Tuesday 6 February 2018

Refreshing di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda


Akhirnya kesampaian juga bisa berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda bersama teman-teman kerja.

SEJARAH
Taman terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda berbentuk hutan lindung dengan nama Hutan Lindung Gunung Pulosari. Perintisan taman ini mungkin sudah dilakukan sejak tahun 1912 bersamaan dengan pembangunan terowongan penyadapan aliran sungai Cikapundung (kemudian hari disebut sebagai Gua Belanda), namun peresmiannya sebagai hutan lindung baru dilakukan pada tahun 1922.

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.

Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan dan mendapat dukungan dari Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Soejarwo (Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu meninggalnya Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja (Ir. H. Djuanda) , maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan Dago dinamakan jalan Ir. H. Djuanda.

Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor.

Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Gubernur Mashudi sebagai Kebun Raya Hutan Rekreasi Ir. H. Djuanda yang kemudian menjadi embrio Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat).

Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat.

Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK. Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980.

Pada tahun 1985, Mashudi dan Ismail Saleh sebagai pribadi dan Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya.

Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.

Link Terkait :



Untuk menjamin susksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor : 192/Kpts-II/1985 membentuk Badan Pembina Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pembangunan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Cukup melelahkan jika dijangkau dengan jalan kaki.

Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur dan sumber air pun sangat bagus, terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 spesies. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya.


Tidak hanya flora saja tetapi fauna yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda beragam sesekali saya melihat tupai, burung-burung dan kebanyakan kawanan monyet yang sering menampakan diri


Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Jawa Barat


Kunjungan

Taman Hutan Raya atau Tahura atau THR Ir. H. Djuanda. Dapat dikunjungi setiap hari
Waktu bukanya jam 08.00-18.00 kita bisq menikmati berbagai objek wisata alam yang cukup banyak dalam satu kawasan diantaranya:
1. Curug Dago dan Prasasti Batu dari Kerajaan Thailand.
2. Monumen Ir. H. Djuanda.
3. Panggung Terbuka.
4. Taman Bermain.
5. Outbond.
6. Gua Jepang.
7. Gua Belanda.
8. Curug Koleang dan Jembatan Gantung.
9. Penangkaran Rusa.
10. Curug Kidang.
11. Batu Batik.
12. Curug Lalay.
13. Curug Omas.
14. Tebing Keraton.

Sangat banyak bukan objek wisata dalam satu kawasan. Setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 12.000,- per-orang. Untuk menjelajah seluruh hutan dibutuhkan sekitar yang cukup lama mengingat kawasan ini sangat luas. Dapat dicapai melalui Jalan Jl. Ir. H Djuanda atau Dago. Semua jenis kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Akses dari arah Utara, melalui Objek Wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat dilihat objek wisata Curug Omas dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 6 km menuju ke Pakar Dago. Melelahkan bukan?


Kawasan ini biasanya cukup ramai pada akhir pekan, terutama hari Minggu pagi saat banyak orang datang berekreasi sekadar menikmati suasana atau berolah-raga lintas alam dengan rute Tahura-Maribaya sepanjang 6 km. Jarak ini biasa dapat ditempuh berjalan kaki sekitar 2-3 jam (tergantung kondisi). Yang pasti berjalan kaki melintasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini sangat menyenangkan karena selain keasrian lingkungannya, juga memberikan kesegaran karena udara yang relatif bersih.


Air yang mengalir di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini dimanfaatkan untuk PLTA Bengkok kami pun berkunjung ke Curug Koleang dan Jembatan Gantung. Sayang Curug Koleang debit airnya sedang kecil dikarenakan air sedang dialihkan ke PLTA Bengkok.


Berfoto di Jembatan Gantung Curug Koleang


Jika kalian berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda disarankan agar berkunjung ketika pagi, cocok untuk berolah raga seperti Joging, untuk akses ke semua objek wisata dengan berjalan akan sangat melelahkan mungkin harus menyewa sepeda saya pun belum tau apakah ada penyewaan sepeda. Untuk review mengenai Gua Jepang dan Belanda saya pisahkan dengan artikel ini.

Selamat Berlibur

2 comments: