Saturday 20 October 2018

Candi Banyunibo




Puas berkunjung ke Tebing Breksi saya melanjutkan perjalanan untuk kembali ke pusat Kota Yogyakarta sekalian berkunjung ke candi Banyunibo. Dari Tebing Breksi ke Candi Banyunibo sekitar 5.8 km ditempuh hanya 16 menit memakai gmaps. Candi Banyunibo teletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.

Candi yang cukup menarik perhatian saya ini bentuknya sedikit berbeda dengan kebanyakan candi-candi yang pernah saya kunjungi pertama letaknya yang dikelilingi oleh sawah. Dilihat disetiap dari bangunan Candi Banyunibo terdapat hiasan Jaladwara yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air ketika hujan, uniknya candi ini atapnya berbentuk limas atau mirip kubah yang datar ditambah ditengahnya terdapat stupa.



Tepat di atas ambang pintu, terdapat hiasan Kalamakara tanpa rahang bawah. Di bagian dalam dinding, di atas ambang pintu, terdapat pahatan yang menggambarkan Hariti, dewi pelindung anak-anak, jika saya tidak salah relief Hariti ini pun terdapat di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah. Hiasan Hariti ini sedang duduk bersila diapit oleh dua ekor burung merak. Di sekeliling wanita itu terdapat anak-anak kecil yang menggambarkan Kuwera, dewa kekayaan, sedang duduk duduk dengan tangan kanan tertumpu paha. 



Di atas ambang jendela terdapat hiasan Kalamakara, sedangkan di kiri dan kanannya terdapat pula relief-relief yang saya tidak ketahui 



Di halaman candi terdapat sepasang arca lembu dalam posisi duduk. Tidak tahu kenapa arca lembu ini berada diluar dari candi, apakah memang dari dulu atau memang sudah dipindahkan.

Saturday 13 October 2018

Tebing Breksi di Perbukitan Ngelanggeran


Setelah berkunjung ke Candi Barong saya melanjutkan perjalanan menuju Tebing Breksi salah satu tempat wisata baru di D.I. Yogyakarta sekitar 1.9 km dari Candi Barong atau sekitar 10 menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Sesuai dengan namanya Tebing Breksi tempat wisata ini merupakan perbukitan terlihat disini Bandara Adisucipto dari ketinggian, dipaling puncak Perbukitan Breksi ini pula terdapat Candi Ijo, candi yang diklaim tertinggi di D.I. Yogyakarta.

Sebelum menjadi tempat wisata, dahulu Tebing Breksi adalah lokasi penambangan batuan alam namun ditutup pada tahun 2014 setelah adanya penelitian bahwa Tebing Breksi merupakan batuan yang berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran. Oleh sebab itu areal pertambangan ditetapkan sebagai lokasi yang dilindungi serta aktivitas penambangan batuan dihentikan. 

Penduduk yang mengandalkan hidupnya dari aktivitas penambangan batuan harus berhenti sebagai gantinya areal penambangan disulap menjadi lokasi wisata. Sisa-sisa areal penambang yang mempunyai bentuk unik dan patahan-patahan serta ukiran di areal sisa penambangan menjadikan potensi wisata untuk photo-photo, ketika saya berkunjung kesana belum ada tiket masuk hanya meminta sumbangan seikhlasnya saja, paling untuk parkir dikenakan biaya parkir Rp2.500,-

Untuk fasilitas disini sudah cukup lengkap area foot court, cafe-cafe fasilitas toilet, mushola, gazebo tempat beristirahat dan menara gardu pandang lengkap tersedia. Menghela rasa lelah saya pun beristirahat disebuah bale, menikmati semilir angin yang berhembus walau matahari saat itu sangat terik

Friday 5 October 2018

Candi Barong


Setelah berkunjung ke Candi Sojiwan saya melanjutkan perjalanan menuju Candi Barong sekitar 3 km dari Candi Sojiwan, mengandalkan Google Map tidak sulit untuk menemukan candi tersebut. Suasana sepi terasa damai ketika sampai dilokasi ditambah cuaca semakin tering menjelang tengah hari, taman taman disekitar candi terawat dengan baik

Puncak dari Candi Barong terlihat ada gerbang paduraksa (Paling Kecil)

Tangga menuju teras kedua Candi Barong

Untuk menuju pusat dari candi saya masuk dari sebelah barat kemudian melalui anak tangga, jika saya lihat bangunan suci umat Hindu ini nampaknya seperti berteras-teras ada 3 teras dengan jalan melalu tangga-tangga. Di tangga teras ketiga saya melihat ukiran berupa tanaman kalpataru. Di puncak tangga terdapat gerbang beratap yang biasa disebut Gerbang Paduraksa dan seperti pada umumnya diatas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kalamakara.

Tidak begitu lama saya berada di Candi Barong karena sudah terik matahari saya pun melanjutkan perjalanan menuju Tebing Breksi sekaligus beristirahat.

Friday 28 September 2018

Candi Sojiwan


Setelah berkunjung ke 3 Candi di kawasan Taman Wisata Candi Prambanan saya kembali untuk mengunjungi sebuah candi masih dikawasan perbatasan D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah tepatnya sebelah selatan dari Candi Prambanan, melewati jakur kereta api Yogyakarta - Surabaya. Candi Sojiwan atau Sajiwan yang berlatar agama Buddha, terlihat banyak relief-relief seperti relief binatang bersayap mungkin burung garuda dan sepasang pria. Nampak diberbagai sudut candi terdapat batu-batu yang tersusun sepertinya batu baru. 


Candi Sojiwan memang sekarang terlihat cantik setelah dipugar, bahkan TWC Prambanan pun menawarkan paket wisata menuju Candi Sojiwan. 


