks Candi Penataran.

Kompleks Candi Penataran pertama kali dilaporkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul History of Java dimana pada tahun 1815 Dr. Horsfield menemukan reruntuhan Candi Hindu di Penataran. Jika dilihat dari sisa-siasa struktur dan artefak yang ada di lingkungan komplek candi diketahui bahwa kompleks candi ini terdiri dari beberapa bangunan namun pendiriannya tidak dilakukan secara bersama namun dilakukan bertahap dalam kurun waktu yang cukup panjang melewati beberapa masa pemerintahan kerajaan. Diperkirakan kompleks candi ini dibangun mulai abad ke 12 M sampai abad ke 15 M. Dengan demikian Kompleks Candi Penataran telah dibangun pada masa Pemerintahan Kerajaan Kediri kemudian dilanjutkan pada masa Pemerintahan Kerajaan Singasari dan berakhir pada masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Kompleks Candi Penataran ini memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan hal ini didasarkan oleh isi dari Prasasti Palah yang menyatakan bahwa Raja Srengga (Salah seorang Raja dari Kerajaan Kediri) sering mengadakan pemujaan ditempat ini, hal ini juga didukung keterangan dari kitab Negarakertagama yang menyebutkan bahwa bangunan suci Palah (Penataran). Diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk (1350 - 1389 M) dari Kerajaan Majapahit sering mengunjungi Palah untuk memuja Hyang Acalapati, atau yang dikenal sebagai Girindra (berarti raja gunung) dalam kepercayaan Syiwa. Oleh karena itu, jelas bahwa Candi Palah sengaja dibangun di kawasan dengan latar belakang Gunung Kelud, karena memang dimaksudkan sebagai tempat untuk memuja gunung. Pemujaan terhadap Gunung Kelud bertujuan untuk menangkal bahaya dan menghindarkan diri dari petaka yang dapat ditimbulkan oleh gunung tersebut.

Halaman Pertama



Dari pintu masuk terdapat tangga turun ke pelataran. Di pelataran tersebut terdapat dua buah arca raksasa penjaga pintu (Dwarapala), Pada tatakan arca tertera tulisan tahun 1242 Saka (1320 M). setelah dari pelataran saya kembali naik melalui tangga dan menuju kantor pihak pengelola untuk meminta izin sekaligus menulis buku tamu, tidak ada pungutan di Candi Penataran ini, hanya jika kita akan memberi sumbangan untuk kebersihan candi seikhlasnya.



Disebelah kiri atau sisi barat laut dari Arca Dwarapala terdapat batu besar yang biasa disebut Bale Agung (Seperti Panggung) berbahan batu andesit, berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 39 m x 16,5 m dan tinggi 1,5 m yang membujur dari Utara ke Selatan. Dibagian tengah sudut Selatan Bale Agung terdapat lantai/batur rendah terbuat dari batu andesit, berdenah persegi dengan ukuran 8 m x 8 m, dibagian ataanya terdapat umpak/menara. Di belakang lantai/batur rendah ini terdapat batur pendopo (seperti panggung) dengan denah empat persegi berukuran 28 m x 10 m dan tinggi 1,5 m, membujur dari Utara ke Selatan.
Disebelah Selatan Batur Pendopo terdapat jalan setapak yang menghubungkan halaman satu dengan halaman dua. Diseberang jalan setapak ada 3 miniatur Candi dari bahan Batu Andesit berukuran 1 m x 1 m. Dibelakang Batur Pendopo ada sebuah lantai/batur rendah berukuran 5 m x 5 m berdenah empat persegi dan berbahan batu andesit. Diatas lantai/batur rendah terdapat umpak-umpak.


Dibelakang sudut selatan lantai/batur rendah (Panggung) terdapat Candi Angka Tahun. Disebut Candi Angka Tahun karena bangunan candi diatas ambang pintu masuknya jelas terpahat angka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi ini berdenah segi empat, berbahan batu andesit dan berukuran 6,5 m x 5 m dengan tinggi 9,5 m.


