Sunday 1 April 2018

14 Jam di KA Kahuripan, 10 Jam di Blitar

KA Kahuripan ketika memasuki Stasiun Kediri 

Tanggal 26 Maret 2018 sesuai rencana yang telah saya buat untuk berkunjung kedua kota yaitu Kota Blitar dan Kota Mojokerto. Dengan menggunakan Kereta Api Kahuripan 182 relasi Kiaracondong-Blitar walaupun ini perjalanan di weekday namun penumpangnya cukup penuh. Waktu tempuh dari Kiaracondong-Blitar sekitar 14 Jam 34 Menit ini kali keduanya saya naik kereta dengan waktu tempuh terlama, ketika itu saya berkunjung ke Surabaya dari Jakarta dengan menggunakan KA Gaya Baru Malam Selatan. 

Kereta Api Kahuripan relasi Kiaracondong-Blitar berhenti dibanyak stasiun antara lain, Stasiun Cicalengka, Stasiun Cibatu, Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Tasikmalaya, Stasiun Ciamis, Stasiun Banjar, Stasium Gamdrumangum, Stasiun Kawunganten, Stasiun Maos, Stasiun Kemrajen, Stasiun Tambak, Stasiun Gombong, Stasiun Wonosari, Stasiun Butuh, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Wates, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Klaten, Stasiun Purwosari, Stasiun Sragen, Stasiun Walikukun, Stasiun Paron, Stasiun Babat, Stasiun Madiun, Stasiun Caruban, Stasiun Nganjuk, Stasiun Kertosono, Stasiun Kediri, Stasiun Ngadiluwih, Stasiun Tulungagung, dan Stasiun Blitar. 


Stasiun-stasiun Pemberhentian KA Kahuripan 

KA Kahuripan memang sudah menjadi langganan kereta setiap saya berpergian ke Yogyakarta atau Solo, nah kali ini saya menggunakan KA Kahuripan full relasi sampai akhir. Berangkat tepat jam 18:10 KA Kahuripan diberangkatkan dari jalur 5 Stasiun Kiaracondong, perjalanan yang akan memakan waktu lama. Posisi saya berada ditempat duduk Gerbong 4 No 24E saya pilih paling ujung dekat Toilet. Walaupun Ekonomi tapi menurut saya kereta api sekarang cukup nyaman, bersih dan AC pun cukup dingin.

Perjalanan dimalam hari praktis saya tidak bisa melihat view yang ada diluar sana, waktu hanya dihabiskan dengan menonton, dengarkan musik atau sesekali mengobrol dengan sesama penumpang. Sesekali penumpang turun dari kereta api untuk sekedar meluruskan kaki yang cukup pegal jika duduk terus, adapula yang merokok walaupun sembunyi-sembunyi atau membeli makanan, mie instant atau kopi yang ditawarkan oleh ibu-ibu yang berada diluar stasiun. Mungkin jika beli di penjaja makanan diluar stasiun atau atas kereta api akan beda harganya, namun jika dibandingkan ya sama-sama mahal beda tipis.

KA Kahuripan tiba di Stasiun Cicalengka 18:36-18:40,
Cibatu 19:38-19:41,
Cipeundeuy 20:15-20:19,
Tasikmalaya 21:05-21:07,
Ciamis 21:32-21:34,
Banjar 21:56-22:10,
Gandrumangun 22:51-22:53,
Maos 23:46-23:49,
Gombong 00:51-00:52,
Kutoarjo 01:45-01:47,
Wates 02:18-02:20,
Lempuyangan 02:55-03:10,
Klaten 03:22-03:23,
Purwosari 03:41-03:44,
Sragen 04:20-04:22,
Walikukun 04:24-04:26,
Paron 05:01-05:03,
Babat 06:17-06:18,
Madiun 05:32-05:39,
Caruban 05:30-05:44,
Nganjuk 06:19-06:21,
Kertosono 06:39-06:41,
Kediri 07:18-07:25,
Ngadiluwih 07:33-07:39,
Tulungagung 07:59-08:02,
Blitar 08:39


Berhenti cukup lama di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta


Cukup tepat waktu jika dilihat dari kedatangan ke stasiun akhir seharusnya masuk jam 08:31 suasana di Stasiun Blitar nampak sepi saya tidak cukup leluasa untuk mengabadikan Stasiun Blitar karena penumpang "digiring" menuju pintu keluar yang berada disebelah kanan dari stasiun, cukup jauh dari stasiun utama. Apalagi gerbong saya tepat berada didepan pintu keluar stasiun praktis saya mengikuti arahan petugas keamanan. Didepan stasiun Blitar sudah banyak becak atau angkutan Angling yang menawarkan jasanya, becak mungkin sudah pada tahu tapi taukah angling?