Setelah berkunjung hanya 15 menit saya melanjutkan perjalanan menuju Candi Barong tidak jauh dari Candi Sojiwan sekitar 3 km 


Friday 21 September 2018

Candi Sewu

Candi Sewu tampak dari depan, Arca Dwarapala saling berhadapan seakan menyambut kedatangan wisatawan

Terakhir kunjungan saya di Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan adalah berkunjung ke Candi Sewu. Secara administratif Candi Sewu berada di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi yang berlatar agama Buddha yang merupakan candi yang lebih tua dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Candi Sewu pun merupakan candi buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur.

Candi yang dibangun Raja Rakai Panangkaran dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8  sekitar tahun 746-782 masehi dan Rakai Pikatan sebenarnya beragama Hindu namun sebenarnya Kerajaan Mataram Kuno pada masa tersebut mendapat pengaruh dari Wangsa Syailendra yang membuat Candi Borobudur candi Buddha terbesar di dunia.

Candi Utama dari Candi Sewu

Nama Candi Sewu yang dalam bahasa jawa berarti "seribu" menunjukan bahwa candi yang tergabung dalam gugusan Candi Sewu cukup banyak walaupun memang tidak sampai 1000 candi hanya 249 candi yang terdiri atas 1 candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara serta 240 candi perwara. Yang unik ketika saya akan menuju gerbang masuk Candi Sewu sepasang Arca Dwarapala yang saling berhadapan seakan akan menyambut para pengunjung yang tiba di Candi Sewu ini. Jika saya lihat Arca Dwarapala yang ditempatkan diatas lapik dengan posisi satu kaki berlutut yang lainnya ditekuk, dan satu tangannya memegang Gada.  Candi ini belum sepenuhnya selesai masih dipugar beberapa tempat masih terliat mungkin ribuan batu andesit yang berserakan seperti puzzle besar yang harus disusun secara benar dan tidak mudah untuk melakukan hal tersebut. Candi Sewu dan Candi Prambanan di yakini sebagai candi dalam legenda Rara Jonggrang yang dibangun dalam satu hari.

Candi Pengapit dan Candi Perwara yang mengelilingi candi utama

Berjalan menusuri lokasi candi saya menuju ke candi utama diawal tangga terdapat pahatan kepala naga dengan mulut menganga lebar dalam mulut naga tersebut terdapat pahatan arca Buddha dalam posisi duduk. Bergerak menelusuri anak tangga, masuk pintu terdapat pahatan kalamakara dihiasi kepala naga yang dimulutnya terdapat pahatan singa sangat detail saya lihat pahatannya, begitu indah menurut saya. Bayangkan dahulu kala dengan segala keterbatasannya dapat membuat sebuat seni pahatan yang luar biasa tak ternilai harganya. Beralih menuju candi perwara dan candi apit yang mengelilingi candi utama, jadi disetiap sisi terdapat sepasang candi apit atau candi yang berada ditengah diantara candi utama dan candi perwara. Tidak begitu luas memang candi apit yang berdiri mungkin sekitar 1 m disana pula terdapat relief-relief yang saya tidak ketahui, dinding terdapat relief sosok manusia. Kemudian jumlah yang lebih banyak yaitu candi perwara ada bangunannya yang masih utuh dan banyak pula yang masih dalam keadaan rusak layaknya sebuah onggokan tidak beraturan.

Reruntuhn candi yamg belum dipugar

Candi yang berada di Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan adanya Candi Sewu, Candi Lumbung dan Candi Bubrah yang berlatar agama Budha dan Candi Prambanan yang berlatar agama Hindu yang berdekatan menujukan bahwa ada nya kehidupan harmonis dan toleransi antar umat beragama. Selesai berkunjung ke kompleks TWC Prambanan untuk melanjutkan perjalanan menuju Candi Sojiwan tidak jauh dari TWC Prambanan diperbatasan Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.

Friday 14 September 2018

Candi Lumbung Candi Utama dan Perwara

Pintu masuk Candi Lumbung sebelah barat

Kunjungan di pagi hari ini saya fokuskan ke candi di luar percandian Rara Jonggrang setelah berkunjung ke Candi Bubrah saya berkunjung ke Candi Lumbung. Candi Lumbung terletak di Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan dan secara administratif berada di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi Lumbung berlatar agama Buddha yang dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerjaaan Mataram Kuno. Candi ini sedang dalam masa pemugaran dimana candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama yang berada di tengah dan candi perwara atau candi pendamping sebanyak 16 candi yang mengelilingi candi utama.

Siluet Candi Lumbung posisi membelakangi candi, indah bukan?

Suasana masih sejuk dan tidak banyak orang yang berkunjung serasa milik sendiri, mengeksplorasi dan berkeliling candi dengan tenang. Terlihat candi utama belum berwujud secara utuh, masih bagian-bagian yang belum selesai dipugar terutama dibagian atap dari candi, sedikit saya menenemukan relief-relief seperti sesosok pria dan wanita kemudian ditangga menuju candi utama dikiri dan kanan mengapit tangga terdapat relief kuwera dan hariti. Sosok seperti kepala naga yang menganga mulutnya dimana mulut tersebut terdapa sesosok singa atau apa saya pun tidak begitu jelas melihatnya. Selain candi utama ada juga bangunan kecil candi perwara atau candi pendamping, tidak terlalu besar dan beberapa objek saya lihat di candi perwara terdapat relief-relief seperti relief kepala kala jika saya tidak salah melihat.