Sebagian orang menyebutnya Candi Ganesha, karena didalam bilik candi terdapat arca Ganesha (Dewa berkepala Gajah). Bentuk Candi Angka Tahun ini sangat dikenal masyarakat, sehingga seakan-akan mewakili dari seluruh Candi Penataran.

disebelah Utara Candi Angka tahun terdapat lantai/batur rendah dengan denah segi empat berukuran 7,5 m x 4,5 m

Halaman kedua
Menurut temuan dilapangan dahulu halaman satu dan halaman dua dihubungkan dengan sebuah gapura yang terletak disebelah Selatan Candi Angka Tahun. Halaman dua ini dulunya dibagi dua oleh tembok yang membujur arah Timur Barat. Diruang sebelah utara, tepatnya sudut Utara gapura halaman dua terdapat sebuah batur dengan denah segi empat berbahan batu andesit dengan ukuran 13 m x 4 m membujur kearah Utara-Selatan.


Dibelakang batur ini terdapat Candi Naga , candi ini disebut Candi Naga karena disekeliling tubuhnya dililit oleh pahatan berwujud naga. dengan denah segi empat berbahan batu andesit dan berukuran 9 m x 6,5 m dengan tinggi 4,5 m
Disebelah Utara Candi Naga terdapat sebuah batur berbahan andesit dengan denah persegi berukuran 2 m x 2 m. Diutaranya masih terdapat sebuah batur lagi yang sama, tetapi pada sisi selatan denah menonjol keluar dengan ukuran 4 m x 4 m. Dibawahnya terdapat lapik arca dan sebuah arca yang belum selesai.
Di Selatan Candi Naga terdapat sebuah lantai/batur rendah berdenah persegi dan berbahan batu andesit dan berukuran 3 m x 3 m. Disebelah selatan lantai ini terdapat jalan setapak yang menghubungkan halaman dua dan halaman tiga.
Disebelah Selatan jalan setapak terdapat pula lantai/batur rendah berdenah persegi yang berukuran 3 m x 3 m dan berbahan batu andesit.

Halaman tiga



Disebelah kanan gapura terdapat tiga bangunan kecil dengan sebuah lantai berdenah segi empat berukuran 10 m x 3 m disisi kirinya membujur arah Utara-Selatan.
Ditengah halaman belakang terdapat Candi Induk dengan denah segi empat berbahan batu andesit yang berukuran 32,5 m x 29,5 m dengan tinggi 7,2 m membujur arah Barat-Timur.
Disamping candi induk ada sebuah susunan percobaan berdenah segi empat berukuran 10 m x 9 m. Dibelakang susunan percobaan terdapat Candi Perwara I berbahan batu andesit, berukuran 2,5 m x 2 m. Dibelakangnya terdapat Candi Perwara II dengan bahan yang sama dengan Candi Perwara I berukuran 3,5 m x 3 m. Masih ada dua Candi Perwara lainnya yang berdenah segi empat dengan ukuran 3 m x 3 m dan 4 m x 2,5 m.
Disudut belakang sisi Selatan diluar halaman tiga merupakan jalan setapak menuju kolam petirtaan terdapat menara sudut dengan denah persegi berukuran 1,5 m x 1,5 m. Kolam petirtaan berbahan batu bata berdenah segi empat dengan ukuran 6 m x 3 m dan kedalaman 2,5 m.


Sumber: Papan informasi di Candi Penataran

Sunday 1 April 2018

14 Jam di KA Kahuripan, 10 Jam di Blitar

KA Kahuripan ketika memasuki Stasiun Kediri 

Tanggal 26 Maret 2018 sesuai rencana yang telah saya buat untuk berkunjung kedua kota yaitu Kota Blitar dan Kota Mojokerto. Dengan menggunakan Kereta Api Kahuripan 182 relasi Kiaracondong-Blitar walaupun ini perjalanan di weekday namun penumpangnya cukup penuh. Waktu tempuh dari Kiaracondong-Blitar sekitar 14 Jam 34 Menit ini kali keduanya saya naik kereta dengan waktu tempuh terlama, ketika itu saya berkunjung ke Surabaya dari Jakarta dengan menggunakan KA Gaya Baru Malam Selatan. 