Angling singkatan dari Angkutan Lingkungan, angkutan yang biasa orang Jakarta disebut Bajaj. Angkutan khas yang ada disekitar Stasiun Blitar ini didominasi cat warna merah, kenapa disebut angling? Karena bajaj ini lebih ramah lingkungan, angling ini sudah 4 tak berbeda dengan bajaj-bajaj yang lain masih menggunakan 2 tak. Mesin angling pun tidak berisik dan emisi yang dikeluarkan sedikit. Mengenai tarif? angling walaupun bajaj namun sudah pake sistem argometer, tarif buka pintu saja Rp 8.000,- untuk trip satu kilometer dihargai Rp 6.000,- cukup mahal jika saya sendiri naik angling ini, akan murah jika berdua dan bertiga. Untuk itu saya lebih baik memakai jasa ojek online yang ada di Blitar. Sulitnya mencari transportasi umum memang sangat disadari oleh warga Blitar kebanyakan mereka sudah mempunyai motor pribadi jadi jarang memakai transportasi umum.

Saya tidak lihat angkutan umum diruas-ruas jalan kota Blitar bahkan saya baru lihat Bis Rukun Jaya jurusan Blitar-Pare-Surabaya antara 1-1,5 jam menunggu dan jarang ada penumpangnya. Anak sekolah pun saya lihat kebanyakan dijemput oleh orang tuanya atau memakai sepeda yang jenisnya sama, mungkin pemberian atau subsidi dari pemerintah kota.

Setelah memesan ojek online akhirnya saya mendapat drivernya menuju Candi Penataran dengan tarif Rp 20.000,- Jaraknya sekitar 13 km murah bukan.

Baca: Candi Penataran Salah satu Candi Terbesar di Jawa Timur 

Sekedar menyarankan apabila ingin balik lagi ke Stasiun Blitar atau Makam Bung Karno sebaiknya abang ojek onlinenya suruh tunggu saja, pasalnya jika apes kalian tidak akan mendapat driver lagi karena sangat jarang driver ojek online ke Candi Penataran apalagi angkutan umum sudah jangan berharap.

Ini pengalaman saya ketika saya selasai berkunjung ke Candi Penataran saya buka aplikasi tidak ada driver yang mengambil orderan saya walupun sudah dicoba berkali-kali. Akhirnya namanya juga backpacker apapun jalannya pasti dicari, saya minta seorang yang berada di dekat parkiran bis Candi Penataran untuk mengantarkan saya ke Makam Bung Karno, dia membuka harga Rp 40.000,- setelah nego kita deal mengantarkan saya ke Makam Bung Karno dengan harga Rp 30.000,- sekalian jemput anaknya pulang sekolah TK begitu berwarna perjalanan saya hahahaaaa. Sekitar 30 menit perjalanan dari Candi Penataran akhirnya saya sampai di Makam Bung Karno, cukup ramai walaupun ini bukan hari libur. Masuk ke area Makam Bung Karno banyak yang menawarkan bunga tabur cukup banyak pedagang-pedagang yang menggantungkan di makam tersebut. Masuk ke area inti pengunjung harus melepaskan sandal/sepatu tidak berapa lama saya memakai kopiah dan membuka buku tahlil untuk berdoa dipusara Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Baca: Makam Bung Karno

Tak hanya Makam Bung Karno saja yang ada disini namun Ayah Ir. Soekarno yaitu R. Soekeni Sosrodihardjo dan Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Setelah selesai berkunjung dan berfoto para pengunjung Makam Bung Karno diarahkan menuju pintu keluar yang melintasi pedagang-pedagang souvenir khas Kota Blitar.

Selain Makam Bung Karno disini pula terdapat perpustakaan dan koleksi memorabilia Bung Karno yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Koleksi memorabila Bung Karno ini terdiri dari photo-photo lukisan, koleksi barang milik Ir. Soekarno, Surat Penganugerahan Honoris Causa dari berbagai universitas didunia dll.