Candi utama

Candi perwara atau pengapit

Setelah puas saya melanjutkan ke candi berikutnya tidak jauh dari Candi Lumbung yaitu Candi Sewu yang merupakan candi terbesar Buddha kedua setelah Candi Borobudur

Friday 31 August 2018

Candi Bubrah di Kompleks TWC Prambanan


Kali ini saya akan berkunjung ke Candi Bubrah, candi ini berada di Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, oleh karena itu pintu masuk Candi Bubrah menuju Candi Prambanan atau Percandian Rara Jonggrang. Jadi Komplek Taman Wisata Candi Prambanan bukan hanya Candi Prambanan saja namun ada Candi Bubrah, Candi Lumbung dan Candi Sewu. Hanya mungkin kalah pamor saja dibandingkan Candi Prambanan, untuk mencapai ke Candi Bubrah bisa diakses melalui jalan kaki atau menyewa sepeda. 

Plate Name Candi Bubrah sebelah barat

Candi Bubrah secara letak administratif berada di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Tidak banyak informasi mengenai sejarah keberadaan Candi Bubrah ketika saya berkunjung ke candi tersebut selain petunjuk dan plate name candi. Dalam Bahasa Jawa kata "Bubrah" berarti Hancur atau berantakan, mungkin ketika diketemukan candi ini dalam keadaan hancur, candi yang berlatar agama Buddha ini, diperkirakan candi ini di bangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno sama halnya dengan Candi Sewu yang tidak jauh dari candi tersebut.

Siluet Candi Bubrah ketika matahari terbit, indah bukan?

Setelah pemugaran yang memang baru selesai wujud Candi Bubrah begitu menawan jauh dari kata hancur berantakan sesuai dengan kata "Bubrah" menurut BPCB Jateng, Candi Bubrah memiliki keunikan yang tidak dimiliki candi-candi Buddha lainnya. Antara lain, motif hiasan taman teratai yang mengisi lapik di bawah padmasina pada Dhyani Buddha. Jika saya amati keadaan Candi Bubrah setelah pemugaran banyak terselip batu-batu andesit baru, sebagai tambal sulam bagian yang mungkin sudah hilang. Wajar saya sangat sulit untuk menata ratusan batu bak puzzle yang harus dipecahkan. Terlihat pula sedikit relief-relief di dinding candi, dipintu masuk sepertinya ada hiasan kepala kala dan di tangga awal terdapat dua kepala naga yang didalam mulutnya seperti ada singa, disini pun saya melihat ada Jaladwara sebuah sistem pengairan dahulu kala.

Disini saya tidak berlama-lama ketika berkeliling candi ada seekor ular disela-sela batu andesit pada dinding kaki candi, takut ada sesuatu yang terjadi saya putuskan untuk menghindar dan melanjutkan perjalanan menuju Candi Lumbung.

Tidak lupa saya berfoto sebelum meninggalkan candi

Friday 24 August 2018

Monumen Yogya Kembali


Disaat selesai berkunjung ke Pantai Pandansari tujuan saya kembali ke Kota Yogyakarta, sekalian berkunjung ke Monumen Yogya Kembali walaupun memang waktu cukup terbatas. Dari Menara Suar Pantai Pandansari menuju Monumen Yogya Kembali berjarak sekitar 38 km di tempuh oleh kendaraan bermotor sekitar 60 menit. Angin yang cukup kencang dan cuaca yang tidak terlalu panas, membuat perjalanan saya terkantuk-kantuk. Waktu perjalanan pun terasa sangat lama karena motor saya bawa santai tidak terburu. Selalu mengandalkan Google Maps untuk berkunjung kemanapun, jalur yang saya lewati dari Menara Suar Pantai Pandansari menuju Monumen Jogja Kembali adalah melewati Jalan Pantai Samas, Jalan Srandakan, Jalan Brigjend Katamso, Jalan Diponegoro, menelusuri Jalan Gua Selarong, baru kita melewati Jalan Ring Road Selatan, Jalan Ring Road Barat lalu ke Jalan Ring Road Utara. Tidak sulit menemukan Monumen Yogya Kembali karena bentuk bangunannya yang unik.


Sesampainya di Monumen Jogja Kembali sudah sangat sore, sekitar 45 menit lagi akan tutup akibatnya saya tidak terlalu banyak ruangan yang saya eksplorasi karena keterbatasan waktu, memang untuk berkunjung ke Monumen Jogja kembali tidak direncanakan dalam liburan saya kali ini, hanya sekadar untuk mengisi kekosongan waktu.

Menurut sejarah Monumen Yogya Kembali ini dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 peletakan batu pertama dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Kolonel Soegiarto sebagai penggagas yang juga sebagai Walikota Yogyakarta pada tahun 1983 sebagai peringatan dari peristiwa sejarah ditariknya tentara kependudukan Belanda dari Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta saat itu tanggal 29 Juni 1949. Ini adalah awal bebasnya Bangsa Indonesia dari belenggu kekuasaan Pemerintah Belanda. Ada yang unik dari pembangunan Monumen Yogya Kembali ini, pembangunan Monumen Yogya Kembali tidak terlepas dari titik pusat secara garis lurus imajiner mengubungkan beberapa titik. Diantaranya adalah Gunung Merapi, Tugu Yogya. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Panggung Krapyak dan Pantai Parangtritis.