Kereta Api Kahuripan relasi Kiaracondong-Blitar berhenti dibanyak stasiun antara lain, Stasiun Cicalengka, Stasiun Cibatu, Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Tasikmalaya, Stasiun Ciamis, Stasiun Banjar, Stasium Gamdrumangum, Stasiun Kawunganten, Stasiun Maos, Stasiun Kemrajen, Stasiun Tambak, Stasiun Gombong, Stasiun Wonosari, Stasiun Butuh, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Wates, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Klaten, Stasiun Purwosari, Stasiun Sragen, Stasiun Walikukun, Stasiun Paron, Stasiun Babat, Stasiun Madiun, Stasiun Caruban, Stasiun Nganjuk, Stasiun Kertosono, Stasiun Kediri, Stasiun Ngadiluwih, Stasiun Tulungagung, dan Stasiun Blitar. 


Stasiun-stasiun Pemberhentian KA Kahuripan 

KA Kahuripan memang sudah menjadi langganan kereta setiap saya berpergian ke Yogyakarta atau Solo, nah kali ini saya menggunakan KA Kahuripan full relasi sampai akhir. Berangkat tepat jam 18:10 KA Kahuripan diberangkatkan dari jalur 5 Stasiun Kiaracondong, perjalanan yang akan memakan waktu lama. Posisi saya berada ditempat duduk Gerbong 4 No 24E saya pilih paling ujung dekat Toilet. Walaupun Ekonomi tapi menurut saya kereta api sekarang cukup nyaman, bersih dan AC pun cukup dingin.

Perjalanan dimalam hari praktis saya tidak bisa melihat view yang ada diluar sana, waktu hanya dihabiskan dengan menonton, dengarkan musik atau sesekali mengobrol dengan sesama penumpang. Sesekali penumpang turun dari kereta api untuk sekedar meluruskan kaki yang cukup pegal jika duduk terus, adapula yang merokok walaupun sembunyi-sembunyi atau membeli makanan, mie instant atau kopi yang ditawarkan oleh ibu-ibu yang berada diluar stasiun. Mungkin jika beli di penjaja makanan diluar stasiun atau atas kereta api akan beda harganya, namun jika dibandingkan ya sama-sama mahal beda tipis.

KA Kahuripan tiba di Stasiun Cicalengka 18:36-18:40,
Cibatu 19:38-19:41,
Cipeundeuy 20:15-20:19,
Tasikmalaya 21:05-21:07,
Ciamis 21:32-21:34,
Banjar 21:56-22:10,
Gandrumangun 22:51-22:53,
Maos 23:46-23:49,
Gombong 00:51-00:52,
Kutoarjo 01:45-01:47,
Wates 02:18-02:20,
Lempuyangan 02:55-03:10,
Klaten 03:22-03:23,
Purwosari 03:41-03:44,
Sragen 04:20-04:22,
Walikukun 04:24-04:26,
Paron 05:01-05:03,
Babat 06:17-06:18,
Madiun 05:32-05:39,
Caruban 05:30-05:44,
Nganjuk 06:19-06:21,
Kertosono 06:39-06:41,
Kediri 07:18-07:25,
Ngadiluwih 07:33-07:39,
Tulungagung 07:59-08:02,
Blitar 08:39


Berhenti cukup lama di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta


Cukup tepat waktu jika dilihat dari kedatangan ke stasiun akhir seharusnya masuk jam 08:31 suasana di Stasiun Blitar nampak sepi saya tidak cukup leluasa untuk mengabadikan Stasiun Blitar karena penumpang "digiring" menuju pintu keluar yang berada disebelah kanan dari stasiun, cukup jauh dari stasiun utama. Apalagi gerbong saya tepat berada didepan pintu keluar stasiun praktis saya mengikuti arahan petugas keamanan. Didepan stasiun Blitar sudah banyak becak atau angkutan Angling yang menawarkan jasanya, becak mungkin sudah pada tahu tapi taukah angling?