Baca: Koleksi Memorabila Bung Karno (Segera)

Setelah kunjungan ke Makam Bung Karno dan Museum Bung Karno saya melanjutkan perjalanan menju Istana Gebang atau masyarakat setempat menyebutkan Ndalem Gebang.

Istana Gebang adalah rumah tempat masa kecil Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, dengan menggunakan jasa ojek online saya meninggalkan Makam Bung Karno menuju Istana Gebang, cukup murah hanya Rp 4.000,- Banyak sekali koleksi-koleksi bekas kediaman keluarga Ir. Soekarno yang sekarang dikelola oleh Pemerintah Kota Blitar seperti koleksi lukisan, furniture, tempat tidur dll. Jika ke Kota Blitar mengunjungi Makam Bung Karno pastinya akan berkunjung juga ke Istana Gebang apalagi jaraknya kurang dari 3 km dari Makam Bung Karno.

Baca: Istana Gebang, Rumah Soekarno Waktu Kecil (Segera)

Lelah seharian berkunjung ke Candi Penataran, Makam dan Museum Bung Karno, Istana Gebang saya duduk-duduk dahulu di pepohonan dekat Istana Gebang sembari berfikir tempat mana lagi yang harus saya kunjungi apalagi waktu sudah menunjukan jam 15:00 cukup mepet waktunya karena saya harus ke Mojokerto menggunakan salah satu travel yang ada di Blitar pada jam 16:00 Waktu satu jam saya habiskan untuk mencari makan disekitar Aloon-aloon Blitar kurang dari 2 km dari Istana Gebang, aloon-aloon Blitar saat itu cukup sepi.

Saya melihat didepan Aloon-aloon Blitar terdapat Pohon Beringin terutama ditengah aloon-aloon banyak sekali kotoran burung yang jatuh sehingga membuat kotor lantai. Rasa laparku mulai mendera karena memang belum makan siang saya putuskan untuk makan disebuah restoran makanan nasi padang disebelah kiri dari aloon-aloon Blitar atau sejajar dengan Masjid Agung Blitar. Cukup besar memang restorannya dengan jajaran meja kursi yang cukup banyak, setelah saya memesan nasi padang dengan kikil saya rasa makanannya sangat enak, rempah-rempah khas masakan padang yang terasa mantap. Ditambah kikil yang sangat empuk terasa enak dilidah, sampai saya menambah satu porsi nasi.
Mungkin sudah jadi hal yang lumrah jika makan direstoran Nasi Padang nasinya cuma secungkup dari batok kelapa, kurang nendang bagi perut saya yang sedang keroncongan hahahaaaa. Ekspektasi saya makan ditestoran Nasi Padang tersebut cukup mahal nyatanya makan Nasi Kikil dan Teh Hangat ditambah seporsi nasi putih dihargai Rp 26.000,- cukup murah bukan.

Setelah makan kemudian Sholat sejenak di Mesjid Agung Blitar saya melanjutkan menuju Hotel Grand Mansion tempat saya janjian dengan travel yang menjemput saya. Jam menujukan 16:00 namun travel yang menjemput saya belum datang satu jam menunggu, dua jam menunggu masih juga belum di jemput apalagi sudah memasuki Adzan Maghrib menunggu dijalanan Kota Blitar terasa asing sekali. Saya pun berinisiatif untuk menelepon pihak travel, ternyata travelnya mengalami kerusakan dan armada travel pengganti sangat minim, yang saya kecewa kenapa tidak memberitahu customer jika ada keterlambatan waktu 2,5 jam bisa saya manfaatkan untuk kemana bukan sekadar menunggu. Akhirnya jam 18:30 saya pun dijemput oleh pihak travel, lega rasanya jika sudah dijemput. Baru ada tiga orang yang ada proses penjemputan kembali dilanjutkan.

Sepanjang perjalanan saya habiskan untuk beristirahat, tidak lupa saya meminta driver untuk menurunkan saya di Jalan By Pass Mojokerto. Tepat jam 21:19 akhirnya sampai di perempatan jalan yang menuju Terminal Kertajaya, Mojokerto setelah itu saya order ojek online untuk menuju Hotel Surya Mojopahit di Jalan Pahlawan.

bersambung >>>

No comments:

Post a Comment