Thursday 22 February 2018

Makam Dalem Kaum Wiranatakusumah II

Matahari mulai meninggi ketika saya berkunjung ke Jalan Dalem Kaum, sebuah jalan yang dahulu penuh dengan pedagang kaki lima, setelah Walikota Bandung Ridwan Kamil merevitalisasi kawasan Jalan Dalem Kaum menjadikan kawasan ini bebas dari Pedagang Kaki Lima walaupun tidak 100% bebas masih ada beberapa pedagang yang berjualan di trotoar jalan dari jajanan sampai VCD/DVD bajakan yang memang sudah terkenal sejak dahulu.

Tidak jauh dari seberang Plaza Parahyangan terdapat jalan kecil atau gang Di gerbang gang tersebut terdapat tulisan yang berbunyi Situs Makam Rd. Wiranatakoesoemah II (Dalem Kaum) Bupati Bandung VI (1794-1829) “Pendiri Kota Bandung”
Makam itu jaraknya hanya beberapa meter saja dari mulut gang. Setelah beberapa langkah dari mulut gang, tak jauh dari plang Rumah Makan Khas Sunda Ampera. Bentengnya berwarna putih plang tentang Situs pun terdapat diluar makam.

Suasananya sangat berbeda dengan yang terjadi di Jalan Dalem Kaum. Meski masih terdengar pelan suara bising dari sana suasana makam tersebut terasa sepi. Deretan kuburan di Kompleks tersebut menambah nuansa sunyi di sana. Saya hanya bertemu dengan dua orang penjaga makam sepertinya yang sedang mencabuti rumput dan membersihkan lantai.

Permakaman ini tidak terlalu luasnya terdapat makam R.A.A. Wiranatakusumah II. Wiranatakusumah merupakan Bupati Kabupaten Bandung ke-6. Ia pendiri dan peletak dasar pembangunan kota Bandung. Ia berhasil mengubah hutan dan rawa menjadi pusat kota Bandung.


R.A.A. Wiranatakusumah II mendapatkan julukan Dalem Kaum karena dimakamkan di sana. Dalem merupakan nama penghormatan untuk seorang bupati saat ini.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, pertama Herman Willem Daendels (1808-1811), yang membangun Jalan Raya Pos (Postweg) antara Anyer – Panarukan. Jalan sepanjang 1.000 kilometer itu dibangun demi kelancaran Daendels menjalankan tugasnya di Jawa. Daendels meminta Bupati saat itu Rd. Wiranatakusumah II untuk mendirikan kota di pinggir Jalan De Groote Postweg (Jalan Raya Pos) Jl. Asia Afrika sekarang. Tahap awal pendirian kota dibangun sebuah komplek Alun-alun yang terdiri dari pendopo, bale bandung dan pasar yang berfungsi sebagai pusat kota. Sejak itu, Wiranatakusumah II yang dijuluki Dalem Kaum I dikenal sebagai perintis pembangunan gedung dan dijuluki Bapak Pendiri Kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan Surat Keputusan Bupati Bandung tanggal 25 September 1810.

Surat Keputusan tanggal 25 Mei 1810 untuk para Bupati di Tatar Jawa, agar memindahkan pusat pemerintahan atau Ibu Kota Kabupaten Bandung ke pinggir jalan raya. Saat itu kantor Kabupaten Bandung berada di Karapyak atau Dayeuhkolot.

Bupati Bandung keenam yang menjabat sejak 1794 itu meninggal tahun 1829 dan dimakamkan di belakang Mesjid Kaum (Mesjid Agung sekarang). Untuk itu kawasan tersebut dikenal dengan nama Jl. Dalem Kaum.

Di Alun-alun Bandung sebelah barat dibangun mesjid besar dengan arsitektur Jawa berupa menara bertingkat dan ujungnya runcing. Masjid ini berfungsi juga untuk tempat menikahkan orang-orang di depan penghulu. Hingga terkenallah sebutan bagi orang yang akan menikah dengan sebutan “Ka Bale Nyungcung”. Masjid Kaum awalnya dibuat dari bahan kayu beratap rumbia dan daun ijuk. Pada tahun 1850 dirombak total dengan tembok dan genting.

Selain R.A.A. Wiranatakusumah II disini juga terdapat makam istri R.A.A Wiranatakusumah II Nyi Rd Ayu Kendran, lalu Bupati Bandung ke-15 Rd Tumenggung Male Wiranatakusumah (1948-1956), Rd. Mochamad Soleh Hoofd atau sebagai penghulu di Kabupaten Bandung. Makam-makam tersebut berada dalam satu atap. Di luar tempat makam-makam itu masih banyak terdapat makam-makam yang ada disekeliling nya


Makam Nyi Rd Ayu Kendran istri dari R.A.A Wiranatakusumah II


Makam Rd Tumenggung Male Wiranatakusumah


Makam Rd. Mochamad Soleh

No comments:

Post a Comment