Angling singkatan dari Angkutan Lingkungan, angkutan yang biasa orang Jakarta disebut Bajaj. Angkutan khas yang ada disekitar Stasiun Blitar ini didominasi cat warna merah, kenapa disebut angling? Karena bajaj ini lebih ramah lingkungan, angling ini sudah 4 tak berbeda dengan bajaj-bajaj yang lain masih menggunakan 2 tak. Mesin angling pun tidak berisik dan emisi yang dikeluarkan sedikit. Mengenai tarif? angling walaupun bajaj namun sudah pake sistem argometer, tarif buka pintu saja Rp 8.000,- untuk trip satu kilometer dihargai Rp 6.000,- cukup mahal jika saya sendiri naik angling ini, akan murah jika berdua dan bertiga. Untuk itu saya lebih baik memakai jasa ojek online yang ada di Blitar. Sulitnya mencari transportasi umum memang sangat disadari oleh warga Blitar kebanyakan mereka sudah mempunyai motor pribadi jadi jarang memakai transportasi umum.

Saya tidak lihat angkutan umum diruas-ruas jalan kota Blitar bahkan saya baru lihat Bis Rukun Jaya jurusan Blitar-Pare-Surabaya antara 1-1,5 jam menunggu dan jarang ada penumpangnya. Anak sekolah pun saya lihat kebanyakan dijemput oleh orang tuanya atau memakai sepeda yang jenisnya sama, mungkin pemberian atau subsidi dari pemerintah kota.

Setelah memesan ojek online akhirnya saya mendapat drivernya menuju Candi Penataran dengan tarif Rp 20.000,- Jaraknya sekitar 13 km murah bukan.

Baca: Candi Penataran Salah satu Candi Terbesar di Jawa Timur 

Sekedar menyarankan apabila ingin balik lagi ke Stasiun Blitar atau Makam Bung Karno sebaiknya abang ojek onlinenya suruh tunggu saja, pasalnya jika apes kalian tidak akan mendapat driver lagi karena sangat jarang driver ojek online ke Candi Penataran apalagi angkutan umum sudah jangan berharap.

Ini pengalaman saya ketika saya selasai berkunjung ke Candi Penataran saya buka aplikasi tidak ada driver yang mengambil orderan saya walupun sudah dicoba berkali-kali. Akhirnya namanya juga backpacker apapun jalannya pasti dicari, saya minta seorang yang berada di dekat parkiran bis Candi Penataran untuk mengantarkan saya ke Makam Bung Karno, dia membuka harga Rp 40.000,- setelah nego kita deal mengantarkan saya ke Makam Bung Karno dengan harga Rp 30.000,- sekalian jemput anaknya pulang sekolah TK begitu berwarna perjalanan saya hahahaaaa. Sekitar 30 menit perjalanan dari Candi Penataran akhirnya saya sampai di Makam Bung Karno, cukup ramai walaupun ini bukan hari libur. Masuk ke area Makam Bung Karno banyak yang menawarkan bunga tabur cukup banyak pedagang-pedagang yang menggantungkan di makam tersebut. Masuk ke area inti pengunjung harus melepaskan sandal/sepatu tidak berapa lama saya memakai kopiah dan membuka buku tahlil untuk berdoa dipusara Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Baca: Makam Bung Karno

Tak hanya Makam Bung Karno saja yang ada disini namun Ayah Ir. Soekarno yaitu R. Soekeni Sosrodihardjo dan Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Setelah selesai berkunjung dan berfoto para pengunjung Makam Bung Karno diarahkan menuju pintu keluar yang melintasi pedagang-pedagang souvenir khas Kota Blitar.

Selain Makam Bung Karno disini pula terdapat perpustakaan dan koleksi memorabilia Bung Karno yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Koleksi memorabila Bung Karno ini terdiri dari photo-photo lukisan, koleksi barang milik Ir. Soekarno, Surat Penganugerahan Honoris Causa dari berbagai universitas didunia dll.

Baca: Koleksi Memorabila Bung Karno (Segera)

Setelah kunjungan ke Makam Bung Karno dan Museum Bung Karno saya melanjutkan perjalanan menju Istana Gebang atau masyarakat setempat menyebutkan Ndalem Gebang.