Diawal saya sudah katakan jika Monumen Yogya Kembali ini bangunannya cukup unik, monumen yang berdiri megah ini bentuk arsiteknya mengerucut seperti gunung yang bermakna kesuburan. Monumen ini terdiri dari 3 lantai, lantai pertama berisi museum, auditorium, perpustakaan dan cafe kemudian di lantai dua terdapat 10 diorama yang menggambarkan perjuangan rakyak Yogyakarta untuk mempertahankan Republik Indonesia dari pendudukan Belanda mulai dari Desember 1948 - Juli 1949. Kemudian disepanjang sisi tangga terdapat relief-relief sejarah Indonesia sebelum kemerdekaan dan pasca kemerdekaan hingga pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia dari dunia internasional. Untuk lantai 3 saya sudah tidak bisa naik dikarenakan jam buka sudah habis sehingga kami tidak lama didalam Monumen Yogya Kembali, selebihnya saya mengelilingi sekitar halaman luar Monumen


Monumen Yogya Kembali.



Beberapa koleksi di Monumen Yogys Kembali

Lokasi Monumen Yogya Kembali 
Jalan Ring Road Utara, Sariharjo, Ngaglik Kab Sleman, D.I. Yogyakarta

Tuesday 7 August 2018

Menara Suar di Pantai Pandansari

Menara Suar (Mercusuar) yang berada di Pantai Pandansari

Puas bermain di Pantai Parangtritis saya melanjutkan perjalanan wisata, tetap masih menuju pantai namun ada yang beda disini saya akan berkunjung ke sebuah Pantai yang mempunyai menara suar atau sering yang kita sebut mercusuar, namanya Pantai Pandansari. Pantai Pandansari ini merupakan pantai yang masih berlokasi di Kabupaten Bantul tepatnya di Desa Patehan, Kelurahan Srigading, Kecamatan Sanden. Disebut Pantai Pandansari karena dipantai ini terdapat banyak tanaman pandan (Pandanus amaryllifolius) yang tumbuh liar, saya pun sedikit melihat tumbuhan pandan yang cukup besar dengan duri-duri nya berada di pantai, namun cukup kering mungkin karena musim kemarau.


Jarak dari Pantai Parangtritis dengan Pantai Pandansari sekitar 14 km dengan waktu tempuh 24-30 menit, menelusuri jalan Parangtritis kemudian melewati Jembatan Kretek, bergerak ke kiri menuju jalan Pantai Samas ouh ya jalur menuju Pantai Pandansari sama seperti menuju Pantai Samas jalan baru ini diproyeksikan sebagai jalan utama menuju Bandara Kulon Progo NYIA (New Yogyakarta International Airport) yang sedang di bangun Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta. Disepanjang jalan dekat Pantai Samas atau menuju Pantai Pandansari terdapat tempat wisata bunga matahari tersebar dibeberapa titik, cocok untuk penggemar selfie. Berbagai bunga warna warni menyegarkan mata kita, banyak juga yang berkunjung mungkin karena high season seperti sekarang ini. 

Hanya membayar Rp10.000,- untuk tiket masuk Pantai Pandansari. Suasana Pantai Pandansari tidak terlalu ramai seperti Pantai Parangtritis, justru ini yang saya inginkan, namun untuk berenang cukup riskan disini gelombangnya cukup tinggi dengan angin yang sangat kencang sangat beresiko jadi saya hanya foto-foto saja. Untuk fasilitas saya lihat kurang begitu lengkap belum dikelola dengan baik, saya melihat banyak sampah-sampah plastik yang berserakan di tepi pantai, pengunjung pun tidak terlalu ramai masih bisa dihitung dengan jari.

Pintu Masuk ke Menara Suar

Berlanjut kita menuju Menara Suar Pantai Pandansari, menara ini mempunyai tinggi sekitar 40 meter yang dikelola oleh kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Direktorat Kenavigasian. Namun disini bernama Menara Suar Samas bukan Pandansari, untuk Pantai Samas tersebut terletak di sebelah timur tidak jauh dari Pantai Pandansari. Cukup membayar Rp5.000,- kepada petugas jaga tanpa ada tiket atau semacam karcis. Menelusur anak tangga yang memutar cukup melelahkan juga menaiki tangga sekitar 40 meter bagi saya yang jarang berolahraga, sesekali menghela nafas, di beberapa bagian terdapat semacam jendela yang mengarah ke laut sehingga bisa melihat pemandangan diluar. Tak ketinggalan disudut dari menara suar sering dijumpai kotoran burung entah burung apa sehingga membuat aroma bau tidak sedap.

Suasana Pantai di separuh menara suar kita bisa liat pemandangan indah bukan

Tangga demi tangga ditelusuri akhrinya mencapai puncak, dipuncak terdapat lampu berputar nya rotator, namun saya tidak tahu apakah lampu tersebut masih berfungsi atau tidak, ketika keluar dari lampu tersebut, hembusan angin sangat-sangat kencang menerpa tubuh saya seakan-akan tersapu bukan tersipu. Akhir-akhir ini memang gelombang laut dan angin sangat begitu ganas, ketika berada di balkon menara suar pun saya harus berpegangan, sesekali mengabadikan momen tersebut sayang jika dilewatkan, akan tetapi kita harus menjaga keselamatan masing-masing karena cukup bahaya jika angin yang berhembus begitu kencang. 

Pemandangan yang indah bukan? (Dibelakang maksudnya) titik sisi sebelah barat dari pantai

Pemandangan dari titik sebelah timur pantai

Puas mengabadikan momen tersebut kita kembali turun dari menara suar tersebut, lelah naik turun tangga, sejenak duduk-duduk di bawah pohon, merasakan hembusan angin laut sambil memakan camilan yang sengaja saya bawa. Seharian puas berkunjung ke Gumuk Pasir Parangkusumo, Pantai Parangkusumo kemudian Pantai Parangtritis dan sekarang di Pantai Pandansari kita akan kembali ke Kota Yogyakarta, saya akan berkunjung ke Monumen Jogja Kembali jika masih buka.

