Monday 23 April 2018

Candi Tikus Antara Tempat Pemujaan atau Sebuah Petirtaan


Setelah gagal berkunjung ke Pendopo Agung Trowulan saya melanjutkan destinasi wisata menuju Candi Tikus sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Kira-kira kenapa ya disebut Candi Tikus? Biasanya penamaan candi itu sesuai dengan nama daerah dimana candi tersebut mendiaminya. Usut punya usut ternyata konon menurut penduduk setempat tempat tersebut merupakan sarang tikus.
Lokasi Candi tikus dari jalan raya Mojokerto-Jombang belok ke arah jalan Trowulan kita akan melewati Kolam Segaran, Pusat Informasi Majapahit kemudian ada perempatan belok kiri melewati Gapura Bajang Ratu sekitar 600 m dari Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus berada.


Kesan pertama ketika saya berkunjung ke Candi Tikus adalah rapi, damai belum ada pengunjung selain saya sendiri. Nampak taman-taman hijau disekitar Candi Tikus sejuk dipandang. Candi Tikus sebenarnya telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985.
Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.

Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya.

Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.

Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit.
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m.
Di atas bangunan ini terdapat sebuah "menara" setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara. Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini.

Pancuran yang ada disekitar candi mengingatkan saya akan hal yang sama di Candi-candi lainnya yaitu Jaladwara tapi saya belum tahu apakah sama dengan Padma. Oleh sebab itu Candi Tikus diperkirakan sebagai petirtaan atau pemandian namun memang bukti-bukti tersebut belum ditemukan.


Pagi ini cuaca terik sangat panas setelah puas berkeliling di sekitar Candi Tikus saya pun melanjutkan perjalanan menuju Gapura Bajang Ratu sekitar 600 meter dari Candi Tikus dengan berjalan kaki.

No comments:

Post a Comment