Friday 27 April 2018

Gapura Bajang Ratu

Lumayan berkeringat jalan dari Candi Tikus menuju Gapura Bajang Ratu walaupun cuma 600 meter maklum udah jarang olah raga sekali dikasih jalan juga sudah terengah-engah.


Sambil beristirahat saya masuk ke Gapura Bajang Ratu dengan membayar tiket masuk seharga Rp 3.000,- sama seperti Candi Tikus areal Gapura Bajang Ratu dikelilingi oleh taman yang terawat. Sekilas dari kejauhan seperti Bukan Candi tapi memang seperti Gapura, pintu masuk atau keluar dari suatu tempat, dalam literatur yang saya baca pun ternyata ada yang menamakan Candi Bajang Ratu ada pula Gapura Bajang Ratu. Namun dalam petunjuk arah yang berada di jalan depan candi dijelaskan sebagai Gapura Bajang Ratu.

Oke saatnya saya mengelilingi Gapura Bajang Ratu terlebih dahulu sebelum banyak pengunjung yang berdatangan, Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur.


Dengan bergaya arsitektur Paduraksa yaitu bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur klasik di Pulau Jawa atau Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai akses penghubung sekaligus gerbang akses penghubung antar kawasan dalah kompleks bangunan.
Sama hal nya yang sudah di jelaskan diatas menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara hal ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama disebutkan "Kembali ke Dunia Vishnu" tahun 1250 Caka (sekitar tahun 1328) atau sekitar abad ke 14. Namun jauh sebelum Raja Jayanegara wafat Gapura Bajang Ratu dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan, dugaan ini didukung oleh adanya relief "Sri Tanjung" dan sayap gapura yang menggambarkan cerita peruwatan.
Mengenai penamaan Gapura Bajang Ratu pertama kali disebut dalam Oudheidkunding Verslag (OV) tahun 1915 para arkeolog berpendapat bahwa nama Bajang Ratu ada kaitannya dengan Raja Jayanegara dari Majapahit. Kata "Bajang" yang berarti "Bujang" atau "Muda" atau "Kerdil", menurut Kitab Pararaton dan cerita masyarakat terdahulu, Raja Jayanegara di nobatkan sebagai Raja Majapahit ketika masih kecil sehingga gelar "Bajangratu" melekat padanya.
Jika dilihat seksama bangunan Gapura Bajang Ratu terbuat dari batu bata merah yang memang identik kebanyakan candi-candi di Jawa Timur, gapura ini mempunya sayap disisi kiri dan kanannya pada setiap sisi yang mengapit anak tangga terdapat hiasan mirip singa dan binatang bertelinga panjang. Pada dinding candi terdapat relief Sri Tanjung, pintu candi dihiasi dengan relief kepala kala yang terletak di atas ambangnya. Atap candi berbentuk meru atau gunung dengan puncaknya ya persegi dihiasi dengan ukiran-ukiran dan terdapat relief matahari yang konon simbol matahari tersebut simbol Kerajaan Majapahit, bagian.


Aksi vandalisme di Gapura Bajang Ratu pun tidak terelakan sayang sekali bangunan cagar budaya yang kaya dengan sejarah dirusak oleh tangan tangan jahil, terlihat dibeberapa sudut gapura. Saya turut prihatin terhadap aksi tersebut, semoga mereka lebih menghargai daripada melakukan hal yang tidak terpuji.
Cukup saya berkunjung ke Gapura Bajang Ratu tujuan ke 4 adalah mengunjungi Pusat Informasi Majapahit atau bisa dikatakan Museum Trowulan.

No comments:

Post a Comment