Friday 20 July 2018

Pantai Parangtritis


Ini dia tujuan wisata yang ketiga saya menjelajahi selatan Provinsi D.I. Yogyakarta, adalah Pantai Parangtritis, pantai ini merupakan pantai yang terkenal dan terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Sebenarnya yang saya kunjungi adalah Pantai Parangtritis yang baru, lokasi nya agak ke barat dari Pantai Parangtritis lama, tidak jauh dari Pantai Parangkusumo. Jika berkunjung sebaiknya sore hari menjelang matahari terbenam merupakan pemandangan yang terbaik disini. 

Pada dasarnya Pantai Parangtritis bukan tipikal pantai yang bisa digunakan untuk mandi, banyaknya korban tenggelam di Pantai Parangtritis selama ini sudah membuktikan bahwa pantai ini memang cukup berbahaya untuk mandi. Karakter laut selatan ini cukup untuk dilihat keindahannya saja, selain disebabkan gelombang yang tinggi di pantai ini pun terdapat palung atau jurang laut yang berbahaya. Pada saat posisi pergerakan air sedang surut, biasanya pengunjung lebih leluasa maju ke depan dari laut tersebut namun tiba-tiba kena palung dan tergulung gelombang yang datang kearah pantai. Untuk itu kalian tetap waspada jika akan berenang atau main air jangan terlalu maju, nikmati keindahan Pantai Parangtritis jauh lebih aman, perlu kalian ketahui juga ada zona-zona yang dilarang untuk mandi atau berenang jadi jangan mengabaikan larangam tersebut, bisa-bisa bukan berwisata malah tertimpa kemalangan.


Seperti Pantai Parangkusumo di pantai Parangtritis pun penuh misteri karena masyarakat setempat bahkan diyakini oleh wisatawan pun jika Pantai Parangtritis adalah pintu gerbang istana kerajaan laut selatan yang merupakan bagian dari kekuasan Ratu Pantai Selatan ada pula salah satu mitos di Pantai Parangtritis yakni tentang Ratu Pantai Selatan yang menyukai benda-benda yang berwarna hijau, jika berada di Pantai Parangtritis jika ada seseorang yang memakai pakaian hijau dapat diseret kelaut untuk diajak menjadi prajuritnya. Percaya tidak percaya itu bagaimana kalian menanggapinya, yang penting kita sebagai wisatawan yang berkunjung ketempat yang belum pernah dikunjungi kira-kira bersikap santun itu jauh lebih baik, tapi terlepas dari mitos yamg ada disekeliling Pantai Parangtritis kita tetap harus waspada karena sudah dijelaskan diatas jika karakteristik Pantai Parangtritis adalah gelombang yang besar dan adanya palung atau jurang laut yang berbahaya. 


Nah jika untuk berenang di Pantai Parangtritis beresiko jangan khawatir berbagai fasilitas hadir di Pantai Parangtritis dari fasilitas wisata seperti Naik Andong, ATV (All Terrain Vechile) untuk menelusuri sekitar pantai, kolam pemandian untuk anak, spot selfie untuk yang hobi berfoto ditambah aneka kuliner yang tersebar dan banyak pilihan, untuk souvenir khas Pantai Parangtritis pun ada disini bahkan penginapan murah hadir disini untuk melengkapi liburan kalian.


Tiket Masuk Parangtritis (Juli 2018) 
Rp9.750 + Asuransi Rp250 
Bisa ditempuh dari Kota Yogyakarta sekitar 45-60 menit dengan jarak sekitar 28-30 km 

Tujuan terakhir saya akan berkunjung masih pantai, yaitu Pantai Pandansari namun ada keunikan tersendiri disini yaitu terdapat menara suar yang akan saya kunjungi....

Friday 13 July 2018

Pantai Parangkusumo


Pantai Parangkusumo merupakan pantai yang terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Sekitar 30 km dari Pusat Kota Yogyakarta bisa di tempuh oleh kendaraan bermotor sekitar 45-60 menit. Pantai Parangkusumo yang tidak jauh dari Gumuk Pasir Parangkusumo hanya sekitar 200 meter, tiba di pantai angin kencang sekali yang membawa material pasir sehingga cukup berbahaya bila kena mata. Material pasir tersebut yang terbawa tersebut menjadi tidak nyaman jika kita berlama-lama di Pantai Parangkusumo, terlihat pantai tersebut tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan, kantung-kantung parkir terlihat cukup sepi, apalagi pedagang kurang terlihat akibat efek angin yang membawa material pasir yang bakal menganggu penglihatan kita. Agar mata kita tidak kemasukan material pasir lebih baik kita langsung menuju bibir pantai sekita 5-10 meter dari bibir pantai cukup basah sehingga material pasir tidak terbawa oleh angin. 


Pantai Parangkusumo memang tidak terlalu banyak pengunjungnya seperti Pantai Parangtritis yang notabene terkenal oleh wisatawan lokal maupun asing, terlihat pengunjung yang bermain-main di bibir pantai. Kondisi pantai memang tidak bagus karena sedang tinggi-tingginya ombak dengan angin yang sangat kencang.



Pantai yang Penuh Misteri 

Awal mula sebelum menuju Gumuk Pasir Parangkusumo disebelah kiri jalan terlihat ada suatu bangunan dengan batu yang ada didepannya, awalnya saya sangat penasaran tempat apa itu, namun terlihat seperti misterius, sakral dan cukup membuat bulu kuduk merinding sehingga saya mengurungkan niat untuk berfoto disitu. Namun rasa penasaran saya masih belum berakhir akhirnya saya bertanya ke masyarakat setempat yang pada intinya adalah seperti ini

Tempat yang saya kunjungi ternyata namanya Puri Cepuri menurut keterangan penduduk setempat kesakralan tempat ini semakin terasa ketika anda melihat taburan kembang setaman dan serangkaian sesajen di Batu Cinta yang terletak di dalam Puri Cepuri, tempat Panembahan senopati bertemu dengan Ratu Pantai Selatan dan membuat perjanjian. Senopati kala itu duduk bertapa di batu yang berukuran lebih besar di sebelah utara sementara Ratu Pantai Selatan menghampiri dan duduk di batu yang lebih kecil di sebelah selatan.