Istana Gebang adalah rumah tempat masa kecil Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, dengan menggunakan jasa ojek online saya meninggalkan Makam Bung Karno menuju Istana Gebang, cukup murah hanya Rp 4.000,- Banyak sekali koleksi-koleksi bekas kediaman keluarga Ir. Soekarno yang sekarang dikelola oleh Pemerintah Kota Blitar seperti koleksi lukisan, furniture, tempat tidur dll. Jika ke Kota Blitar mengunjungi Makam Bung Karno pastinya akan berkunjung juga ke Istana Gebang apalagi jaraknya kurang dari 3 km dari Makam Bung Karno.

Baca: Istana Gebang, Rumah Soekarno Waktu Kecil (Segera)

Lelah seharian berkunjung ke Candi Penataran, Makam dan Museum Bung Karno, Istana Gebang saya duduk-duduk dahulu di pepohonan dekat Istana Gebang sembari berfikir tempat mana lagi yang harus saya kunjungi apalagi waktu sudah menunjukan jam 15:00 cukup mepet waktunya karena saya harus ke Mojokerto menggunakan salah satu travel yang ada di Blitar pada jam 16:00 Waktu satu jam saya habiskan untuk mencari makan disekitar Aloon-aloon Blitar kurang dari 2 km dari Istana Gebang, aloon-aloon Blitar saat itu cukup sepi.

Saya melihat didepan Aloon-aloon Blitar terdapat Pohon Beringin terutama ditengah aloon-aloon banyak sekali kotoran burung yang jatuh sehingga membuat kotor lantai. Rasa laparku mulai mendera karena memang belum makan siang saya putuskan untuk makan disebuah restoran makanan nasi padang disebelah kiri dari aloon-aloon Blitar atau sejajar dengan Masjid Agung Blitar. Cukup besar memang restorannya dengan jajaran meja kursi yang cukup banyak, setelah saya memesan nasi padang dengan kikil saya rasa makanannya sangat enak, rempah-rempah khas masakan padang yang terasa mantap. Ditambah kikil yang sangat empuk terasa enak dilidah, sampai saya menambah satu porsi nasi.
Mungkin sudah jadi hal yang lumrah jika makan direstoran Nasi Padang nasinya cuma secungkup dari batok kelapa, kurang nendang bagi perut saya yang sedang keroncongan hahahaaaa. Ekspektasi saya makan ditestoran Nasi Padang tersebut cukup mahal nyatanya makan Nasi Kikil dan Teh Hangat ditambah seporsi nasi putih dihargai Rp 26.000,- cukup murah bukan.

Setelah makan kemudian Sholat sejenak di Mesjid Agung Blitar saya melanjutkan menuju Hotel Grand Mansion tempat saya janjian dengan travel yang menjemput saya. Jam menujukan 16:00 namun travel yang menjemput saya belum datang satu jam menunggu, dua jam menunggu masih juga belum di jemput apalagi sudah memasuki Adzan Maghrib menunggu dijalanan Kota Blitar terasa asing sekali. Saya pun berinisiatif untuk menelepon pihak travel, ternyata travelnya mengalami kerusakan dan armada travel pengganti sangat minim, yang saya kecewa kenapa tidak memberitahu customer jika ada keterlambatan waktu 2,5 jam bisa saya manfaatkan untuk kemana bukan sekadar menunggu. Akhirnya jam 18:30 saya pun dijemput oleh pihak travel, lega rasanya jika sudah dijemput. Baru ada tiga orang yang ada proses penjemputan kembali dilanjutkan.

Sepanjang perjalanan saya habiskan untuk beristirahat, tidak lupa saya meminta driver untuk menurunkan saya di Jalan By Pass Mojokerto. Tepat jam 21:19 akhirnya sampai di perempatan jalan yang menuju Terminal Kertajaya, Mojokerto setelah itu saya order ojek online untuk menuju Hotel Surya Mojopahit di Jalan Pahlawan.

bersambung >>>