Pertemuan Senopati dengan Ratu Pantai Selatan itu mempunyai rangkaian cerita yang unik dan berpengaruh terhadap hubungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Kraton Bale Sokodhomas yang dikuasai Ratu Pantai Selatan. Semuanya bermula ketika Senopati melakukan pertapa untuk menyempurnakan kesaktian. Sampai di saat tertentu pertapaan, tiba-tiba di pantai terjadi badai, pohon-pohon di tepian tercabut akarnya, air laut mendidih dan ikan-ikan terlempar ke daratan.

Kejadian itu membuat Ratu Pantai Selatan menampakkan diri ke permukaan lautan, menemui Senopati dan akhirnya jatuh cinta. Senopati mengungkapkan keinginannya agar dapat memerintah Mataram dan memohon bantuan Ratu Pantai Selatan. Sang Ratu akhirnya menyanggupi permintaan itu dengan syarat Senopati dan seluruh keturunannya mau menjadi suami Ratu Pantai Selatan. Senopati akhirnya setuju dengan syarat perkawinan itu tidak menghasilkan anak.

Masyarakat Yogyakarta masih menyakini bahwa ada "hubungan spesial" antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Penguasa Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul. Pantai Parangkusumo adalah salah satu pantai yang dikeramatkan oleh penduduk setempat dan dianggap sebagai gerbang utama menuju Kraton Gaib Laut Selatan yang menguasai laut selatan (Samudera Hindia). Berbagai acara labuhan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat digelar di Pantai Parangkusumo yang merupakan simbol ikatan dan kekuasaan antara keraton dan penguasa laut selatan. Memang banyak sekali cerita misteri di pantai ini, namun kita alihkan perhatian tersebut untuk menikmati Pantai Parangkusumo dengan sopan dan menjaga tata krama ketika sedang berada di Pantai Parangkusumo sebagai bentuk hormat kita sebagai tamu yang sedang berkunjung.


Monday 9 July 2018

Gumuk Pasir Parangkusumo


Setelah gagal berkunjung ke Pesawahan Sukorame di Dlingo, Kab Bantul saya melanjutkan perjalanan menuju destinasi di selatan Provinsi D.I. Yogyakarta menuju Gumuk Pasir yang berada di Parangkusumo masih di Kab Bantul. 
Gumuk Pasir Parangkusumo yang katanya mirip Gurun di Afrika banyak yang mengatakan aneh sekaligus kagum di Yogyakarta bisa hadir "Gurun" dengan pasir yang lembut disekitar Pantai Parangkusumo. Fenomena ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, menurut informasi bahwa keberadaan Gumuk Pasir Parangkusumo tidak lepas sari Gunung Merapi yang ada di bagian Utara Yogyakarta, pertanyaannya pasti "Gumuk Pasir berada di Selatan?" Selain itu Kali Opak, Kali Progo dan Pantai Parangtritis juga ikut berkontribusi terbentuknya Gumuk Pasir Parangkusumo. 


Gumuk pasir ini memang sebagai "karya seni" yang dibuat secara alami oleh alam. Jika berkunjung ke Gumuk Pasir, kalian akan melihat lautan pasir luas dengan hiasan berupa gundukan-gundukan pasir alami dengan berbagai bentuk dan ukuran, serta memiliki gundukan pasir dengan ketinggian berbeda – beda. Alhasil tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata unik yang dipengaruhi oleh penghalang material pembentuk gumuk pasir yang berupa vegetasi kemudin kecepatan angin, juga arah angin. Disebutkan kalau Gundukan pasir yang terkumpul disini adalah merupakan material yang berasal dari abu vulkanik Gunung Merapi yang berada di utara D.I. Yogyakarta. Aneh kan? Tetapi yang jelas material vulkanik dari gunung yang berada di utara yogyakarta tadi terbawa oleh aliran Sungai Opak, Sungai Progo dan sungai-sungai lainnya hingga akhirnya sampai ke Pantai Parangtritis. Bisa di mengertikan? 

Material vulkanik tersebut terbawa hingga lautan, dan terombang-ambing oleh ombak laut selatan yang ganas tanpa arah. Kemudian, perlahan tapi pasti material tadi hancur, menjadi lebih tipis dan berubah menjadi debu-debu halus yang akhirnya sampai ke tepi pantai. Yang terjadi kemudian, debu tadi diterbangkan oleh angin, yang memang angin di Pantai Parangkusumo sangat kencang hingga material pasir terbawa hingga menjadi gundukan-gundukan yang disering disebut Gumuk Pasir Parangkusumo. Lama kelamaan seiring waktu Gumuk Pasir Parangkusumo tersebut akhirnya semakin melebar meninggi karena tiupan angin sepanjang tahun.

Gumuk Pasir Parangkusumo ini benar-benar mirip dengan gurun ya dimana mana pasir, saat ini Gumuk Pasir Parangkusumo menjadi tujuan wisata oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri, terlihat disana saat saya berkunjung turis asing dari Malaysia, Inggris dan Amerika sedang mencoba permainan Sandboarding untuk menuruni bukit Gumuk Pasir.
Untuk menuju ke Gumuk Pasir Parangkusumo lokasinya tidak jauh dengan Pantai Parangtritis, disarankan untuk berkunjung ke sini menggunakan pribadi dikarenakan sulit sekali untuk mencari kendaraan umum. Spot Gumuk Pasir lebih bagus untuk dikunjungi pada sore menjelang matahari terbenam agar tidak terlalu panas. Untuk tiket masuk Gumuk Pasir adalah Gratis tidak bayar, hanya kita membayar tiket parkir yang dikelola oleh masyarakat setempat.


Sekilas video di Gumuk Pasir Parangkusumo

Wednesday 4 July 2018

Puncak Kebun Buah Mangunan

Hari kedua di Yogyakarta akan berkunjung ke Kebun Buah Mangunan untuk menikmati Sunrise, dari tempat menginap kita akan berangkat sekitar 05:00-05:30 perjalanan dari The Packer Lodge Hotel ** sekitar 23 km ditempuh dengan kendaraan sepeda motor dengan waktu kurang lebih 60 menit


Mengenal Puncak Kebun Buah Mangunan

Mungkin kalian sedikit banyak belum mengenal tempat wisata ini, kebanyakan kita mengenal Malioboro, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pasar Beringharjo, Candi Prambanan dll. Namun banyak sekali tempat wisata yang ada di D.I. Yogyakarta yang pastinya belum kalian ketahui.

Kebun Buah Mangunan ini berlokasi di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.  Tempat wisata Kebun Buah Mangunan sendiri dibangun oleh pemerintah pada tahun 2003 yang memiliki luas lahan sekitar 23 hektar. Disini banyak ditanami berbagai pohon dan buah-buahan seperti Mangga, Jeruk, Rambutan, Durian dan Manggis. Pohon-pohon yang ada disini seperti Pohon Jati, Pohon Pinus, Pagar Hidup dll. Selain buah-buahan yang ada justru yang lebih terkenal dari Kebun Buah Mangunan justru Negeri di atas awan, sebuah gardu pandang dimana tempat wisata ini berada diketinggian 200 m dari permukaan laut.


Sehingga ketika berdiri di gardu pandang ini kita akan disuguhi oleh pemandangan yang luar biasa indah ketika gunung-gunung diselimuti oleh gumpalan-gumpalan awan di pegumungan sewu serta udara yang dingin dan sejuk. Sayang ketika saya berkunjung sedang musim kemarau, pepohonan cenderung kecoklatan seperti kekeringan tidak seluruhnya hijau. Namun tidak menyurutkan pengunjung untuk datang ke tempat ini

Rute Menuju Kebun Buah Mangunan

Jika kalian dari Pusat Kota D.I. Yogyakarta disarankan memakai kendaraan pribadi, wisatawan menuju perempatan Terminal Giwangan. Dari terminal kemudian terus kearah selatan melewati Jalan Imogiri Timur sampai bertemu pertigaan. Dari pertigaan belok ke kiri atau arah timur, banyak sekali tempat wisata disini salah satunya makam raja Yogyakarta di Imogiri. Dari pertigaan tersebut terus sampai kita menemukan pertigaan jalan kembali dan terdapat papan petunjuk menuju Taman Buah Mangunan, dan kalian harus hati-hati jalanan disini mulai berkelok-kelok maupun naik turun. Lalu lintas pun tidak terlalu ramai, namun tetap harus berhati-hati ketika akan berkunjung kesini.

Masih pagi namun sudah banyak orang yang berkunjung untuk melihat sunrise beserta pemandangan Pegunungan Sewu yang ditengahnya mengalir Sungai Oyo, wisata alam ini dijadikan objek berfoto dan selfi. Banyak yang mengabadikan momen sunrise disini dari sekadar smartphone sampai kamera yang profesional, saat itu memang saya tidak bisa melihat gumpalan-gumpalan awan mungkin dikarenakan saat ini sedang musim kemarau, selain itu pepohonan yang saya lihat tidak terlalu hijau, kelihatan seperti kering, namun tidak menyurutkan antusiasme pengunjung wisata ini. 

Puas berfoto di Kebun Buah Mangunan perut pun terasa lapar tapi jangan khawatir disini banyak warung-warung yang menjual berbagai makanan dari makanan berat seperti Nasi Goreng, Nasi Pecel sampai makan ringan pun ada disini, dan jangan khawatir harga makanan disini sangat bersahabat cocok untuk backpacker seperti saya. 

Setelah perut kenyang dan waktu kunjungan sesuai jadwal yang sudah saya buat sudah habis, saya akan melanjutkan perjalanan menuju ke Jembatan Sawah Sukorame sekitar 3 km dari Kebun Buah Mangunan ini.

Video mengenai tempat wisata Puncak Kebun Buah Mangunan

Harga Tiket Masuk 
Rp5.000,00-  / orang 
Parkir 
Tidak dipungut biaya
Lebih baik berkunjung dipagi hari ketika Matahari terbit sekitar jam 05:30-06:00

Thursday 21 June 2018

Trip Report With KA Pasundan Lebaran 7036


Akhirnya tiba hari ini saya akan mengisi liburan Idulfitri 1439 H dengan mengunjungi tempat wisata yang ada di Propinsi D.I. Yogyakarta. Ini adalah perjalanan saya kedua di tahun ini, namun kali ini saya tidak solo backpacker tapi berdua dengan teman. Walupun sudah sering mengunjungi Yogyakarta namun setiap kunjungan tentunya akan mencari tempat wisata yang baru tidak hanya itu-itu saja.

Tanggal 22 Juni 2018 kami berangkat menggunakan KA Pasundan Lebaran 7036 relasi Kiaracondong - Surabaya Gubeng, pembelian tiket pun secara mendadak karena memang wisata ini tidak direncanakan jauh-jauh hari. Jadi kami membeli tiket seadanya.



Berikut Agenda kami ketika berkunjung ke D.I. Yogyakarta 
Jumat, 22 Juni 2018 
05:00-06:00 (21 km) Berangkat menuju Stasiun Kiaracondong 
06:15 Simpan motor di Stasiun Kiaracondong
06:45-14:39 (323 km) Perjalanan menuju ke Stasiun Kutoarjo dengan KA Pasundan Lebaran 
15:50-17:10 (74 km) Melanjutkan perjalanan ke Stasiun Yogyakarta dengan KA Prameks 
18:00 Check in The Packer Lodge Hotel ** Yogyakarta + Menunggu kedatangan Motor
18:00-19:00 Istirahat 
19:00-21:00 Makan dan jelajah disekitar Malioboro, Fort Vredeburg, Tugu Supersemar, Kraton, Alun-alun. 

Sabtu, 23 June 2018
05:30-06:30 (20 km) Perjalanan menuju Taman Buah Mangunan 
06:30-08:30 Jelajah Taman Buah Mangunan 
08:30-08:45 (3 km) Perjalanan menuju Jembatan Sawah Sukorame
08:45-09:45 Jelajah Wisata Jembatan Sukorame 
09:45-10:45 (28 km) Perjalanan menuju Pantai Parangtritis
10:45-11:30 Jelajah Pantai Parang Tritis 
11:30-12:30 Istirahat, Makan Siang, Sholat (Di Pantai Parangtritis)
12:30-12:40 (2 km) Perjalanan menuju Gumuk Pasir Parangkusumo) 
12:40-13:30 Jelajah Gumuk Pasir Parangkusumo
13:30-14:00 Perjalanan menuju Mercusuar Pantai Pandansari 
14:00-15:30 Istirahat, Sholat Ashar
15:30-17:00 Jelajah Mercusuar Pantai Pandansari sekaligus melihat Sunset diketinggian 40 m dari atas Mercusuar. 
17:00-18:00 (30 km) Perjalanan kembali menuju The Packer Lodge Hotel ** Yogyakarta

Minggu, 24 June 2018
05:30-06:30 (18 km) Perjalanan menuju kompleks Candi Prambanan 
06:30-09:30 Menikmati Sunrise di Candi Prambanan, Jelajah Candi Syiwa, Candi Brahmana, Candi Vishnu, Candi Lumbung dan Candi Sewu 
09:30-09:40 (2 km) Perjalanan menuju Candi Sojiwan 
09:40-10:10 Jelajah Candi Sojiwan 
10:10-10:20 (2.9 km) Perjalanan menuju Candi Barong 
10:20-10:50 Jelajah Candi Barong 
10:50-11:00 (2.3 km) Perjalanan menuju Candi Banyunibo
11:00-11:30 Jelajah Candi Banyunibo
11:30-11:40 Perjalanan menuju Tebing Breksi 
11:40-13:00 Istirahat, Sholat, Makan
13:00-15:00 Jelajah Tebing Breksi 
15:00-15:10 Perjalanan menuju Candi Ijo 
15:10-16:00 Melihat Sunset di Candi Ijo, candi tertinggi di D.I. Yogyakarta
16:00-17:00 Perjalanan menuju pulang ke The Packer Lodge Hotel ** Yogyakarta 
18:00 Penyerahan Motor 
19:00 Istirahat

Senin, 25 June 2018 
05:00-07:00 Prepare pulang 
08:00 Check Out The Packer Lodge 
09:07-10:10 (74 km) Perjalanan menuju Stasiun Kutoarjo dengan KA Bogowonto 
10:15 Print Boarding Pass plus Check in Counter di Stasiun KA Kutoarjo 
11:10-19:59 (323 km) Perjalanan menuju Stasiun Kiaracondong 
20:15 Ambil motor di parkiran Stasiun Kiaracondong.


KA Pasundan Lebaran 7036 berangkat dari Stasiun Kiaracondong tepat jam 06:45 sampai di 
Stasiun Cicalengka 07:11-07:14
Stasiun Nagreg 07:27-0734 bersilang dengan KA Malabar Malang-Bandung 
Stasiun Leles 08:00-08:05 bersilang dengan KA Mutiara Selatan Malang-Bandung 
Stasiun Cipendeuy 08:52-09:00 
Stasiun Tasikmalaya 09:48-09:53
Stasiun Ciamis 10:16-10:18
Stasiun Banjar 10:43-10:48
Stasiun Cipari 11:15-11:20 bersilang dengan KA Lodaya relasi Solo Balapan - Bandung
Stasiun Kawunganten 11:42-11:46
Stasiun Jeruklegi 11:59-12:01
Stasiun Maos 12:16-12:18
Stasiun Kroya 12:36-12:51
Stasun Sumpiuh 13:23-13:30 bersilang dengan KA Argo Wilis relasi Surabaya Gubeng-Bandung
Stasiun Gombong 13:43-13:47
Stasiun Prembun 14:40-14:42
Stasiun Kutoarjo 14:51-14:55

Setelah sampai di Stasiun Kutoarjo kita langsung membeli tiket KRD Prambanan Ekspress tujuan Yogyakarta dengan keberangkatan 15:51 sambil menunggu kedatangan KA kita sejenak sholat dahulu. KRD Prambanan Ekspress 266 relasi Stasiun Kutoarjo - Stasiun Solobalapan dengan keberangkatan 15:55 telat 5 menit dari Jadwal. KA Prambanan Ekspress 266 tiba di Stasiun Yogyakarta jam 17:12 telat beberapa menit dari jadwal.